chapter 3

23.6K 446 3
                                    

Bagian 3

Happy reading ❤

ELISA KUSUMAH

Hari ini, hari kedua aku bekerja sebagai sekertaris di perusahaan xx, dan aku sama sekali belum tau siapa bosku, sekertaris macam apa aku ini. Aku harus bersiap-siap lebih awal karna hari ini ada meeting dengan klien penting. Dan apesnya aku harus di antar oleh rifai karna titah bunda yang tidak bisa di bantah.

Semenjak kejadian memalukan beberapa hari yang lalu gara-gara kebiasaan rifai yang suka nyelonong seenak pantatnya, aku harus menahan malu kalau bertemu dengannya, oh astaga kepolosanku direnggut oleh rifai.... bagaimana tidak, aku jadi perfikiran mesum jika bersama rifai setelah kejadian itu. Aku juga harus menghindari rifai mati-matian karna pipiku yang pasti akan sangat mereh seperti tomat busuk, kalo tidak aku bisa di ejek habis-habisan sama rifai si playboy cicak itu.

Dan yang lebih keselnya lagi, saat aku protes denganya yang suka nyelonong seenaknya dia bilang begini "ya udah si el, lagian juga kita kecil sering mandi bareng di kali, kan ngga sengaja liatnya, lagian juga rata el ngga ada yang bisa di liat. Nyebelin banget kan rifai. Emang segitu ngga menggodanya kah aku.

"ELISA.... CEPET SARAPAN UDAH TELAT." teriak si kampret rifai.

"Cih! Panjang umur, baru juga diomongin." grutuku.

"ELIS...." teriaknya lagi.

"BAWEL...." ucapku tak kalah kencang.

Aku turun dengan wajah merengut. "Pagi bund." sapaku pada bunda, mengacuhkan rifai.

"Pagi juga tepos." goda rifai.

"Berisik kamu, aku ngga ngomong sama kamu." sungutku.

"Wleeeee...." ledeknya.

"Kalian ini ngga pernah akur, minta di kawinin apa?." kesal bunda melihat rifai dan elis beragumen mulut.

"Apaan si bund." rajuk elis, tapi dalam hatinya pengen.

"Siapa juga yang mau dikawinin sama dia, ngga ada bagus-bagusnya, tepos rata."

"Apa yang tepos rata rifai." tanya bunda.

"Bukan apa-apa bunda." potongku cepat sebelum rifai ngomong yang tidak-tidak.

"Bunda aku berangkat dulu ya." ucapku lagi, mencium pipi bunda, dan menarik rifai keluar.

Aku langsung masuk kedalam mobil tanpa menunggu rifai yang masih mengoceh entah apa di depan, aku sebal dengan mulutnya yang suka asal bicara. Apa dia ngga pernah mikir apa yang dia omongin bisa menyakiti orang lain. Tapi rifai benar. Aku emang ngga menarik dan seksi, Makanya rifai tidak melihatku sebagai wanita.

Tanpa sadar bulir air jatuh di sudut mata elis, saat itu juga rifai masuk kedalam mobil. Dengan cepat elis menghapus air matanya, ia tidak ingin rifai tau kalau sedang menangis dan pasti akan bertanya macam-macam. Elis memalingkan wajah kejendela menghindari tatapan rifai.

"Masih ngambek?" tanyanya. Elis tidak menjawab ucapan rifai.

"Maaf deh ngga lagi-lagi ngeledekin, jangan cemberut gitu kan katanya mau meeting sama orang penting, nanti kalo klienya ngeliat mukanya asem begitu bisa kabur loh." rifai mencolek dagu elis menggodanya.

Elis menghembuskan nafas cepat, percuma saja ngambek sama rifai, toh ujung-ujungnya bakalan ngalah juga sama dia.

"Udah deh jangan mulai, cepet jalan nanti aku terlambat." kataku memerintahnya.

"Siap bos."

Di perjalanan menuju kantor, seperti biasanya, rifai selalu bertingkah konyol membuat lelucon garing, tapi membuatku tertawa sampai menitikan air mata. Rifai paling bisa bikin mood langsung naik, tapi terkadang bikin mood jatuh.

PASSIONATE PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang