06.00
Di Minggu pagi aku beserta seluruh keluarga akan mengikuti jalan santai dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia yang diadakan dengan kesepakatan seluruh warga kompleks.
Tok.. tok...tokkk
"Dekkkk cepet, kamu selalu lelet. Ayo dek, CEPEET" Suara abang terdengar dari depan pintu kamar.
Aku mengabaikan abang, karena ini masih pukul 06.00 sedangkan jalan santai dimulai pukul 06.45. Selesai dengan kesibukanku berdandan dan merapikan khimarku, aku segera keluar dari kamar.
"Ihh adek lama amat sih, semua pada menunggu adek malah baru keluar kamar, ayo cepet jalan santai nya mau dimulai" omel abang.
Baru juga keluar kamar sudah dapat semprotan abang dan cubitan di pipi.
"Abang ini kayak ngga punya istri aja cubit - cubit adeknya" Ucapku dengan geregetan.
"Hehe kalau adek udah nikah abang kan ngga bisa jailin adek" Jawab abang.
"Ihh abang ini ya!! Dari kemaren bahasnya nikah mulu, telinga adek bosen dengernya" Ucapku geregetan.
"Ya siapa tau bulan depan atau tahun depan adek nikah kan" Jawab abang.
'Astagfirullah makhluk satu ini minta diapain ya!!' batinku.
"Ayo berangkat, kapan berangkatnya kalau dari tadi ngomong terus" Ucap abi menengahi pertikaian kecilku dengan abang.
"Kakak.. kakak" Suara melengking terdengar dari arah belakangku, aku menoleh ke asal suara tersebut.
Ternyata ada Abizar, serta adiknya Kamalea dan Abinya. Abizar menghampiriku dan langsung memeluk lututku, ku sejajarkan posisi ku dengannya.
"Abizar ikut jalan santai?" Tanyaku.
"Iya kak, Bizar ikut sama adek dan Abi" Jawabnya.
"Eh ada Bizar, ikut jalan santai ya?" Sela abang dari arah belakang.
"Iya om, Bizar ikut jalan santai" Jawab Abizar.
Tiba - tiba Lea menangis di gendongan sang abi sambil jari nya menunjukku. Mungkin dia ingin kugendong, ku ulurkan tanganku untuk mengambilnya dengan hati - hati takut bersentuhan dengan abinya.
"Cup..cup.. sudah kenapa Lea nangis?" Ucapku sambil mencoba menenangkannya.
"Ea angen kaka" Ucap Lea cadel.
'Cukup terkejut aku dengan ucapan Lea. Dia bilang kangen denganku. Bahkan kemarin aku hanya memangkunya itupun Lea - nya dalam keadaan tidur. Bagaimana bisa dia berkata kangen? . Ah sudahlah mungkin abinya yang cerita siapa yang memangkunya di bus kemarin, astagfirullah aku nething' Pikirku.
"Kalau gitu sama kakak aja, tapi jalan sendiri ya" Ucapku.
"Iya ka" Jawab Lea.
Jalan santai telah usai sejak satu jam yang lalu, namun Lea terus merengek ketika akan diajak pulang oleh Abinya. Tidak hanya aku dan pak Afnan yang membujuknya, abangku juga ikut membujuknya. Alhasil disinilah aku di kamar Lea menemaninya sampai ia tertidur.
Tok..tok...tok
Bunyi suara pintu terdengar, langsung saja ku buka pintunya. Eh ternyata yang mengetuk pintu ialah pak Affan.
"M..m..Afia, Lea sudah tidurkah? Kalau sudah kamu bisa langsung pulang, bukan maksud saya mengusir tapi di rumah ini hanya ada kita, Lea dan Abizar, takut terjadi fitnah" Ucap Pak Afnan sambil melangkah ke arah ranjang Lea.
"Y..ya pak, Lea sudah tidur, kalau begitu saya pulang" Jawabku.
"Terima kasih telah membantu saya menenangkan Lea" Jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyatu atau satu
RomanceJangankan disentuh ucapan kata 'cinta' saja tak pernah ku dengar. Jika bukan karena kepercayaanku kepada Allah akan ketetapan takdir mungkin aku sudah terlebih dahulu menyerah. Hanya doa yang mampu kupanjatkan agar kelak kisahku bisa berubah, entah...