Salah satu studio tari kontemporer di sebuah perguruan tinggi negeri kesenian di tengah ibukota Jakarta itu tengah diisi oleh kurang lebih lima orang, berlatih untuk ujian praktek akhir semester di hari terakhir sebelum besok dipertunjukkan di depan dosen pembimbing. Asisten dosen yang memimpin latihan itu bernama Kellan Wiradireja.
Gerakan tubuh koreografer dari sebuah grup tari pimpinan seniman kondang tanah air yang juga merangkup asisten dosen itu, menghasilkan gerakan lemah lembut dan berenerjik dalam satu waktu mengikuti irama lagu pengiring dan emosi di dalam perasaannya. Ia tampak mumpuni melatih empat anak di depannya, tegas tanpa harus bersikap layaknya militan, dan perhatian bila sewaktu-waktu dibutuhkan.
Kellan berbeda dengan sang adik, Jendra. Di usia yang baru menginjak 25 tahun, ia belum memikirkan masa depan tentang di mana cinta pria itu akan berlabuh. Menari adalah obsesi bagi Kellan, dan selama itu masih eksis dilakoni, maka di situlah ia percaya bahwa cinta akan tumbuh sesuai naluri.
Latihan pukul empat sore itu berakhir, ditutup dengan doa sesuai kepercayaan dan keyakinan masing-masing. Empat mahasiswa semester lima itu pamit kepada Kellan yang sedang mengelap peluh di kulit wajahnya dengan handuk kecil. Meski lelah, Kellan selalu berusaha tersenyum dan bersikap ramah. Tak jarang, sifat keibuan pria itu muncul dalam memperhatikan kondisi anak-anak didiknya.
Kellan lalu membalas satu per satu pesan singkat di ponselnya, sampai terdapat pop up message muncul di tengah keasyikannya mengobrol dengan Jendra, adik laki-laki semata wayang Kellan.
Pesan berisi sebuah iklan itu menarik perhatian Kellan. Sudah lama pria itu menyendiri sejak sang mantan meninggalkannya untuk berjanji sehidup semati dengan orang lain, dan karena iklan sebuah aplikasi bernama Bluder itu, tiba-tiba mencerahkan salah satu sel otak Kellan untuk kembali bekerja lebih baik. Mengingat memori penuh luka di hari sakral bagi orang yang dicintainya itu, menimbulkan senyum miris di dalam hati Kellan.
Udah sekian lama kamu pergi, dan aku belum juga menemui pengganti yang lebih baik dari kamu..
Sambil mengemasi isi tas dan bersiap untuk pergi ke suatu tempat, karena permintaan Jendra untuk ditemani bertemu dengan seseorang, Kellan tertawa kecil, melangkah lebar untuk keluar studio dan tidak lupa mengunci pintu.
***
"Iche," sapa seorang wanita cantik bernama Joly kepada temannya di sebuah meja front office kantor perusahaan swasta yang bergerak di bidang energi dan sumber daya alam di bilangan Mega Kuningan itu. "Ntar lo balik sama siapa?"
"Naik busway sendiri." Jawab teman Joly bernama Iche itu, sembari menyortir kumpulan surat dan dokumen penting dari kurir hari itu.
"Lo mau temenin gue ke Mulia nggak, Che?" Joly menaik turunkan alis tebalnya.
"Hotel Mulia? Lo ada kopdar sama siapa lagi?"
Iche tentu sudah hafal di luar kepala atas kebiasaan Joly untuk melakukan kencan buta atau kopi darat dengan pria yang ditemuinya di sebuah aplikasi kencan bernama Bluder.
Seringkali Joly meminta agar Iche ikut membuat akun Bluder juga, karena kecantikan Iche sejak lahir tak juga menuai hasil histori memiliki pasangan di usia fresh graduate ini. Iche sendiri tak mau ambil pusing, karena ia lebih suka mengembangkan hobi memasaknya dibanding harus bertemu dengan stranger hasil obrolan kilat di dunia maya.
"Mahasiswa sih, tapi dia manis gitu. Baik pula di chat. Kan gue jadi penasaran."
"Boleh, tapi pulangnya anterin." Iche mengajukan syarat.

KAMU SEDANG MEMBACA
BIAS-BIAS KASIH ✔️
FanficAda dua alasan mengapa Kellan Wiradireja belum ingin berumah tangga. 1. Menikah bukanlah prioritas utama 2. Cinta pertama belum kelar Seiring berjalannya waktu, tuntutan sosial di luar sana memaksakan Kellan untuk berinteraksi dengan Cherisa Dianti...