SEORANG gadis berumur 21 tahun duduk di sudut Cafe. Ia di sibukkan dengan beberapa tumpukan kertas lalu Jari-jarinya dengan cepat menekan tombol-tombol yang berada di laptop.
"Serahkan uang kamu sekarang! Jangan berteriak atau kami akan membunuhmu sekarang juga!" ujar seorang lelaki sambil mengeluarkan benda tajam.
Wanita itu bersusah payah menelan slivanya ketika melihat tiga laki-laki yang ada di depannya. Wajah yang menyeramkan dan tubuh tegap membuatnya menjadi ketakukan. Namun ia sembunyikan ketakutan itu dan berusaha untuk sesantai mungkin.
"Baiklah saya akan memberikan uang saya sekarang juga. Tapi ada syaratnya kalian harus duduk dulu dan berhenti mengancam saya." Lalu para laki-laki itu pun menurut dan duduk di depan wanita itu.
"Jangan coba-coba mempermainkan kami!" ujar salah satu dari mereka memperingatkan.
"Saya mau bertanya, kalau kalian ada di posisi saya seperti ini apa yang akan kalian lakukan?" pertanyaan konyol itu langsung keluar dari mulutnya
"Kabur" Jawab tiga lelaki itu dengan serentak.
"Lalu sekarang saya boleh kabur dong?" tiga lelaki itu langsung menatap tajam wanita itu.
"Baiklah apakah kalian kesal jika ada barang kalian dicuri oleh orang lain?"
"Pasti kesal." Lagi-lagi tiga lelaki itu menjawabnya dengan serentak.
"Bahkan tak segan-segan saya akan membu-" Ucapan lelaki itu terpotong karena terdengar suara sirene mobil polisi yang sudah memasuki area Cafe.
Para penjahat itu mulai panik dan ketakutan sama hal nya dengan wanita yang menjadi korban mereka, bahkan wajahnya sudah pucat dan ia tak tahu harus berbuat apa. Segerombolan polisi mulai memasuki Cafe dan menghampiri meja wanita itu. Wanita itu terus saja menggigit bibir dalamnya karena ketakutan.
"Angkat tangan jangan bergerak!" Sebuah pistol sudah mengarah ke tiga lelaki itu.
"Kalian ikut kami ke kantor polisi dan jelaskan semuanya disana!" Ujar seorang polisi seraya membawa para penjahat itu.
"Mbaknya gak kenapa-kenapa kan?" Tanya seorang lelaki yang tak lain adalah sang pemilik Cafe.
Gadis itu menoleh ke sumber suara. Ia sangat terkagum dengan makhluk ciptaan Allah yang di hadapannya ini. Alis tebal, hidungnya mancung, bibirnya berwarna merah muda sudah hampir sempurna. Namun kesempurnaan hanyalah milik Allah semata.
"Astagfirullah" gadis itu langsung tersadar karena sudah terlalu lama memandang yang bukan mahramnya
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya” (QS. An Nuur: 31).
"Kenapa mbak? Saya Muhammad Aby panggil saja Aby kebetulan saya pemilik Cafe ini mbak" Ujar Aby seraya mengulurkan tangannya mengajak gadis di depannya itu untuk bersalaman.
"Saya Umi Azzahra. Panggil saja Umi" Gadis itu tak membalas uluran Aby ia hanya menelungkupkan kedua tangannya di depan dada seraya tersenyum manis.
"Azz, Saya panggil kamu Azz saja karena kalau saya panggil kamu Umi kita sudah seperti suami istri saja yang panggilannya Umi, Abi"
Gadis itu hanya tersenyum lembut. "Saya mau ke kasir dulu pak Aby" pamitnya.
"Eh tidak usah. Untuk hari ini Saya kasih gratis. Saya juga minta maaf atas kejadian tadi."
"Ohya panggil saya Aby saja" lanjut pria itu.
"Eh beneran? Terimakasih ya atas gratisannya." Gadis itu hanya tersenyum kikuk karena mendengar kata gratis.
"Iya sama-sama Azz"
KAMU SEDANG MEMBACA
Halalkan aku
De Todo" Nikahkan Saja kami agar tidak terjadi kesalah pahaman dan dosa " Umi Azzahra "Saya masih belum ingin menikah. Bahkan saya saja belum mencintai kamu" Muhammad Aby