CHAPTER 1

49K 607 7
                                    


ELISA KUSUMAH

"Karna Cinta tau kemana ia akan berlabuh." kutipan sebuah novel.

Elisa sedang di toko buku tempat favoritenya untuk menyendiri. Ia lebih memilih buku ketimbang ke salon seperti wanita pada umumnya. menurutnya itu merepotkan dan buang-buang waktu.

Tangan kekar menutup mataku, parfume yang sudah sangat aku kenal sejak dulu.

"Lepasin tangan kamu kalo besok masih pengen hidup." ketusku padanya.

"Hehe... Tau aja kalo ini aku." ucap rifai sahabatku sejak sekolah dasar.

"Kamu bau wedus, jadi aku tau itu kamu." ucapku acuh, dan dihadiahi sentilan di jidat. *wedus=kambing*

"Tega bener bau kambing ngga ada yang bagusan dikit apa."

"Kenapa." ucapku cuek, tak menjawab keluhanya. Rifai duduk di sampingku dan bersandar manja.

"Gapapa kangen aja sama kamu." ucapnya sambil menyandarkan kepalanya dibahuku manja.

Aku memutar bola mata malas mendengarnya. Aku tau pasti rifai habis putus dari pacarnya kalau bersikap seperti ini.

"Putus lagi." tanyaku tanpa mengalihkan pandangan. Ia hanya diam tak menanggapi ucapanku.

Paaakk

Ku hadiahi pukulan buku ke kepalanya, kesakitan karna ulahku.

"Aw.... Sakit begok, tega bangat orang mah sahabat lagi patah hati di apain kek di elus-elus gitu." kesalnya sambil mengusap kepala yang ku pukul.

"Maunya kamu itu mah." ketusku, aku memilih melanjutkan membaca novel daripada meladeninya.

"Karna Cinta tau kemana ia akan pulang. Hu..... So sweet..... " rifai merampas novel yangku pegang.

"Berisik, sana jauh-jauh." sungutku pada rifai.

"HAHAHA. el el pacaran juga ngga pernah baca novel cinta-cintaan." tawanya menggelegar mengejek.

"Rifai berisik...... mending aku ngga pernah pacaran, daripada kamu gonta ganti cewek, dasar playboy cap ayam." kesalku kalau saja bukan di luar, sudah kupastikan akan aku buat jari-jarinya berpindah dari tempatnya.

"Eittss aku tuh ngga playboy, kalo playboy itu menjalin hubungan lebih dari satu secara bersamaan, kalo aku kan cuma satu kalo putus baru ganti." kilahnya.

"Ya ya terselah apa kata kamu aja." ucapku menyerah berdebat.
"Ada apa nyariin?" tanyaku.

"Bunda nyariin kamu, katanya udah tiga hari anak perempuannya ngga pernah kerumah." jawabnya

Oh astaga, aku lupa ngabarin bundanya rifai, yang sudah ku anggap bundaku sendiri, kalau aku sibuk melamar pekerjaan di beberapa perusahaan. Aku merasa bersalah tidak mengabarinya.

"Mampus fai gimana nih aku lupa ngabarin bunda, lagian kamu kenapa ngga bilang bunda kalo aku melamar pekerjaan."
Rifai hanya mengangkat bahu cuek.

"Seharusnya kamu yang bilang sendiri ke bunda, ayok pulang, nanti bunda makin murka." rifai menyeret tangan el.

"Tapi aku belum selesai bacanya."

"Nanti aja, kamu mau bunda ngambek, kamu tau sendiri kalo bunda udah ngambek harus di turutin semua kemauannya." kata rifai mengingatkan elisa.

Elisa bergedik ngeri mengingat bunda rifai kalau sudah ngambek. Bunda bakal buat satu keluarganya repot, seperti belanja seharian penuh, atau menyuruh anak-anaknya mengganti warna rambut menjadi nyentrik dan rifai pernah jadi korban bundanya warna rambutnya jadi abu gold. Oh ya bunda memiliki dua Putra anak pertama kak rivano pirnandes erlangga, dan yang kedua si kutcrut rifai Tirta erlangga. Meskipun mereka bersaudara tapi sifat mereka sangat berbeda. Kalau kak vano itu pintar, cuek, dingin dan kejam kalau ada yang berani mencoleknya keluarganya, dan aku tentunya, karna aku memang sudah di anggap keluarganya. Kak vano tidak akan segan-segan menghancurkan orang tersebut dengan kekuasaan yang kak miliki, kak vano, di usianya yang terbilang masih muda, saat ini masih 26 tahun jarak usia kak vano dengan rifai hanya 5 tahun. Dan kalau rifai itu sifatnya lebih ke petakilan, jail, playboy nyebelin, dan aku jatuh Cinta pada pria seperti itu, ya jatuh pada sosok seperti rifai si playboy cap cicak. Sahabatku sendiri.

PASSIONATE PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang