chapter 3

58 4 1
                                    

jika dia menginginkan mu kembali aku bisa apa? perjuanganku mungkin akan berakhir sia sia.


saat ini Jeane sedang berada di kantin bersama ketiga temannya kayla Tiva dan Vanilla. kantin terlihat lebih ramai dan sedikit sesak tak ada lagi meja yang kosong.
"Kalau nunggu mereka selesai keburu masuk" ucap Kayla lesuh dengan nampan ditangannya yang berisi semangkok bakso dan segelas es teh manis.

"udah sabar bentar lagi pasti ada yang selesai kok" ucap Vanilla sabar, diantara mereka Vanilla lah yang paling sabar menghadapi segala situasi. Jeane melirik kesegala arah dan mendapati sebuah meja yang masih kosong tanpa pikir panjang Jeane berjalan menuju tempat tersebut. ketiga temannya hanya membulatkan matanya melihat aksinya.

"napa lo semua?" tanya Jeane heran melihat teman temannya yang menatapnya tak percaya dengan apa yang baru saja ia lakukan.

"Je lo udah bosen hidup tenang?" tanya Kayla yang masih berdiri sedangkan Jeane sudah duduk manis sambil menata makannya diatas meja.

"udalah Jeane kan cucu pemilik yayasan" ucap Tiva akhirnya lalu ikut duduk. Jeane menatap sekitarnya heran semua tatapan mata tertuju kearahnya. apa salahnya duduk dimana saja?. Toh properti sekolah disediakan untuk semua siswa tanpa terkecuali.

"Je kita pindah aja ya sebelum Maddy dan dayang dayangnya datang" bujuk Kayla yang sudah terpaksa Duduk karena ketiga temannya sudah duduk dan menikmati makanannya.

"Udahlah kalian tenang aja. ini kan properti umum untuk semua siswa" ucap Jeane menenangkan Kayla yang sudah ketakutan. jelas gadis itu sama sekali belum menyentuh makanannya. sedangkan Vanilla disebelahnya tak peduli ia tetap menyantap makannya.

beberapa detik kemudian suara bisik bisikan mulai terdengar bersamaan dengan munculnya tiga gadis berpenampilan modis di pintu masuk kantin. Jeane menoleh kearah pintu masuk dan tanpa sengaja matanya bertatapan dengan mata coklat milik Maddy yang sedang menatapnya tajam.
Ketiga gadis itu berjalan kearah Jeane dan ketiga temannya diiringi bisikan bisikan.

"Lo ngapain duduk disitu?" Tanya Maddy yang sudah berdiri dihadapan Jeane dengan nada tak suka. sedngkan Jeane hanya mengedikkan bahunya santai.

"kenapa? gak boleh?" Tantang Jeane
"lo emang nyari masalah ya sama gue" ucap Maddy kesal. tanpa mereka sadari ada dua orang yang sedang memperhatikan mereka. Manik mata mereka menatap fokus ke satu arah yaitu Maddy menunggu apa yang akan dilakukan gadis itu kepada Jeane yang sedang duduk santai didepannya.

tanpa pikir panjang Maddy meraih gelas yang berisi es jeruk yang masih penuh lalu menumpahkannya tepat di kepala Jeane. Gadis itu tersenyum penuh kemenangan melihat Jeane yang menunduk merasakan dinginnya es jeruk yang mengalir dari kepala hingga wajahnya.

"lo jangan pernah muncul di hadapan gue lagi. gue benci sama lo" sarkas Maddy sebelum pergi meninggalkan Jeane yang duduk mematung.

"Je lo gak apapa?" tanya Tiva khawatir melihat Jeane yang hanya menunduk seragamnya basah karena ulah Maddy.

"tadi kan udah gue bilang.. Gak usah duduk sini" ucap Kayla sendu ia sedih melihat sahabatnya yang hanya bisa tertunduk malu. Tentu saja ia malu. bisikan hujatan semua tertuju pada dirinya seorang.

Jeane bangkit dari duduknya ia tak akan kembali ke kelas ia butuh menenangkan diri dan seragam yang baru.

