Pagi hari di musim gugur gadis itu telah bersiap di depan cermin menilai penampilannya sendiri.
Cukup sederhana dan cantik hanya dengan polesan tipis dan gaun selutut berwarna peach yang dilapisi coat berwarna mocca, rambut coklatnya ia biarkan tergerai sedikit bergelombang diujungnya.
Tungkainya melangkah mendekat kasur dan meraih benda persegi pipih disana.
Netranya memancar cahaya kebahagian setiap kali nama itu tertera apik di layar ponselnya.
Tak butuh berpikir ia pun menempelkannya pada telinga.
"Kau sudah berangkat?" tanyanya senyumnya tak pernah luntur jika berbicara dengan orang disebrang sana.
"Baiklah aku akan tiba 20 menit lagi" setelah itu ia memutuskan sambungannya dan menarik tas kecilnya lalu berlari keluar mencari taksi yang akan mengantarkannya pada kekasihnya itu.
Gadis itu sangat berdebar sepanjang jalan rasanya ia hampir meledak, padahal ia sering bertemu dengan kekasihnya itu setiap akhir pekan, namun ini berbeda.
Apalagi setelah kekasihnya itu mengajaknya bertemu karena ingin mengatakan hal yang penting, terlebih beberapa minggu ini kekasihnya sering memberinya kejutan dan hadiah meskipun kecil tapi itu salah satu kebahagiaan baginya.
Dan mungkinkah kekasihnya itu akan melamarnya? Gadis itu terus memikirkan sebahagia apa dirinya saat kekasihnya melamarnya.
Mungkin dari segala kebahagian yang dimilikinya itu hanya kekasihnyalah kebahagian terbaik yang dimilikinya.
Ia tak masalah jika harus menikah di usia muda jika bersama kekasihnya.
Membayangkan betapa bahagianya jika mereka berkeluarga dan membeli rumah yang diisi dengan malaikat kecil yang berlari kesana kemari.
Sungguh gadis itu membayangkan keluarganya yang bahagia nanti dengan kekasihnya.
Hingga taksi pun berhenti tepat di depan sebuah cafe di pusat kota.
Netranya mencari kekasihnya hingga tertuju pada seorang pria yang terduduk melambaikan tangannya di meja pojok, hanya dengan sweater turtle nuck abu dan dibalut coat hitam. Sederhana dan tampan itulah dia.
Tungkainya melangkah mendekat dan tersenyum ke arah pria itu.
"Bagaimana perjalananmu? Apa ada kendala?" tanya pria itu dan inilah hal yang disukainya dari kekasihnya ia selalu perhatian dan khawatir padanya meskipun hal kecil.
Gadis itu tersenyum "Tidak, semuanya baik apalagi setelah bertemu oppa" Pria itu pun tersenyum lalu meraih sebelah tangan gadis dihadapannya.
"Kau ingin ku pesankan apa?" tanyanya sembari melihat daftar menu sedangkan lengannya masih menggenggam sang gadis sembari memberi usapan afeksi.
"Aku suka semua yang dipesan oppa"
Pria itu pun tersenyum hangat pada gadisnya lalu satu lengan yang menganggur melayang di udara memanggil pelayan dan memesan satu americano untuknya dan chocolatte untuk gadisnya."Sejujurnya aku ingin mengatakan sesuatu padamu..." Pria itu menjeda ucapannya, menatap gadisnya yang penuh binar selalu terlihat bahagia dihadapannya. Gadis itu pun mengangguk kini lengannya yang menganggur membalas genggaman prianya "Katakan apa yang ingin oppa sampaikan padaku" senyumnya tak pernah luntur.
"Sebenarnya aku ingin memberikan sesuatu padamu, mungkin ini akan mengejutkanmu" Sungguh gadis itu berdebar tak pernah menyangka jika hari ini kekasihnya akan benar-benar melamarnya.
Sang pria pun mengecup singkat lengan gadisnya yang ia genggam, sementara gadisnya sudah lupa cara mengatasi berdebar dihatinya bahkan ia sempat menahan napasnya.
Sampai sang pria mengeluarkan selembar kertas persegi berwarna silver dan menyerahkannya pada sang gadis, genggaman keduanya pun terlepas begitu saja saat gadisnya melepaskan genggamannya secara spontan.
Ia mefokuskan netranya yang membulat pada secarik kertas silver itu, deretan huruf dengan dua nama yang terukir disana menyayat hatinya memberi luka mendalam hanya dalam hitungan beberapa detik.
Matanya mulai memanas dan mulai kabur saat sang pria menatapnya bersalah dan mencoba meraih lengan gadisnya "Jemmy... Yoo Jemmy... Maafkan aku... Aku-" belum sempat prianya menuntaskan ucapannya gadis bernama Jemmy itu pun memilih bangkit dari duduknya dan menepis setiap pria itu kekasihnya atau mungkin lebih tepat mantan kekasihnya ini meraih pergelangan tangannya.
Tepat saat Jemmy ingin melangkah keluar ia bertabrakan dengan pelayan yang membawa pesanan mereka yang masih mengepul panas dan itu berhasil mengguyur pergelangan lengan kanan Jemmy.
Jemmy sempat merintih kesakitan dan prianya pun menghampirinya, namun Jemmy lebih dahulu melarikan diri keluar mencari taksi sebelum prianya semakin mengejarnya.
Bahkan dirinya sekarang terlihat menyedihkan dihadapan pria yang sangat ia cintai itu.
Bahkan luka bakar yang mulai memerah di pergelangan tangannya pun tak terasa begitu menyakitkan dibandingkan kabar buruk yang disampaikan prianya.
Tak pernah terbayangkan olehnya jika pria yang selalu memberinya perhatian dan kejutan-kejutan kebahagian padanya akan melukainya, luka kecil pun tak pernah ia dapatkan sebelumnya, dan sekarang tak tanggung luka besar langsung merenggut semua darinya kebahagian dan alasan ia bertahan semuanya lenyap dalam satu jentikan jarinya.
Hanya satu yang ia sesali saat itu.
Malam itu ia tak pernah mau mendengarkan peringatan seseorang padanya, agar meninggalkan prianya atau ia akan mendapat kehancuran. Benar ia terlalu naif dan percaya, saat ini ia menghampiri kehancurannya.
Yoo Jemmy kau benar-benar hancur diantara takdir dua pria itu.
"Maaf nona saya harus mengantar anda kemana?" tanya sang supir yang sedari tadi bingung ingin bertanya tapi tak tega dengan kondisi penumpangnya tapi akhirnya dia tetap bertanya.
Jemmy sedikit berpikir ia tak mungkin pergi ke platnya karena pasti pria itu akan mencarinya.
"Antarkan saya ke tempat yang jauh dari kota ini kemana saja asalkan jauh, anda tak usah khawatir saya akan membayar semuanya" pinta Jemmy dan dibalas satu anggukan oleh sang supir.
Jika bisa antarkan aku ke akhirat saja rilih Jemmy dalam hati.
Sedangkan dari belakang taksi yang ditumpanginya seorang pemuda dengan mobil hitam membuntutinya.
To Be Continue👉
Happy reading :)
Mohon supportnya 🤗
Don't forget tinggalkan jejak Voment🌟😉
-YeoboJJK-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Only Dear [JJK]
FanfictionMeski kau tak memandang, namun dapat ku pandang... Meski kau berlari pastikan ku kejar... Meski kau membenci akan tetap ku lakukan... Meski itu membunuhku ku pastikan kau jadi miliku... Hanya kau satu-satunya... Alasanku melakukan semua ini hanya un...