Our time is Ephemeral

487 58 14
                                    

"ikuti aku"



Karena rasa bersalah, aku tidak ada pilihan lain selain mengikuti sang nenek.
Di perjalan entah kemana, sang nenek tidak mengeluarkan sepatah kata kepadaku. Ini membuatku gugup.

Aku lebih baik dimarahi habis-habisan, daripada di bawa ke suatu tempat.

Kemudian, jejak kita berhenti di depan vending machine. Dia membeli dua buah minum dan satunya diberikan kepadaku.




Aku bertanya "kenapa nenek kasih saya ini..?"



Dia menarik tanganku dan mengajakku duduk di bangku sebelah vending machine itu.



Dia kemudian berkata "Kamu pasti lelah setelah lama gitu"


Aku menggeleng-geleng "namun, saya pada akhirnya tidak berhasil menyelamatkan suami anda, jadi buat ap--"


"Tidak.. mungkin memang sudah takdirnya.. dia sudah hidup cukup lama" jawab sang nenek.


"Bukankah anda sedih?"


"Tentu sedih! Sangat sedih! Namun, dia, sempat berkata kepadaku 'Jika suatu hari, aku pergi duluan. Kau boleh bersedih, tapi jangan kau ikuti jejakku. Hiduplah selagi kau bisa. Dunia ini ga boleh semudah itu kehilangan wanita cantik sepertimu' begitu katanya"


Sang nenek tertawa sejenak dan lanjut bercerita "Dia memang suka gombal, tapi hari itu aku tidak tertawa, melainkan menangis"


"Namun sekarang, Mengapa bisa anda tersenyum disaat orang yang anda sayangi meninggal?"


Sang nenek menghela napas dan menjawab..




"Pada akhirnya semua orang akan meninggal. Mau sekaya apapun, secantik apapun, sehebat apapun, pada akhirnya kita akan meninggal dan melepaskan semua kejayaan itu. Jadi kita yang di bawah sini, juga tidak ada pilihan lain, selain melepaskannya. Jika kita memang menyayangi orang itu, kita harus melepaskannya. Selama dia sekarang di tempat yang lebih baik."








Aku menangis mendengar perkataan lembut sang nenek. Sang nenek yang melihatku meneteskan air mata langsung memeluk dan berkata "Tidak apa, tidak apa, menangislah. Hidup sudah berat, buat apa kamu lebih membebankan dirimu sendiri. Lepaskan saja"





~EPHEMERAL~




Aku balik dengan mata merah ke ruangan ku dan di ternyata sudah ada sakura yang menunggu ku.



"Oh! Hiichan, akhirny-- wow, kok matamu merah banget? Habis nangis?"


Sakura mendekatiku dan bertanya lagi "Si nenek marahin kamu keras banget atau gimana?"



Aku menepuk pundak sakura dan menjawab "ngga kok.. aku capek banget, boleh ga aku sendiri?"


"Hm? Oke oke" sakura menggotong ku ke sofa dan aku berbaring disana.
Sakura pun perlahan meninggalkan ruanganku. Pas disaat sakura menutup pintu, ponselku berdering.

Ada nofikasi SMS muncul.






Mataku terbuka lebar dan aku langsung berdiri kembali.
Aku keluar dari ruangan dan ternyata masih ada sakura di depan pintu.



"Eh? Hiichan, kemana???"








Aku berteriak sambil berlari "KE BANDARA!!!"






EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang