Rencanaku hari ini akan pulang ke rumah orang tuaku, namun matahari sudah di atas kepala. Rasa malas mendera, kuputuskan nanti sore saja pulang.
15.30
Aku tiba di Terminal Pasar Senen setelah menaiki ojek online dari tempat kostku. Berjalan kesana kemari mencari bus jurusan Bandung setelah dapat bus yang ku cari langsung ku naiki, namun bus tersebut tempat duduknya sudah penuh.
'hufft bakal berdiri lama nih' gerutuku.Kakiku kulangkahkan untuk mencari tempat duduk yang kosong, mungkin saja ada. Hingga tiba - tiba ada suara yang memanggilku.
"Neng.. neng" ucap orang tersebut.
Aku menengok ke belakang, siapa tau orang itu memanggil ku. Ternyata orang tersebut adalah tetanggaku dari Bandung.
"Lho neng Fia ..Sini neng ini ada tempat duduk tapi neng harus memangku putri saya" ucap orang tersebut.
Yaps benar namaku Fia lebih tepatnya Afia Nur Daniyah. Sekarang ini aku menduduki bangku kuliah kurang lebih 3.5 tahun di salah satu universitas negeri yang terkenal di Jakarta Pusat. Usiaku 21 tahun yang jelas belum menikah.
'Kalau aku tidak duduk, berarti harus berdiri 4 jam dong' Pikirku.
"Gimana neng?" Tanya orang tersebut.
"Ya,k.. kak" Jawabku gugup.
Jujur saja aku sangat jarang bertemu atau bahkan tidak pernah bertemu dengan orang tersebut kurang lebih 3.5 tahun mungkin sejak awal kuliah. Beliau adalah Muhammad Afnan Dzaki seorang duda beranak 2, satu laki - laki bernama Ahmad Abizar Dzaki dan satu perempuan bernama Kamalea Putri Dzaki . Istrinya meninggal ketika 40 hari setelah sang putri kecilnya dilahirkan.
Ku mulai menduduki kursi tersebut dan dengan sigap ku terima putrinya yang tertidur dipangkuan abinya tadi. Wajah cantiknya mirip seperti uminya.
"Sini bang, abi pangku supaya kakaknya cepet duduk" Ucapnya memanggil Abizar, putranya.
"Kamu mau pulang ya?" Ucap Afnan
"Ya" Jawabku singkat.
Keheningan cukup lama terjadi, hanya suara hiru hingga suara Abizar mampu memecahkannya.
"Abi bulan depan naik bus lagi ya" Ucap Abizar.
"Kalau naik bus terus Bizar ngga sekolah dong, abi juga kan harus kerja buat beli mainan Bizar sama adek" Ucap Afnan
"Benar ya bi, kalau naik bus terus nanti Bizar sama adek ngga beli mainan, hehe" Ucap Abizar terkekeh.
"Kakak ini siapa bi?" Tanya Abizar sambil menunjukku dengan jari telunjuknya.
"Oh, kakak ini namanya kak Afia" Jawab Afnan.
"Abi kok kenal?" Ucap Abizar
"Rumahku dekat rumahmu dek" Aku menyahutinya.
Tidak ada suara lagi, kecanggungan cukup terasa.
'Kenapa terasa canggung sekali, padahal setauku kak Afnan orangnya mudah akrab' batinku.
19.30
Bus telah berhenti di terminal Leuwi Panjang Bandung, sebelumnya aku telah menghubungi abangku untuk menjemputku.
"Kamu sudah ada yang jemput neng?" Tanya pak Afnan.
"Emm sudah pak, tadi udah WA abang" Jawabku.
"Ya sudah kalau begitu, saya duluannya" Ucap pak Afnan.
Kuserahkan Lea kepada sang ayah, dia nampak terganggu dengan gerakanku karena sedari tadi dia tidur dan segera turun dari bus.
Handphoneku berdering, ku rogohkan tanganku untuk mencari handphone di dalam tas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyatu atau satu
RomanceJangankan disentuh ucapan kata 'cinta' saja tak pernah ku dengar. Jika bukan karena kepercayaanku kepada Allah akan ketetapan takdir mungkin aku sudah terlebih dahulu menyerah. Hanya doa yang mampu kupanjatkan agar kelak kisahku bisa berubah, entah...