Part 9 - Terbaik Untukmu

423 62 23
                                    

*(backsound) Sammy Simorangkir - Kau Seputih Melati 🎶*

-----*****-----

"Mama..."

Seseorang tampak terbaring lemah tak bertenaga di salah satu kamar VIP ICU, tidak ada alat penunjang hidup selain selang infus terpasang di punggung tangan kanan dan masker oksigen menutupi mulut. Tidak ada bekas luka di bagian tubuh mana pun. Bersih tanpa cela.

Di balik dinding kaca transparan, Kellan setia memegang bahu Iche, menjadikan dirinya sandaran saat gadis itu terus menerus mengalirkan air kepedihan. Sepasang tangan Iche tidak berhenti meraba kaca yang menghalanginya, seolah ia ingin sekali menembus dan memeluk sosok yang dicintai dan sempat ditinggalkan.

"Kenapa Siti bisa nggak tahu Mama sakit? Siti anak durhaka ya, Ma? Maafkan Siti, Ma.." adalah sepenggal kalimat sesal dari Iche, didengar rancu oleh Kellan.

"Mas, kita bisa nggak masuk ke dalam? Aku mau ketemu Mama, Mas." Mohon Iche mengiba.

Kellan benar-benar tak sampai hati, digiringnya Iche keluar dari kamar, hingga sebuah baju khusus, masker, dan head cap dari perawat ia berikan kepada Iche.

"Pakai ini dulu, Che. Terus cuci tangan."

Gadis itu mengangguk menurut, mengikuti instruksi Kellan mencuci tangan dengan cairan antiseptik, dan memasuki kamar.

Cairan bening dari kelopak mata Iche menderas, disertai sengguk pilu yang membuat Kellan senantiasa menundukkan kepala, menahan diri atas segala emosi, membendung pertahanan agar tidak mudah meluap ke permukaan.

"Ma.." jemari lemah pasien bernama Taufan Aksarasanda itu disentuh Iche. "Siti di sini, Ma. Mama nggak mau bangun? Emang Mama nggak kangen sama Siti?"

Dibiarkan si gadis berdialog solo, Kellan menengadahkan kepala kuat-kuat. Batin mana yang tidak rapuh menyaksikan langsung pertemuan orang tua dan anak angkat setelah sekian lama terpisah paksa?

"Ma, Siti ketemu keponakan Mama, Siti seneng banget bisa ketemu Mama lewat Mas Kellan. Dari jutaan probabilitas hidup Siti, Siti nggak nyangka luas dunia cuma berjarak Jembatan Lima dan Mega Kuningan."

"Kalau Mama udah bangun dan sehat lagi, izinin Siti dan Mas Kellan ya, Ma. Jangan sakiti Mas Kellan seperti dulu Mama ke Mas Rasuna. Siti sayang Mas Kellan, Ma. Siti janji bakal pulang ke rumah, asal Mama nggak jahat sama Mas Kellan." 

Terenyuhlah nama Kellan disebut, apalagi pernyataan langka dari bibir gadisnya menyuarakan senandung bahagia di benak Kellan.

"Permisi," ucap seorang perawat wanita menginterupsi. "Bapak dan Ibu sudah lima belas menit mencukupi batas toleransi besuk, pasien boleh dikunjungi tiga jam lagi, maksimal dua orang."

"Sebentar, Sus. Lima menit lagi, boleh nggak?" Tawar Iche.

"Pak Taufan harus beristirahat, Bu. Ibu boleh berada di kamar tunggu, nanti saya beritahu kalau Ibu mau bertemu Pak Taufan lagi."

"Udah, Risa, nanti kita ke sini lagi." Kata Kellan. "Terima kasih, Suster."

"Makasih, Suster." Iche mengujar serak. Walau badai menerpa, ia masih mengetahui sopan santun.

BIAS-BIAS KASIH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang