Bel masuk telah berbunyi, membuat Nayra harus berpisah dari teman gengnya. Pagi itu mood Nayra benar-benar membaik setelah kejadian memilukan di klub karena ia dijemput oleh temannya ketika ingin berangkat tadi. Bagusnya, dia tidak dilupakan lagi sekarang, ia merasa bahwa dirinya benar-benar sudah menjadi anggota dari mereka.
"Jangan lupa nanti langsung ke kantin, ya, Nay, kita tunggu di meja biasa," ucap Syafa yang membuat Nayra mengangguk semangat kemudian masuk ke kelas. Kebetulan, kelas Nayra letaknya lebih awal dibanding kelas Fela dan lainnya, sehingga mereka berlima berjalan sembari mengantar Nayra.
Nayra yang baru duduk di kursinya itu langsung terdiam karena mengingat ucapan Syafa barusan. Di meja biasa? Yang mana? Bukankah Nayra baru bergabung dua hari yang lalu? Ia tertawa kecil, setidaknya ia mempunyai dua mata normal yang bisa dengan cekatan untuk mencari keberadaan temannya.
Selama jam pelajaran berlangsung, Nayra sama sekali tak bisa fokus mendengarkan karena terlalu excited untuk menunggu jam istirahat. Selain itu, ia juga punya alasan lain, malas mempelajari materi yang ia sudah kuasai berulang-ulang. Selain sifat pembangkang yang sedang ia bangun, ternyata diam-diam ia juga belajar untuk menjadi seseorang yang sombong.
Nayra berteriak kegirangan saat bel istirahat berbunyi nyaring, membuat dua orang yang duduk di depan dan sampingnya menoleh sekilas karena terkejut sebelum akhirnya kembali membalikkan pandangannya saat mendapat pelototan dari Nayra. Matanya yang memang sudah belo alami seakan menambahkan volume kebulatannya saat ia mencoba untuk melotot. Nayra tertawa kecil melihat dua orang yang takut karena merasa terintimidasi olehnya, merasa puas juga lucu, apa benar ia bisa seseram itu?
Nayra menaikkan kedua alisnya. "Entahlah." Ia berjalan santai menuju kantin, tempat yang sudah membuatnya selalu terngiang-ngiang saat jam pelajaran tadi. Entah tempatnya, atau karena suasananya. Mengingat Nayra tak akan makan sendirian lagi, atau pun harus belajar di kelas demi menahan lapar. Uang jajannya tetap tak bisa untuk membeli bakso satu mangkuk atau sekadar batagor satu porsi, tapi setidaknya ia akan merasa kenyang walaupun hanya makan kacang jika bersama teman barunya.
Ia celingak-celinguk dalam waktu yang sebentar karena langsung menemukan keberadaan temannya yang memang sangat mudah ditemukan. Even, jika ada yang bertanya, 'Macaroon girls duduk di mana, ya?' bisa dipastikan bahwa para murid di sana langsung menunjukkan keberadaan mereka dengan cepat dan tepat. Bagaimana tidak kalau bando yang mereka kenakan akan sangat terlihat jikalau siswa-siswi di kantin sedang duduk semua. Kuping kelinci yang berdiri tegak itu memang membuat mereka mudah dikenali dan ditemui.
Tapi yang pasti, bando Nayra itu dua kali lipat lebih besar dari punya mereka. Kalian bisa bayangkan?
"Sini, Nay!" Fela memanggil Nayra dengan antusias saat ia sudah dekat berada di hadapan mereka.
Nayra langsung berlari menghampiri kemudian duduk tepat di samping Widi. "Kalian jajan apa?"
"Mie ayam bakso, Nay. Kan kemarin gak jadi karena tumpah," kata Nita santai, tetapi berbeda dengan respon yang diberikan Nayra. Ia menepuk jidatnya pelan.
"Aduh, maaf. Itu semua karena aku, jadinya kemarin uang kalian percuma," ucap Nayra memelan.
Fela langsung memukul punggung Nayra dengan sedikit bertenaga. "Hei! Lo Nayra? Kenapa jadi beda banget sih kalo lagi sama kita-kita? Kek kalem-kalem gitu, beda banget kalo sama orang lain. Garang. Nyawwww." Fela memeragakan seperti kucing garong tetapi juga imut yang membuat teman-temannya tertawa tak terkecuali Nayra. "Inget, kan? Gue-elo aja, jangan pake aku-kamu lagi. Gak cocok soalnya sama kelakuan lo yang mulai brutal sekarang."
Nayra mengangguk patuh, ia benar-benar tak bisa menolak ucapan teman barunya karena saking senangnya. Mempunyai teman setelah selama tujuh belas tahun selalu sendiri memang suatu hal yang luar biasa bagi Nayra. Dunia kebebasan yang ternyata sudah didambakannya dari lama memang membuatnya menjadi pribadi yang berbeda. Walaupun tetap saja, hubungan dengan ayah dan ibunya belum bisa diperbaiki sampai saat ini. Bahkan, terpikirkan saja Nayra belum pernah karena saking tak memungkinkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
180 DAYS ✔
SpiritualMenceritakan tentang perjuangan seorang gadis yang mulai beranjak dewasa. Perjuangannya dalam menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat walau harus menemui beberapa jalan buntu. Nayra, sosok gadis polos yang menjadi korban atas keretakan rumah tangga...