chapter 13

19.7K 562 109
                                    


Happy Reading 💙

Elisa Kusumah

Hari ini aku sudah masuk kantor, dan kembali berkutat dengan kertas menumpuk karena aku absen dua hari, dan itu semua berkat Rifai. Aku menghembuskan nafas kasar mengingat sifat Rifai yang berubah kepadanya. Dia marah atau bagaimana?

Yang meminta lebih awal siapa? Lalu siapa yang merasa bersalah? Sekarang dia sedikit menjaga jarak kepadaku. Lalu aku harus apa?

Biarlah seperti ini, mungkin lebih baik juga untuk kita. Aku juga tidak ingin ada yang merasa bersalah dan disalahkan. Jujur saja, aku tidak mempersalahkan itu semua. Yang sudah terjadi, ya sudah, memang sudah terjadi. Kita tidak bisa memutar kembali waktu, atau meminjam pintu kemana saja milik Doraemon. Aku tidak suka kepada orang menyesali perbuatannya di masalalu dan berandai-andai bisa memutar waktu agar bisa memperbaiki diri dimasalalu.

Hey!! Daripada itu, lebih baik dari sekarang memperbaiki diri untuk masa depan. Jangan berandai-andai yang tidak mungkin terjadi. Ambil baiknya, buang buruknya. Dan jangan sampai masuk ke lubang yang sama. Itu pesanku.

Aku melihat jam ditanganku sudah menunjukan jam makan siang, aku bergegas membereskan tumpukan kertas yang menggunung itu, lalu pergi keruangan Julian. Aku ingin meminta maaf telah mengambil libur sendiri, dan juga meminta maaf kepadanya soal dinner itu.

Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan jika Julian kembali menyinggung soal pembicaraan saat dilombok. Aku tidak ingin membuat Julian kecewa, tapi aku juga tidak ingin membuat harapan palsu untuk Julian.

Ku ketuk pintu ruangan Julian beberapa kali, tapi tidak ada jawaban. Akupun membuka pintu itu, menengok apakah sang empunya berada di dalam atau tidak. Aku mengintip dari celah pintu mencari seisi penjuru ruangan dan menemukan Julian sedang berbicara dengan sesorang ditelpon. Aku masuk kedalam, Julian tidak menyadari kehadiranku karena sibuk menelpon dengan entah siapa aku tidak tahu.

"Itu hak ku dan kau tidak perlu mencampuri urusanku dengannya." Kata Julian pada si penelepon dan menutup panggilan itu dengan kesal?

Julian menoleh dan terkejut melihatku di belakangnya.

"Hai." Sapaku padanya.

Julian sedikit gugup, atau hanya aku yang merasa dia begitu?

"Hai! Sudah lama?" Tanyanya.

"Baru saja." Jawabku mencoba tidak peduli dengan reaksi terkejut Julian. Apa percakapannya begitu penting sampai kaget saat aku datang?

"Mau makan siang bersama?" Tawarnya.

Aku mengangguk mengiyakan, hitung-hitung menebus kesalahan saat di Lombok meninggalkannya dan memilih pergi dengan Rifai.

"Japanese?" Tanyanya.

Tentu saja aku sangat antusias, mengingat Japanese food adalah favoritku.

"Ayo kita pergi." Julian menggangandeng tanganku, tapi aku reflek melepaskannya.

"Maaf." Kataku sedikit merasa bersalah.

Julian tersenyum kepadaku dan mengacak rambutku. Kita pun pergi ke restoran makanan Jepang dalam keadaan hening.

Julian memasan dua ramen, onigiri dan yakiniku. Untuk dessert Julian memilih, Ichigo daifuku sejenis mochi namun dalamnya berisi buah strawberry, dorayaki, kalian pasti tahu betul dessert ini, makanan favorit doraemon, semacam pancake yang tengahnya diisi kacang merah, cokelat atau matcha bubuk teh hijau yang menyehatkan dan satu lagi es cream wijen hitam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PASSIONATE PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang