ketegaran#

401 22 0
                                    

dari-Nya sembari memperbaiki & memantaskan diri.

Hidup damai dengan memaafkan.
_____________

Plakk

Bukkk

Mata memandang kosong

Hati meronta tanda tak kuasa

Tangan tak berdaya

Bibir keluh tuk berucap

Hanya suara debakan kaki yang terdengar

"lain kali jadilah penurut atau inilah hukuman mu, cihh sok suci"ejek wanita setengah baya, mendecih kesal menatap seorang gadis yang terkulai lemas tak berkutik.

Sekujur tubuhnya terasa remuk, sang gadis hanya bisa menatap sendu langkah kaki yang mulai menjauhinya, mengumpul sedikit demi sedikit kekuatan tuk bangun dan bertengger pada dinding putih, dengan hati yang terus berdoa agar ia diberi ketegaran dalam menghadapi setiap cobaannya.

'ya allah berilah aku ketegaran untuk menghadapi cobaan ini,aku percaya suatu hari nanti tante akan berubah' suara hati gadis manis yang dikenal dengan nama asykah.

Dengan perlahan ia berdiri menyangga pada dinding dan mencoba berjalan walau dengan langkah yang tertatih, menuju sebuah pintu putih untuk melepas rasa lelah.

Buk

Menghempaskan dirinya begitu saja di atas satu-satunya kasur diruangan tersebut, hanya kasur lantai memang tapi ia masih bersyukur karna tak luntang-lantung di jalan.

Menegakkan tubuhnya menyadari kalau sudah waktunya shalat isya'. Menyeimbangkan diri berjalan menuju kamar mandi dan mengambil air wudhu untuk bersuci, melantunkan niat bersuci dari hadast dan najis yang melekat lalu mengambil kain putih guna menutupi aurat yang enggan ia tampakkan saat menghadap sang pencipta, gerakan yang ia lakukan membawanya kepada ketenangan dan keteduhan hati walau beberapa bagian merasa perih dan sesekali meringis kecil.

"ya allah yang maha melihat lagi maha melindungi, berilah aku kekuatan untuk melewati segala cobaan yang kau berikan untukku, berikanlah tanteku maaf mu, dan maafkanlah aku yang masih mengeluh kepadamu, hanya kepadamu ku berlindung dan hanya kepada mu aku berserah" doa yang ia panjatkan kala selesai dari shalatnya. Hati yang tegar namun rapuh, mata yang kuat namun masih menitihkan air mata,apalah daya ia hanya seorang manusia biasa yang tak slalu bisa menahan rasa sakit, entah itu batin maupun fisik.

Merasakan semakin gelapnya malam,ia tidur meringkuk merasakan dinginya malam tanpa selimut yang menghangatkan dan lantai yang hampir menyentuhnya, namun ia tak pernah menggunakan alasan itu untuk mengeluh akan hidupnya, karna dihatinya masih tersimpan banyak rasa syukur yang tak akan pernah ia lupakan.

Ia tertidur pulas merasakan dekapan semu dari kedua orang tuanya yang bahkan sudah tak bersamanya sejak ia berumur 12 tahun, saat itulah kisah pedihnya bermulai.

Mendapati mentari yang masih belum menampakkan sinarnya, bahkan ayam masih belum berkokok, ia terbangun dari tidurnya menyerjap kan mata menarik kesadaran dari alam mimpi, ia beranjak untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Ceklek

setelah shalat subuh ia keluar dari kamarnya mengedarkan pandangan mendapati rumah yang masih sepi, melangkah menuju dapur dan mengambil beberapa bahan makanan untuk ia olah dengan sedemikian rupa tuk dijadikan sarapan oleh sang tante sekeluarga.

Tangan dan jari lentiknya ia gunakan tuk mengayunkan pisau guna memotong satu persatu bahan yang tersedia, memang inilah kegiatannya sebelum berangkat sekolah, keahlian yang tak sebanding dengan seorang ibu jika memasak ia mencoba sebisanya agar tak mengecewakan wanita yang disebutnya tante.

Bibir tipis itu melengkung kala masakan apa yang ia buat berbau harum dan enak dipandang. Merasa tugasnya sudah selesai ia pergi kembali kekamarnya untuk bersiap-siap, memakai hijab dan seragam sekolah menengah atasnya, mendapati sekarang sudah pukul 6 tepat ia bergegas mempercepat langkah keluar dari rumah, walau dengan nafas yang terengah ia berlari sekuat dan secepat yang ia bisa karna jarak dari rumah tantenya menuju sekolah memerlukan waktu setengah jam atau 30 menit dengan kendaraan, asykah sadar jika ia jalan santai maka gerbang sekolah akan tertutup untuknya.

Huf

Huf

"pak satpam saya belum telatkan?"dengan nafas yang terengah ia bertanya pada satpam, pak satpam yang melihat hanya bisa menghela nafas berat

"belum kok neng asykah masih kurang 5 menit, ayo masuk"pinta sang satpam ramah yang sudah mengenal asykah karna beberapa kali ia pernah telat tapi pak satpam masih berbaik hati membiarkanya masuk.

Dengan senyum yang merekah asykah berterimakasih dan melenggang masuk, seolah rasa sakit yang ia alami kemarin hilang seketika tak berbekas, asykah tersenyum mendapati temanya yang menunggunya di dalam kelas dengan senyum yang sama hangatnya.

"asykah"panggil teman asykah dari dalam kelas yang melihat asykah masuk ke kelas tidak terlambat.

"iya hani assalamualaikum" jawab asykah dengan penuturan yang lembut, tapi bukanya hani menjawab ia malah menyatukan alisnya dan menatap tajam asykah yang kini tengah duduk disampingnya.

Hani menangkup wajah asykah dengan kedua tanganya dan menatapnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan "apa tantemu memukulmu lagi asykah?.." dengan lantang hani bertanya dan asykah sedikit terkejut dan kembali tersenyum membuat matanya menyipit.

Haih

"asykah kenapa kamu hanya diam dan tersenyum, sekali-kali bicaralah jujur padaku" hani menghela nafas berat karna ia benar-benar kecewa pada sahabat nya satu ini, walau terluka ia tetap tersenyum ceria bagaikan tak terjadi apa apa.


R

evisi✓
Jangan lupa vote ya⭐🥰

Jangan bosen ya ,maap yak klu typo bertebaran dimana-mana

bertasbihnya cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang