"Bagaimana jika aku berubah."
Jungkook menoleh, menatap Taehyung yang memandangnya dengan mata berbeda. Pria manis itu mengrenyit. Bukan untuk meremehkan apa yang baru saja Taehyung katakan, hanya saja mengingat itu seorang Kim Taehyung, Jungkook seolah tak memiliki alasan untuk memberikannya kesempatan.
"Taehyung ssi- "
"Dengar!" Taehyung potong kalimat Jungkook. "Kau mungkin tidak percaya. Aku akan jujur padamu, awalnya aku hanya penasaran karena penolakan yang kau berikan. Itu yang pertama kalinya bagiku. Aku bertekad akan menjadikanmu milikku, bagaimanapun caranya. Tapi semakin lama aku mengenalmu, aku semakin ingin memilikimu. Perasaan seperti itu baru pertama kali aku rasakan."
Jungkook membatu. Menatap Taehyung yang turut berdiri dari kursi yang pemuda itu duduki.
"Untukmu, akan aku lakukan apapun. Kau ingin pria seperti itu, aku akan berusaha untuk menjadi seperti keinginanmu."
Jungkook masih membisu, dia tahu Taehyung bermulut manis. Ini pertama kali baginya dihadapkan dengan Taehyung yang tengah serius, itu jauh lebih menakutkan ketimbang mulut manis yang biasa ia dengarkan.
"Aku hanya butuh kesempatan."
Jungkook tenggelam dalam kegamangan. Dia pandang Taehyung dalam-dalam. Memikirkan keputusan apa yang harus diambilnya sekarang.
Dalam waktu seseingkat itu, Jungkook menarik napas panjang.
"Aku tidak suka pria yang suka seenaknya," cetusnya tiba-tiba.
Dan Taehyung yang mendengar kalimat itu kembali melengkungkan garis bibirnya. "Akan aku ingat."
.
.
.
Sejak keputusan yang diambilnya saat itu, kehidupan keduanya benar-benar berubah. Seisi sekolah dibuat menganga tak percaya, saat Taehyung jelas-jelas mengekori kemanapun Jungkook pergi. Mereka menjadi pasangan paling diperbincangkan banyak orang. Meskipun Jungkook berkali-kali dengan tegas membantah jika keduanya tengah berkencan. Bahkan setelah lima bulan lamanya, status mereka tak berubah dari sebelumnya.
Jungkook memang memberi Taehyung kesempatan untuk memperbaiki diri, dan pemuda itu menggunakannya sebaik yang ia bisa. Awalnya ia kesulitan. Pribadinya yang mudah bergaul dan berganti pasangan dengan ditempeli banyak wanita sempat membuat Taehyung kerepotan. Tapi demi Jungkook, ia melewati segala godaan yang biasa mereka berikan.
Namjoon bahkan menggeleng tak percaya, sedikit banyak perubahan Taehyung berimbas padanya. Tidak ada lagi kabur dari kelas, membuatnya melewati jam malam asrama karena ia mengikuti Taehyung kabur seperti biasanya, dan tentunya tidak ada pesta gila dengan banyak wanita.
Namjoon bahkan dengan tega berpikir jika kebanggaan Taehyung itu akan membusuk karena terlalu lama tak digunakan.
Benar-benar sialan.
.
.
.
Akhir pekan, seperti sebuah kebiasaan, dua orang itu berjalan beriringan layaknya pasangan. Jungkook menenteng paper bag berisi buku yang baru dibelinya. Dan di samping pemuda manis itu, Taehyung hanya mengikuti kemana langkah kaki pujaan hatinya pergi.
Mereka berjalan menyusuri trotoar jalan. Bersiram semburat jingga yang menyilaukan mata. Taehyung mengabaikan berpasang mata yang terang-terangan menaruh minat padanya. Baginya tak ada yang lebih bersinar selain pemuda yang berada disisinya.
Langkah kaki Taehyung terhenti, lengannya terulur menggenggam pergelangan tangan Jungkook, hingga berbuah tolehan kepala dengan pertanyaan dalam benaknya. Taehyung mengukir senyum. Menunjuk pada salah satu kedai dengan sekat kaca tepat disampingnya.