"Lo gak apapa?" Suara itu muncul bersamaan dengan sebuah tangan yang menahan pergelangan tangan Jeane. Gadis itu tak bergeming ia tetap menunduk. Bukan disini, ia tidak boleh mengeluarkan setitik pun air matanya didepan orang lain meskipun hanya ada dirinya dan pemilik suara tersebut karena Jeane telah meninggalkan area kantin.

"Lepasin" ucapnya berusaha melepaskan cengkraman tangan tersebut namun kekuatan sang pemilik tangan tersebut jauh lebih besar.

"Lo pakai ini. Seragam lo basah" ucapnya sambil memakaikan jaket Jeans pada tubuh kecil Jeane.
Jeane mengangkat kepalanya menatap orang itu. caleidoskop mulai terbentuk dalam matanya sehingga ia tak boleh berlama lama ditempat ini. dengan kasar ia menghempaskan tangannya dan segera mempercepat langkanya menuju ruang kepala sekolah.

Vanno tersenyum melihat Jeane yang berjalan cepat meninggalkannya sebelum gadis itu menghilang dari pandangnnya.

"uncle give me the key" ucap Jeane pelan. Mr. Alex yang melihat Jeane muncul tiba tiba diruangannya dengan keadaan kacau tentu saja heran.

"okey. but tell me what happen first" ucap Mr. Alex tenang tapi ia penasaran dengan apa yang terjadi dengan keponakan kesayangannya itu.

"uncle..." lirih Jeane dan itu selalu bisa membuat Alex mengalah. ia megambil sebuah kartu dari dalam laci mejanya dan memberikannya pada Jeane. dengan segera Jeane menuju ruang privacy yang hanya diketahui oleh pemilik yayasan tersebut.

disisi lain, tepatnya taman belakang sekolah, Natha sedang menatap Maddy tajam bahkan Maddy tak berani mangangkat kepalanya untuk menatap ke arah laki laki itu. tadi setelah insiden Maddy menyiram Jeane dengan es Jeruk, ia langsung menyeret Maddy ke tempat ini.

"apa yang lo lakuin?" tanya Natha dingin.

"gue gak suka sama dia. itu aja" jawab Maddy dengan nada kesalnya, ia benar benar tak suka dengan keberadaan Jeane disekitarnya gadis itu hanya sebagai pengganggu dihidupnya.

"alasan?" tanya Natha dingin. ia yakin ada sebuah alasan mengapa Maddy sangat membenci Jeane. dan nggak mungkin banget kalau hanya gara gara berebutan meja dikantin. Mereka sudah dewasa.

"Gue gak suka dia muncul di kehidupan gue. Apalagi dia dekat sama lo. Gue benci itu" Natha menghela nafasnya berat. Maddy adalah sahabatnya dari kecil sebelum pindah kesini Maddy tidak pernah sejahat itu kepada orang lain, Maddy selalu lembut kepada siapapun.

"Dy. lo kenapa? kenapa lo berubah?" tanya Natha melembut. ia meeindukan Maddy yang dulu Maddy yang selalu perhatian kepada siapapun, Maddy yang selalu tersenyum bahagia.

"sekarang lo nanya kenapa gue berubah? itu semua karena lo. lo yang berubah. lo bersikap dingin ke semua orang. Termasuk gue. Gue nyusul lo kesini berharap gue bisa buat lo balik kayak dulu" ucap Maddy lirih. ia sudah tidak tahan dengan sikap Natha, sebelum sebelumnya Natha tak pernah peduli sama pembullyan yang Dilakukannya kepada sipapun yang mendekti Natha namun sekarang kenapa Natha tiba tiba peduli? Dan itu membuat Maddy sakit.

Natha terdiam ia tahu kalau selama ini ia berubah tapi ia bahkan tak bisa menjauhkan sikap itu dari dirinya sendiri bahkan kepada mamanya pun ia bersikap dingin.

"maaf"

Natha menarik Maddy kedalam pelukannya air matanya sudah mengalir membasahi pipinya. bahunya bergetar menahan isakannya.

"Tha jangan suka sama dia ya" pintah Maddy setelah tangisannya redah.

tbc
kalau ada scene yang gak jelas atau aneh di komen ya menerima saran kok 😁😁

Who I amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang