Part 13 - Kedua Kali

335 61 8
                                    

*(backsound) HiVi! - Mata ke Hati 🎶*

-----*****-----

Tidak ada yang menarik, simpul Iche yang menggonta-ganti saluran televisi. Mencari-cari film komersil, drama, atau apa saja yang enak ditonton di saat Taufan sudah berhenti mengajaknya bicara dan beralih pergi ke pulau kapuk.

Satu sisi Iche bersyukur, Taufan tidak lagi mengonsumsi obat-obatan dan baru lepas infus tadi sore, bubur yang biasa tersaji untuk makan utama terganti dengan nasi dan lauk biasa. Komunikasi mereka pun membaik, terhapus sudah dendam dan sakit hati.

Waktu sudah mencapai dini hari Sabtu ketika Iche masih duduk bersandar di sofa, mempertahankan diri menonton film laga mandarin ketika Kellan belum juga tiba. Lelaki itu sendiri tidak mengirim pesan singkat lagi atau sekedar menelepon.

Bukan maksud Iche menolak, lagi-lagi ada segores trauma membekas.

Iche takut Kellan akan bernasib sama dengan Rasuna. Maka, Iche memilih untuk tidak mudah mengekspresikan perasaannya pada Kellan.

Percuma mengukir kenangan manis menurut Iche, bila akhirnya harus melebur menjadi abu.

Pintu bergeser, Kellan dan Iche sama-sama terkejut.

"Belum tidur?"

"Baru pulang?"

Kellan menyeringai lucu melihat Iche tiba-tiba bangkit menghampirinya dan bertanya bersamaan.

"Maaf, tadi Jendra aku anter pulang dulu ke rumah, sama ambil baju bersih di kos. Kamu makan apa tadi?"

"Nasi goreng kantin."

Disusulnya Iche duduk di sofa, Kellan membelai pelan geraian rambut Iche di mana mata si penikmat tetap mengarah ke layar televisi.

"Mata kamu udah merah tuh.. kan aku udah bilang kalau kamu tidur duluan aja, nggak usah nungguin aku."

Iche tidak bergeming.

"Risa, sini deh lihat aku sebentar aja." Kellan menyentuh bahu Iche, menghadap menatapnya. "Aku mau minta maaf sama kamu soal di telepon tadi. Maaf kalau aku egois, nggak pengertian, bikin kamu kesel."

"Aku juga minta maaf," Iche merespon lembut. "A-aku..."

"Apa, Risa?"

"Aku cuma nggak mau membebani kamu, Mas."

"Beban gimana? Risa, hei, aku sayang sama kamu. Suatu hari kalau Tuhan mengizinkan, aku memang wajib bertanggung jawab atas kamu. Apanya yang beban?"

"Gimana kalau suatu hari itu aku harus rasain deja vu kedua kali setelah Mas Rasuna?"

Bibir Kellan menipis, sepasang tangannya merengkuh Iche masuk ke dalam pelukan hangatnya.

Sudah lama, kapan terakhir Kellan merasakan degup jantung Iche yang tak beraturan itu?

"Akan aku pastiin kamu rasakan cinta itu kedua kali, sejati dan selamanya, Risa. Cuma kamu dan aku, kita, bukan yang lain."

Tidak ada kesempatan bagi Iche untuk menjawab, karena Kellan lebih dulu mendekatkan wajah mereka tanpa jarak, menyalurkan niat tulusnya berupa ciuman pertama mereka.

Beruntung, Iche tidak menolak, melainkan menerima dan membalasnya.

***

Gadis berpiyama sepasang kaus dan celana panjang motif Hello Kity merah muda itu bernapas teratur, berbaring di samping Kellan di dalam sleeping bag sambil menggenggam ponsel yang masih memperdengarkan playlist lagu dari sebuah aplikasi.

Senyum Kellan terkembang perlahan. Ia lalu menekan ikon off, melepas hati-hati earphone di sebelah telinga Iche, meletakkan kedua benda itu ke atas meja nakas.

Tanpa Kellan sangka, denyut jantungnya tidak mau berhenti terpacu normal mendengar dengkur halus Iche mengenai bagian bahunya. Tangan Kellan meraba bibir, mengenang betapa indah momen romantis pertamanya dengan Iche. Ditambah lagi, Iche sempat mengatakan sesuatu yang membuat Kellan semakin percaya diri.

"Sekarang aku yakin, aku bisa mencintai dan menyayangi Mas Kellan tanpa syarat."

Coba, bagaimana lelaki itu tidak ingin berteriak girang saat si gadis cuek sepanjang masa dalam hidup mampu mendeburkan ombak di dadanya?

Dibiarkan Iche menumpu kepala di atas lengan Kellan, ibu jari Kellan membelai pipi Iche di sela malam menabur bintang, melintasi mimpi Iche agar bernuansa indah walau sekali saja.

"Aku sayang kamu, Risa. Selamat tidur."


***BERSAMBUNG***

Sengaja kasih yang manis-manis dulu hehehehe 😄😄

Terima kasih sudah membaca 💚


BIAS-BIAS KASIH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang