15.) Bunuh Diri

8 0 0
                                    

Bismillah, timing Up!!

Jangan lupa bersholawat untuk hari ini, ya Readers 💙

Happy Reading all 👋

***

Proses belajar mengajar kembali aktif setelah weekend berakhir. Sekolah yang biasa ramai kini sepi dan senyap faktor setiap kelas sedang berlangsung pembelajaran bersama guru mereka masing-masing.

"AAAAA!!!!"

"TOLONG!!!!"

Suara pekikan dari luar ruangan kelas terdengar jelas dan menggema. Tak butuh waktu lama, beberapa siswa yang penasaran pura-pura izin ke toilet dan pergi ke sumber suara.

"Akhh!"

"TOLONG!!"

"AMBULANCE!!!"

"BUNUH DIRI!!"

Suara teriakan histeris semakin riuh, membuat proses belajar dan mengajar terhambat. Tak butuh waktu lama, anak-anak dan juga guru berhamburan keluar dari kelas menuju sumber suara.

"MATI!!"

Koridor yang semula sepi tak berpenghuni, kini terdesak ramai. Siswa yang tengah belajar berlari keluar saat guru yang mengajar ikut keluar karena penasaran apa yang terjadi.

Kasa kusu dari luar terlihat jelas, suara langkah kaki yang tergesa-gesa dan berlari terdengar menghimpit pendengaran, keadaan terasa begitu genting dan tegang.

"Ada yang bunuh diri!"

"Gila!"

"Tewas!"

Samar-samar dari luar terdengar pembicaraan siswa yang berjalan bergerombolan dengan langkah cepat.

Sisa kelas 12 MIPA 1 yang belum keluar.

"Maaf, Bu, aku izin cek di luar!" Rudi si rambut cepak tak bisa lagi menahan dirinya untuk tidak keluar. Tanpa menunggu respon dari Bu Juleha-guru IPA yang sedang mengajar di kelas, ia langsung berjalan keluar.

Bu Juleha memang tidak mudah terpengaruh dengan situasi luar, baginya mengajar adalah hal yang penting.

Tapi sepertinya kondisi di luar benar-benar terjadi, Bu Juleha menatap Rey selaku ketua kelas.

"Rey, Ibu keluar dulu. Jaga dan tertibkan teman-teman kamu di dalam kelas." Usai meninggalkan amanah, Bu Juleha pergi meninggalkan mereka semua di kelas yang begitu penasaran.

Rey menghembuskan nafasnya pelan, menatap teman-temannya yang juga menatapnya, seolah kali ini mereka tidak akan bisa tertib.

Tak lama Bu Juleha pergi, suara kursi dan meja terdengar bergesek. "Sorry Rey, kali ini gue ga nurut!" Ucap salah satu teman kelas Rey dan keluar.

Yang lain mengangguk sepakat dan berlari meninggalkan kelas. Eki juga bangun dari bangkunya menatap Rey, Kiara dan Akila.

"Dah lah Rey, ini berita hangat. Kita ke sana aja dulu, lagian Bu Juleha ga beneran kasi amanah ini."

"Aku penasaran, penasaran itu beneran bundir apa gimana." Eki berlari keluar.

Akila bangun dari duduknya, "Ra, mau lihat ke sana?"

Kiara tak menyahut, ia hanya menggeleng sekali. Mendapatkan jawaban itu, Akila sedikit berlari menyusul Eki.

"Ki tunggu!"teriaknya di luar kelas. Tersisa Rey dan Kiara.

Rey melihat wajah Kiara yang tiba-tiba pucat pasi dan tangan yang seolah membeku, gadis itu memang tak melepaskan switter-nya sepanjang belajar.

"Ra, kamu baik-baik saja kan?"Rey duduk membalikan tubuhnya menghadap ke arah Kiara. Tak ada sahutan, yang ada justru berkali-kali Kiara menelan salivanya sulit, keringat dingin di pelipisnya terlihat jelas mengalir seperti sungai kecil.

Tabir Asmara (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang