Bab 2

32.6K 1.9K 89
                                        

Selamat pagi.....
Pagi ini di temani om duda ya
Biar makin semangat hehehe

Happy reading 😘

🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴

Adinata terus memikirkan apa yang di ucapkan sang ayah. Sungguh, ia tak ada niat untuk menikah lagi. Karena jujur, Adinata belum bisa move on dari sang istri.

Ia begitu mencintai Inggrid. Walau Inggrid memilih cerai dari pada bertahan dengan dirinya. Adinata tak marah. Karena ia tau, dirinyalah penyebab Inggrid benci dan tak betah dengannya.

Untuk itulah ia tak mau lagi menjalin sebuah hubungan apalagi menikah. Keinginan untuk memuaskan hasrat tentu saja ada. Tapi, ia lebih memilih fokus pada anaknya saja. Ia mencoba menjadi ayah yang baik dan selalu ada untuk sang anak.

Namun, sebagai laki-laki ia memang tidak bisa merangkap sebagai ibu sekaligus. Ia butuh bantuan sosok perempuan. Dan itu tidak mungkin Inggrid. Dan ia tak mau orang lain.

Apa Adinata terima saja tawaran sang ayah?
Mungkin dengan begitu ia bisa mempercai Kirana untuk menjaga anaknya. Toh, Nou begitu dekat dengan Kirana padahal baru pertama bertemu.

Bahkan sampai tertidur dalam gendongannya. Kirana juga terlihat sebagai perempuan baik dan ceria. Termasuk sabar juga mungkin. Ah, lupa. Keibuan. Sepertinya cocok untuk menjadi pengasuh Nou. Eh... Maksudnya ibu bagi Nou.

Sepanjang hari ini Adinata terus memikirkan masalah itu. Hingga ia bersiap untuk pulang.

Adinata melihat Nou tengah tidur di sofa yang ia beli khusus untuk Nou tidur. Ia beranjak dari duduknya dan mendekati Nou.
Ia usap wajah imut anaknya. Putih bersih persis kulit ibunya.

"Maafkan ayah, sayang. Karena ayah tidak becus merawat kamu. Kamu harus selalu ikut serta ke kantor bersama ayah. Harusnya kamu bermain di rumah dengan mainan yang layak. Bukan kertas dan pulpen yang hanya akan kamu sobek dan makan. Kasihan anak ayah." Adinata mengecup pipi gembulnya. Gemas sekali Adinata melihat anaknya sendiri. Rasanya seperti ingin ia makan. Persis seperti bakpau isi daging.

Adinata pun mengangkat tubuh mungil Nou. Dan ia bawa keluar ruangan untuk pulang.

🍂🍂🍂

Galen terus mengatakan niatannya pada Adinata. Membuat pikiran Adinata teracuni.
"Bagaimana? Jangan fikirkan dirimu saja. Anakmu juga butuh ibu. Masalah kamu terima dia atau tidak, cinta dia atau tidak. Itu tak masalah. Itu masalah kalian. Tapi, Nou? Ia butuh ibu seperti Kirana.

"Nou akan sangat bahagia bila bersama dengan Kirana. Ia adalah gadis yang ceria dan penyabar. Kau lihat itu kemaren kan? Ayolah, apa lagi yang kau fikirkan?" Galen terus saja mendesak.

"Ayah, apa ayah yakin, gadis itu mau menikahi duda beranak satu?" Adinata nampak ragu.
"Kamu ini duda juga masih sangat keren, Nak. Tampan seperti ayah dulu. Siapa perempuan yang tidak mau denganmu?"
"Aku bukan perjaka lagi, Ayah. Aku duda!"
"Ayah tau, tapi, apa masalahnya? Kan belum di coba. Coba dulu, baru boleh ambil kesimpulan."

"Entahlah, aku bingung."
"Kalau kamu mau, ayah bisa langsung bilang pada Ibrahim nanti."
"Ayah...."
"Oke-oke. Pikirkan saja dulu."

🍂🍂🍂

Kirana... Tidak jelek juga. Ia baik dan menyayangi Nou. Apa yang kurang dari Kirana?
Mungkin untuk Nou ia sangat cocok. Baiklah pikirkan lain kali saja. Adinata memejamkan matanya sembari memeluk Nou. Ya, malam ini ia memilih tidur bersama Nou. Untuk menghilangkan gundahnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Duda Anak 1 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang