Part 4

21 5 0
                                    

Apa aku terlalu penurut? Sampai-sampai untuk hidupku sendiri pun aku tak punya pilihan dan aku tak berhak untuk memilih.

Sore ini, Ane masih menikmati tatapan kosongnya. Berada di posisi seperti ini seakan keseharian untuknya. Bahkan bisa dibilang saat ini ia lebih banyak menghabiskan waktu bersama tatapan kosongnya dibanding dengan tatapan penuh harapan akan sebuah kehidupan.

"Udah lama?" tanya seorang laki-laki yang baru saja datang. Tentu saja dia adalah Agam. Karena hanya Agam yang sore ini memiliki janji dengan Ane.

"Baru datang," jawab Ane singkat, masih dengan tatapan kosongnya. Bahkan sebenarnya Ane sudah menghabiskan 2 jam waktunya untuk duduk di tempat itu.

"Mau ngomong apa?" tanya Agam to the point.

Ane menyandarkan punggungnya di kursi. Menarik nafas panjang dan seakan siap untuk memulai sebuah percakapan panjang. Tatapannya tak lagi sekosong tadi, tapi tetap saja nampak hampa.

"Selama ini aku nggak pernah tahu tujuan hidupku. Bahkan untuk sebuah kebahagiaan pun seakan semua sudah diatur, semua sudah ditentukan jalannya. Aku nggak pernah punya pilihan untuk hidupku sendiri. Aku juga nggak pernah punya pilihan untuk kebahagiaanku sendiri."

Agam terdiam, ia sempat bingung dengan apa yang dikatakan Ane. Ia hanya baru sadar jika saat ini Ane sedang mencurahkan isi hati dan juga permasalahannya.

"Aku selalu menuruti apa mau mereka, sampai-sampai aku tak punya kemauan apapun untuk hidupku sendiri. Aku selalu mencoba menjalani hidup yang bahkan tak pernah membuatku nyaman. Mereka nggak ada saat aku butuh. Mereka nggak pernah ada buat aku." Ucap Ane lagi, kali ini semakin lirih.

"Sampai pada akhirnya aku bertemu dengan seseorang yang aku anggap paling mengerti aku. Dia bisa menciptakan sebuah kebahagiaan yang sepertinya aku lupa kapan terakhir kali aku merasakannya. Dan aku rela melakukan apapun untuk dia. Agar dia tetap di sampingku, karena dia alasanku untuk tetap bertahan dalam penjara yang maya ini." Ane menarik nafas panjang.

"Tapi aku tak tahu dosa apa yang telah aku perbuat pada semesta, sampai-sampai ia merebut satu-satunya orang yang bisa membuatku bahagia. Dia pergi Gam, dia ninggalin aku. Apa lagi yang akan aku jadikan alasan sekarang?"

Agam masih terdiam. Masih fokus dengan cerita Ane yang menurutnya memang cukup rumit meskipun ia belum tahu kisah yang sebenarnya. Hanya saja ia tak menyangka bahwa gadis cantik yang bahkan modis seperti Ane dan nampak bahagia ternyata menyimpan beban psikis seperti ini. Agam bisa sedikit mengerti permasalahannya. Bahkan ia bisa merasakan karena ia juga berada di posisi yang sama, meskipun dengan cerita yang berbeda.

"Dia pacar kamu?" tanya Agam mencoba merespon. Karena sebenarnya Agam pun bingung harus memberikan respon seperti apa. Ia juga bingung kenapa Ane bisa sepercaya itu kepadanya sampai menceritakan masalahnya kepada agam yang baru beberapa hari ia kenal.

"Iya, dan ini sudah memasuki bulan ketiga dia menghilang." Jawab Ane sambil meneteskan air mata.

Ini yang paling dibenci Agam, melihat wanita menangis. Ia bukan hanya tak suka, tapi rasanya ia selalu ingin menyalahkan dirinya sendiri ketika melihat ada wanita menangis di depannya.

"Aku akan ada di samping kamu sampai dia kembali," ucap Agam spontan. Dan hal ini pun cukup membuat Ane terkejut.

Ane hanya ingin membagi ceritanya. Kenapa harus Agam? Karena sorot mata Agam seakan bisa merasakan apa yang ia rasakan, itu sebabnya ia menceritakan masalahnya kepada Agam yang jelas-jelas baru ia kenal. Bukan karena hal lain, bahkan ia pun tak berniat untuk menarik perhatian Agam. Agam memang membuatnya nyaman tapi ia sadar jika itu hanya karena sorot matanya, tapi tetap saja hatinya sudah untuk orang lain.

"Maksud kamu? Aku tak meminta itu, aku hanya ingin membagi kisahku dan tidak lebih." Jawab Ane mencoba menjelaskan.

"Aku akan menggantikan posisinya sampai dia kembali." Ucap agam lagi, kali ini dengan mantap.

"Ta..tapi kenapa?" jawab ane masih bingung dengan keputusan Agam.

"Karena aku nggak suka lihat kamu menangis. Aku tahu kalau aku bukan dia yang bisa menjadi alasanmu untuk bahagia, tapi setidaknya biarkan aku menjadi alasanmu untuk tidak menangis lagi." Jawab Agam yang sukses membuat jantung Ane berdegub kencang.

***

Hai hai, akhirnya update lagi nih

sorry ya kalo nggak jelas wkwk

jangan lupa vote & komen ya gais  😘😘

GREYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang