Chapter 4

52 4 0
                                    

bisakah masa lalu ada di masa depan? jika tidak bisakah kebahagiaan lain datang tanpa melibatkan masa lalu itu?

Jeane berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya suasana sekolah masih sepi hanya ada beberapa siswa yang datang kepagian sama seperti dirinya. hari ini rencanany Jeane ingin datang terlambat karena sudah lama ia tidak pernah terlambat mungkin sekitar dua minggu yang lalu. Tapi rencana itu gagal karena omanya yang semalam tiba tiba datang dan sepertinya akan menginap beberapa malam karena beliau membawa sebuah tas besar berisi pakian.

"kesambet apa lo datang pagi. Biasanya muncul bersamaan guru mapel" ucap Kayla yang notabenya siswa paling rajin dikelasnya dan merupakan salah satu sahabatnya.
Jeane memutar bola matanya malas. datang telat salah datang cepat juga salah kill me. 

"pinjem pr" ucap Kayla sambil mengulurkan tangannya dengan telapak tangan menghadap keatas.

"Giliran ada pr mah.." Ucap Jeane lalu menyerahkan buku pr kimianya pada Kayla yang kemudian pergi tanpa mengucapkan terima kasih.

"Gaes yang mau nyalin pr merapat" teriak Kayla dan seketika mejanya penuh dengan para makhluk pemalas penghuni kelas ini. dan Jeane hanya geleng kepala melihat tingkah teman temannya.

oh ia Natha belum datang. jam segini jelas ia belum datang, sikapnya itu hampir mirip dengan Jeane akhir akhir ini bahkan tak jarang mereka dihukum gara gara terlambat.

"selamat pagi!... " suara toa milik Tiva yang baru saja muncul di depan kelas, namun tak ada yang membalas sapaannya karena semua sibuk dengan aktivitas nyalin.

"Eh.. Minggir minggir gue mau nyalin" ucap Tiva lalu segera menerobos kerumunan itu tanpa rasa bersalah sedikit pun. huh dasar human.

"Apaan sih Tiva kan kita belom selesai" protes Rani yang tempatnya harus bergeser gara gara Tiva.

"bodoamat"

"Tiv ini lo pake punya gue aja" ucap Kayla lalu menyerahkan buku prnya yang disambut baik oleh Tiva lalu duduk di tempat duduknya dibelakang Jeane.

"Je pinjem pr lu" ucap Rega santai ia baru saja memasuki ruang kelas dan mendapati teman temannya sedang sibuk menyalin pr.

"Pinjem punya Tiva aja" jawab Jeane pasalnya ia sudah tidak tau dimana buku pr kimia nya itu terdampar. Tiva hanya terdiam belakangan ini Jeane baru menyadari kecanggungan diantara Tiva dan Rega bahkan Kayla dan Vanilla pun tidak mengetahui permasalahan mereka.

"selamat pagi anak anak" Bu Emy memasuki kelas bersamaan dengan kembalinya buku pr Jeane ke mejanya. Natha sudah duduk di tempatnya sambil memainkan ponselnya.

"Selamat pagi Bu" sapa sesisi kelas tanpa semangat.

"Kurang Semangat. Ulang semua nya berdiri dulu biar semangat" ucap Bu Emy lalu seisi kelas berdiri dan memberi sapa dengan suara yang keras dan nyaring.

"oke duduk prnya dikumpul sekarang" ucapnya lalu satu persatu siswa berjalan kedepan membawa buku pr masing masing. Sedang bu Emy memeriksa buku buku yang sudah tiba dimejanya.

"Semua cara kerjanya sama ibu yakin hanya satu orang yang mengerjakannya" ucap bu Emy sangat jujur.

"oke. Sekarang kita mulai pelajarannya" seru Bu Emy di depan kelas setela memeriksa buku tugas siswanya yang sangat mengecewakan dari sekian banyaknya semua jawaban sama persis hanya tulisan tangan yang berbeda.

***

"gue gak mau tau ya. Hari ini kita harus selesaikan tugas biologi gue gak mau nilai gue anjlok gara gara lo" tegas Jeane. kali Ini Jeane tidak akan mengalah deadline tinggal dua hari sedangkan ibu Aida tidak pernah menerima tugas yang lewat dari deadline.

Semakin hari hubungan Jeane dan Natha makin baik walaupun sikap menjengkelkannya masih sering muncul namun sepertinya es yang ada dalam dirinya mulai mencair sedikit demi sedikit.

"Iya. Iya.. mau kerja dimana?" jawab Natha sebelum gadis didepannya ini berubah jadi serigala.

"rumah gue. gue gak bawa laptop" jawab Jeane jutek. namun menggemaskan. Natha tak tahan untuk tidak tersenyum melihat tingka gadis itu. refleks tangannya mengacak rambut gadis itu gemas.

"Natha.. Ihh" kesal Jeane lalu merapikan rambutnya yang berankatan akibat ulah Natha.

"tunggu di gerbang" ucap Natha sebelum Jeane meninggalkan kelas.

gadis itu berjalan menuju gerbang sesekali ia bersenandung. hari ini moodnya lagi bagus bagusnya

"lo nunggu siapa? mau gue antar gak?" tanya Vanno laki laki itu menghentikan motornya dihadapan Jeane yang sedang menunggu Natha. hobi banget muncul tiba tiba.

"eh. gue bareng Natha. Kita mau ngerjain tugas kelompok" jawab Jeane secara halus menolak tawaran Vanno. entah sejak kapan mereka mulai saling kenal tapi Vanno selalu muncul tak terduga.

"Yaudah gue duluan ya" pamit Vanno sebelum melajukan motornya meninggalkan Jeane yang masih menunggu Natha. Jeane menatap punggung Vanno hingga lenyap dari penglihatannya.

"liatin siapa?" tanya Natha yang sudah berada di Hadapan Jeane menatapnya dengan tatapan menyelidik. Mata hitamnya menatap jeane seolah meminta jawaban

"Kepo"

Natha mendengus kesal mendengar jawaban Jeane sedangkan gadis itu sama sekali tak ambil pusing ia segera naik ke jok motor Natha. Natha merasa bahagia ketika bersama Jeane gadis itu selalu bisa membuatnya tersenyum meskipun Jeane tak menyadari itu karena Natha tak pernah menunjukkan senyumnya di hadapan Jeane. Natha tak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya setelah kejadian itu, bahkan ia tak pernah dekat dengan perempuan lain selain Maddy dan mamanya ia masih belum siap merelakan masa lalunya ia masih berharap masa lalu itu ada di masa depannya.

"Aku pulang" teriak Jeane membuat bi Ira segera tergopoh menyambut Jeane. bi Ira adalah Art di rumahnya.

"Udah pulang Non. Eh tumben bawa teman kerumah ganteng lagi" ucap Bi ira sambil mencolek lengan Jeane.

"ih Bi Ira aku kan udah sering bawa teman teman aku ke rumah" jawab Jeane bi Ira ini lupa ingatan kah? hampir setiap hari sabtu ketiga sahabat Jeane selalu nongkrong dirumah ini.

"ih. non itu mah beda. Maksud saya teman cowok mau dikenalin ya sama oma?" Nah gini nih. Bi Ira mulai lagi menggoda Jeane.

"Ih bi. Apaan sih ini teman satu kelompok aku mau ngerjain tugas biologi namanya Natha" jelas Jeane suapaya tak terjadi kesalah pahaman yang membuat jeane harus digoda bi Ira sepanjang hari.

"Tha lo duduk dulu. gue mau ambil laptop dulu" ucap Jeane lalu Natha segera duduk di sofa ruang tamu. Bi ira yang masih ada di ruangan itu menawarkan minum untuk Natha sebelum pergi kedapur untuk menyiapkan minuman tersebut.

Natha duduk menunggu Jeane kembali sambil megedarkan pandangannya tak ada foto keluarga yang terpajang yang ada hanya lukisan lukisan mewah dan sebuah guci di sudut ruangan. mata hitamnya terkunci pada sebuah foto berukuran kecil yang terletak diatas lemari di salah satu sudut ruangan. foto seorang gadis kecil yang sedang tersenyum bahagia.

Tbc

Comment dong 😁😁😁
Vote juga boleh

Who I amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang