The Stranger

1K 103 8
                                    

L, I made a story that inspired by you, who doesn't want to love anyone, including me.
Yet, I still love you.





"Hii-chan!"

"Tomi-ya"

Kedua org yg berstatus sebagai sahabat ku memanggil namaku dengan maksud tertentu. Di lihat dari gerak gerik mata mereka, sepertinya mereka ingin meninggalkan ku dan menikmatinya kencan mereka.

Kalo begitu, kenapa aku diajak dari awal!

Mereka sudah berpacaran sejak 2 bulan yg lalu, dan aku sendiri tau itu, walau mereka menyembunyikan hal itu dariku.
Tapi, beberapa hari yg lalu mereka jujur kepadaku dan aku berpura-pura terkejut.

Yena dan yuri pacaran, satu sekolah pun selain diriku tidak akan terkejut.

Mereka sering sekali menggoda satu sama lain! Dan aku selalu menjadi nyamuk. Bahkan kadang fans mereka mengira aku hanya pengganggu! Keterlaluan bukan!

Mereka pikir aku ingin jadi nyamuk?!

Mengulang kembali memori menyebalkan itu membuatku menggelengkan kepalaku dan kembali memusatkan perhatian ku pada kedua sahabat itu.

Mereka sudah menunggu jawaban ku dari tadi, mata mereka sudah berbinar-binar, jadi aku tidak ada pilihan lain, selain berkata "Sana dah"

Mereka berdua tersenyum dan memeluk ku.
Melihat mereka yg begitu senang membuat ku tidak begitu menyesal menjadi nyamuk.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Mereka pergi ke kafe terdekat dan aku berjalan-jalan sekeliling taman. Aku dan sepasang kekasih itu setuju untuk bertemu di taman.
Taman itu mengarahkan ku ke suatu rumah sakit. Rumah sakit 'Ephemeral'.

Penampilan nya seperti rumah sakit biasa, hanya saja rumah sakit ini memiliki taman yg sangat luas dan rindang, jadi aku duduk di salah satu bangku taman itu.





Tak lama kemudian, aku mendengar suara "Permisi, boleh ikut duduk?"




Aku melihat ke arah suara itu berasal. Di depanku, ada seorang gadis dengan rambut coklat tua yang sedang memasang senyum manis di wajah pucatnya dan dia memakai pakaian pasien rumah sakit itu.

Aku melihat sekeliling dan aku lihat masih banyak bangku kosong, anehnya, kenapa dia memilih untuk duduk disini.

Bukan berarti aku melarang, hanya saja, ya, rasanya canggung.

Tapi aku tidak ingin terlihat seperti orang jahat, jadi "Iya, silahkan"


Dia pun duduk di sampingku, dia membuka buku gambar yg tadinya dia bawa. Dia menggambar secara perlahan-lahan.
Aku mengintip sedikit karena dia terlihat sangat cantik.

Beberapa menit lewat, aku mengintip lagi dan gambarnya sudah selesai. Wah, tak kusangka, gambarannya sangat bagus.

Aku tidak bisa berhenti melihat gambarannya dan dirinya yang sibuk menilai gambarnya sendiri.

Tapi, tiba-tiba..







"Kamu mau gambar ku, atau aku?"






Dia berkata dan menoleh ke arahku.
"Aish, ketauan!"

"Kamu-- maksudku, gambarmu!!!" Kenapa aku merasa gugup??

Dia tertawa kecil dan berkata "imut". Komentarnya membuat wajahku serasa panas.

Dia tidak sadar dan melanjutkan perkataannya "Aku suka gambar hal-hal yang menurutku berharga"

Aku melihat gambarnya sekali lagi, dan aku jelas-jelas bisa lihat kalau yang di gambar olehnya ada rumah sakit itu.

"Rumah sakit? Berharga? Haha" aku pura-pura tertawa karena aku tidak mengerti darimana bisa dia melihat rumah sakit itu berharga.

Aku benci rumah sakit!

"Banyak orang yang baik dan banyak kenangan yang ku buat disini, bukannya jelas kalo menurutku semua ini berharga"

Dia terlalu mudah mencintai sesuatu.. polosnya. Apakah dia pernah disakiti? Mungkin dia belum tau bagaimana rasanya.

Haruskah aku beri dia nasihat?




"Aku bukan siapa-siapa, tapi mungkin kamu perlu tau ini... Jangan mudah mencintai sesuatu"



Dia melihatku dengan tatapan kosong dan mengeluarkan satu pertanyaan yang sudah ku tebak "kenapa?"

"Mereka akan pergi dan aku bisa bilang itu karena, Aku, pernah kehilangan seseorang."

Dia tidak membalas apa-apa. Dia masih saja melihatku dengan tatapan kosongnya. Oleh karena itu aku merasa tidak nyaman.

"Haha. Ngapain juga aku cerita ke kamu, padahal kamu cuman orang asing" aku beranjak dari bangku dan dia menarik tanganku.

"Jangan gitu. Bisa aja pertemuan kita sekarang memang takdir" dia menggoda ku.


Aku melepaskan pegangannya "Maaf, aku ga tertarik bicara sama orang asing. T-tapi bukan berarti orang-orang asing itu jahat, hanya saja.."

Dia ikut beranjak dari bangku dan menghadap ke padaku dengan sedikit senyum.





"kenapa? Kamu takut orang asing itu jadi orang asing terbaik yang pernah kamu temui?"






Aku tidak menjawab. Yang dia katakan itu memang benar dan aku yakin dia sendiri tau itu.
Aku memang benci ada orang asing, atau orang baru datang ke hidupku.
Itu berarti seseorang akan meninggalkan ku disaat aku sudah nyaman dengan situasi saat ini.
Lebih parahnya jika aku menyayangi orang baru itu.

Aku tenggelam dalam pikiranku, tapi dia tiba-tiba menepuk pundak ku "Kita memang belum kenalan, tapi kalo emang suatu saat kita ketemu lagi, pada saat itu kita harus kenalan"

"Hah?" Omong kosong apa yang dia katakan.


"Jika kita ketemuan lagi, berarti emang ada sesuatu diantara kita. Mau itu kabar baik atau kabar buruk. Ayo kita jalani bersama-sama"




Mata terbuka lebar akibat senyum manisnya itu. Kenapa bisa seseorang mempunyai senyum semanis itu?
Senyumannya membuatku menelan ludah ku sendiri dan tenggelam dalam pesonanya.







Tak kusadari mulutku mengeluarkan suara "iya"













-TBC-



Hai!🤓 Oke, author tau, masih banyak cerita yang belum selesai+author bakal ujian tahun depan, tapi ga tahan aja, soalnya ssambbang lucu banget. >.<
Jadi ini dia cerita ssambbang yang entah bakal author lanjutin. Jangan terlalu berharap ya~ :3

DAN

IZ*ONE Vampire is coming!!

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang