Chapter 6

24 2 0
                                    

Mereka akan mengingat kisah bahagia mu namun tak mengenal masa kelam yang terselubung dibalik bahagia itu

"Bi.. aku pulang" seru Jeane saat hendak memasuki pintu rumahnya kebiasaan gadis itu menyapa saat baru pulang meskipun tidak ada jawaban dari Bi Ira.

"surprise!!!!" teriakan itu sukses membuat Jeane terlonjak kaget
"loh kak Iky kok disini? kan aku udah bilang minggu depan baru gue ke rumah" ucap Jeane heran kenapa kakaknya itu ada di rumah. dan yang paling membuatya kaget adalah seorang wanita yang sedang berdiri dibelakang kakak nya menatapnya dengan tatapan tajamnya.

"m-mom?" ucap Jeane terbata sudah lama ia tidak bertemu dengan wanita itu, rindu? tentu saja anak mana yang tidak merindukan ibunya.

"hmm.. kaget?" sinis Sophia Jeane tersenyum lalu pergi menuju kamarnya. gadis itu bukan membenci hanya saja ia tak ingin semakin menancapkan duri pada hatinya.

"sekarang kakak Jejelasin semuanya" ucap Jeane santai gadis itu duduk ditepi kasur dan Dicky di depan meja belajar Jeane sambil berputar putar di kursi putar.

"oke.. singkatnya kita akan menetap disini" ucap Dicky yang membuat Jeane membulatkan matanya.

"what!!!??" teriak gadis itu spontan membuat Laki laki yang setahun lebih tua darinya itu terlonjak kaget.
"sekaget itu? lo gak senang kita tinggal disini?" heran Dicky mendapati respon tidak menyenangkan dari adik kesayangannya itu padahal dirinya sudah sangat merindukan adiknya itu.
"ya gue seneng. tapi kenapa lo gak bilang ke gue sebelumnya?" ucap Jeane.
"kalau gue bilang kan bukan surprise dong" ucap Dicky. ia memang sengaja tidak memberitahu adiknya soal itu biar bisa memberikan surprise pada Jeane tapi ekspektasi Dicky terlalu tinggi ia mengharapkan adiknya itu akan berlari memeluknya, tapi ternyata hal itu jauh dari kenyataan adiknya itu masih belum berubah.

"lo ingat gak Je, dulu itu lo paling gak bisa jauh dari gue" ucap Dicky sendu mengingat adik kecilnya yang selalu menangis saat tidak melihat dirinya meskipun hanya sebentar, bahkan tak jarang Dicky harus menemaninya hingga tertidur. ekspresi Jeane sempat berubah namun hanya sebentar sebelum ia mengusir Dicky dari kamarnya.
"gue gak ingat" ucapnya sambil mendorong tubuh lelaki itu keluar dari kamarnya. setelah Dicky keluar dari kamarnya gadis itu duduk di tempat tidur miliknya sambil memainkan Ponselnya sesekali ia membalas pesan dari Natha dan teman teman lain.

Gadis itu terbangun oleh cahaya yang merangsang indera penglihatannya, apa tadi malam ia lupa menutup gorden kamarnya?,
"bangun sayang, udah pagi" suara itu membuat Jeane membuka matanya dengan sempurna, ia hampir lupa kalau dirumah ini sudah ada keluarganya.
"ngapain disini?" tanya Jeane dengan nada ketus setelah berada pada posisi duduk bersandar pada kepala ranjang.
"gak sopan bangat sih sayang" ucap wanita itu namun diabaikan oleh gadis itu sambil menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya sebelum siap siap ke sekolah.
setelah siap dengan seragam sekolah dan sebuah tas ransel yang berisi beberapa buku, gadis itu keluar dari kamar dan menuju meja makan yang berada di lantai bawah. saat keluar dari pintu kamar tak sengaja matanya bertatapan dengan mata coklat milik kakak pertamanya, mata itu menatapnya dengan tatapan dingin, Jeane berusaha mengalihkan tatapannya lalu pergi meninggalkan Diyaz yang masih menatapnya dingin.

"pagi adikku sayang" sapaan riang itu berasal dari Dicky yang sudah lebih dulu berada tempat itu bersama kedua orang tuanya, tak lama Diyaz ikut bergabung, Jeane duduk duantara kedua kakaknya yang memiliki sifat kontras, Jeane menyantap sarapannya dengan hati hati takut jika nanti lengannya menyenggol lengan Diyaz,

"Jen hari ini kamu berangkat dengan Iky aja" ucapan itu berasal dari Sophia. Jeane baru sadar ternyata Dicky mengenakan seragam yang sama seperti miliknya.

"siap Mom" jawab Dicky antusias sedangkan Jeane menatapnya dengan tatapan dingin.
"I'm done" ucap gadis itu dingin lalu beranjak dari tempat itu,
"dimana sopan santunmu?" suara bernada dingin itu menghentikan langkahnya, itu adalah suara dari kakak sulungnya yang dari tadi menatapnya dengan tatapan benci.

"Iyaz, diem" tegur sang mama, Jeane menoleh sebelum meninggalkan tempat itu, diikuti Dicky.

"kita bakal sering banget ketemu dan gue suka, i really miss you little girl" ucap Dicky senang sabil mengusap puncak kepala adiknya itu.

"kak gue mau di sekolah gak ada yang tau kalau lo kakak gue" ucap Jeane. hening ada sedikit rasa kecewa yang dirasakan Dicky, ia tidak habis pikir dengan pikiran adiknya itu.
"Why?"
"kalau itu bisa buat lo senang, gak apapa" Jawab Dicky sendu lalu menyuruh pak Dimas menghentikan mobil sekolah mereka sudah dekat. ada rasa bersalah saat kakaknya itu turun dari mobil dan memilih berjalan kaki namun ia tak belum siap menghadapi hal yang kemungkinan terjadi, ia egois? mungkin itu yang dipikirkan orang lain tentang dirionya tapi hanya satu yang ada di pikirannya, ia tak ingin kembali merasakan sakit yang sama.

Jeane memasuki kelasnya dari depan pintu ia sudah bisa mendengar suara suara ribut di kelasnya dan ia bisa menduga dirinya belum terlambat.
"Jee.. sini sini" teriak Tiva saat menyadari keberadaan Jeane yang baru saja masuk. dan Jeane sudah tahu apa yang menjadi topik pembicaraan mereka pagi ini.
"ada murid baru" sepanjang perjalanannya dari gerbang sekolah hingga dikelas ini tak lepas dari pembicaraan tentang murid baru yang tampan.

"tapi kok bisa ya diterima padahal udah pertengahan semester?" tanya Vanilla pasalnya sekolah mereka biasanya tidak menerima pindahan diwaktu pertengahan semester dan ketiga temanmu hanya mengedikkan bahu tanda mereka tidak tahu.
yaialah gak mungkin ditolak di sekolah milik sendiri kan. batin Jeane. lalu duduk di bangkunya disana belum ada Natha namun tak lama kemudian pemuda itu muncul dengan gaya khasnya muka datar of course.
"pagi Nathaa" sama Jeane semangat saat Natha sudah sampai di bangkunya.
"hmm" hanya itu jawaban yang diberikan Natha yah mungkin diluar sedang dingin makanya sifat es batu laki laki itu kembali lagi.

Selama jam pelajaran Jeane tak bisa fokus pikirannya sudah berkelana entah kemana, ia memikirkan bagaimana cara ia kembali.
"Je udah jam istirahat nih, gak mau kek kantin?" ketiga temannya sudah siap berangkat ke kantin namun gadis itu enggan beranjak dari kursinya, "gue masih kenyang. Kalian pergi aja" jawab Jeane berbohong bukan masih kenyang tapi ia tak ingin bertemu dengan Dicky. Setelah ketiga sahabatnya pergi, Jeane kembali menatap keluar jendela yang langsung mengarah pada lapangan basket.
"Nih, makan" suara itu kembali membuyarkan lamunannya. Natha yang dari tadi diam di sebelahnya kini menyodorkan sebatang coklat padanya. Gadis itu tersenyum lebar "thank you Nathaa" ucap gadis itu seceria mungkin namun Natha tahu gadis itu sedang memikirkan sesuatu,
"Hmm" gumam Natha sebelum beranjak menyusul Rega yang susah lebih dulu menuju kantin.

Jeane membuka notifikasi email yang muncul di layar ponselnya,
"Hay Je,, how are you? I'm sure you still remember about grandma"
Gadis itu membulatkan matanya ia tahu siapa pengirim pesan itu, satu satunya orang yang sering mengirimkan email padanya.

Tbc ❤❤

Who I amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang