Nineteen

1.3K 171 20
                                    


Ff ini akan aku segera akhiri aja karena sebentar lagi libur musim panas author segera berakhir, mungkin akan gak sempet untuk nulis/lanjutin ff sookai lagi, tapi aku tetap dukung kok couple terfavorit aku selama aku nge-fujo, Sookai yang bikin aku punya keberanian untuk menulis di wp, setelah dari tahun 2017 menghuni wp hanya menjadi reader aja, aku lebih aktif dukung sookai di tw dan ig ( ◜‿◝ )♡

.
.
.
.

Choi Soobin sedang berbaring disofa panjang yang ada dikamarnya dengan kedua mata tertutupi oleh punggung lengannya, nafasnya terdengar teratur seperti orang yang sedang tidur. Sejak kehilangan matenya, hidup seorang Choi Soobin tidak lagi sama, seperti ada bagian yang hilang dalam dirinya. Soobin merasa jika kewarasannya akan segera menghilang, seperti para werewolves lain yang kehilangan matenya, menggila, sakit-sakitan lalu mati perlahan. Yang membuat kewarasannya masih ada saat ini adalah sebuah harapan, harapan untuk bertemu dengan matenya lagi, harapan yang semakin mengecil di setiap detik keberlangsungan hidupnya.

Choi Soobin merasakan hembusan angin yang menerpa tubuhnya, dengan tiba-tiba Choi Soobin bangkit dari posisi tidurnya dan duduk dengan tegak. Kedua manik matanya memandang lurus pada jendela yang sebelumnya tertutup rapat namun kini jendela tersebut sudah terbuka lebar membuat angin malam berhembus masuk kedalam ruang kamarnya, hembusan angin itu disertai dengan aroma bunga, bunga yang paling harum didunia, aroma yang selama ini ia rindukan, aroma yang tidak bisa ia lupakan meskipun sudah lama ia tidak mencium aroma tersebut.

Dan disanalah dia, Matenya. Duduk ditengah jendela yang terbuka dengan kedua matanya menatap lurus pada alphanya. Choi Soobin duduk mematung, ia takut jika ia menggerakkan tubuhnya maka matenya itu akan lari dan menghilang lagi.

Apa ini mimpi?Batin Soobin.

Jika iya, Soobin berharap jika ia tidak akan pernah terbangun.

Choi Soobin tidak bisa membedakan antara mimpi dan kenyataan, ia sudah terlalu sering mengalami kejadian seperti ini, bertemu dengan matenya lagi. Tapi ketika terbangun dia dihadapkan dengan kenyataan bahwa dia sudah kehilangan matenya, seketika itu juga kehampaan menerpanya lagi. Jadi apa bedanya dengan hari ini, mungkin ini akan menjadi salah satu dari mimpinya lagi.

Dengan sangat perlahan Choi Soobin menggerakkan otot tubuhnya untuk berdiri, ia takut jika ia salah langkah maka Kai akan melompat dan kabur lagi, tapi matenya itu hanya duduk diam menatap padanya.

"Kai?" Ucap Soobin dengan suara parau sembari berjalan perlahan kearah matenya. Kai hanya menatap Soobin dengan raut wajah datar, tidak ada emosi apapun disana. Semakin Soobin mendekat, aroma tubuh matenya semakin tercium. Soobin mengepalkan kedua tangannya mati-matian menahan diri untuk tidak menerjang matenya saat itu juga, ia tidak ingin membuat matenya takut padanya.

Aroma ini terlalu nyata untuk sebuah mimpi, seolah - olah matenya itu memang benar-benar berada dihadapan Soobin.

Soobin mengangkat tangannya untuk menyentuh pipi matenya.

Dingin

Bukankah jika ini mimpi maka aku tidak bisa merasakan rasa dingin, ini seperti nyata. Batin Soobin

"Apakah ini pengaruh obat yang aku minum?" Gumam Soobin pelan, Dokter di pack memberikan resep obat untuk membantu Soobin tidur dengan nyenyak dan Soobin berpikir ini mungkin adalah efek sampingnya, membuatnya berhalusinasi saat sadar.

Kai masih menatap Soobin dengan tatapan yang sama, tanpa emosi. Bahkan saat Soobin mengusap-usap bibir bawah Kai dengan ibu jarinya Kai tidak bergeming padahal biasanya matenya itu akan memalingkan  atau menundukkan wajah dengan kedua pipinya yang memerah. Tapi Kai yang ada dihadapannya ini malah menatap tepat dikedua manik mata Soobin.

Jika dimimpi sebelum-sebelumnya Kai selalu lari dan menghilang saat Soobin mendekatinya, Maka Melihat hal ini Soobin tidak ingin menyia-nyiakannya, Soobin merapatkan jarak yang ada diantara bibir mereka, Soobin bisa merasakan bibir lembut Kai yang berada diantara bibirnya. Soobin pikir jika ia tidak akan merasakan bibir itu lagi, ia melumat dan mengulum bibir mate itu, aroma matenya memenuhi rongga pernapasannya membuat Soobin semakin bringas melahap bibir lembut itu. Kai hanya terdiam dan membiarkan Soobin melumat, mengulum, mengigit-gigit kecil bibirnya, Soobin meminta akses untuk lidahnya masuk kedalam mulut Kai. Soobin bisa merasakan rasa itu lagi, rasa  seperti sengatan-sengatan listrik kecil menjalari tubuhnya.

Dan hal yang Soobin tidak duga terjadi, Kai membalas ciumannya. Kini mereka berdua melakukan sesi ciuman panas. Soobin menggendong Kai ala koala, memeluk pinggang Kai erat, tanpa melepaskan pagutan dibibir mereka, Soobin merebahkan tubuh Kai dikasur, melepaskan pagutan bibir mereka dan menatap lekat-lekat wajah matenya itu, tatapan Kai masih sama, tanpa emosi.

"ini adalah mimpiku yang paling indah disepanjang hidupku" Ucap Soobin, Soobin melihat ceruk leher Kai yang terdapat bekas markingnya, mungkin karena ini mimpi maka Kai bersikap seperti ini, membiarkan Soobin mencium bibirnya sampai hampir kehabisan nafas. Kai didunia nyata akan memukul - mukul dadanya lalu mengomelinya. Soobin tersenyum kecut, ia tidak peduli meskipun ini adalah mimpi, yang terpenting adalah ia bisa mendekap dan merasakan aroma matenya lagi, aroma yang selalu mampu membuatnya merasa tenang.

Soobin membenamkan wajahnya di ceruk leher Kai, menghirup aroma tubuh matenya itu, menciumi berkas marking dan memberi beberapa kissmark baru dileher Kai yang putih bersih itu. Tiba-tiba saja Kai membalikkan posisi mereka, dengan posisi Kai berada diatas tubuh Soobin, ia mencium bibir Soobin seperti Soobin mencium bibir Kai tadi, menciumnya dengan ganas, seperti meniru Soobin. Tentu saja Soobin tidak merasa keberatan dengan hal itu, ia pun mengimbangi gerakan bibir Kai diantara bibirnya.

Soobin memegangi perutnya yang terasa basah, tangannya menyentuh cairan yang berada diperutnya. Soobin menatap tangannya yang sudah berlumaran cairan berwarna merah.

Darah

Soobin menatap Kai yang sudah melepaskan pagutan bibir mereka, Kai duduk diatas tubuh Soobin dengan pinggang Soobin berada diantara paha Kai,  Soobin melihat tangan Kai yang memegang sebuah belati kecil yang terbuat dari silver, untuk pertama kalinya dimalam itu Soobin melihat wajah Kai dengan seulas senyuman dibibirnya. Kai mengacungkan belati itu hendak menikam Soobin lagi, Soobin tidak bergeming, ia seperti membiarkan jika hidupnya berakhir ditangan matenya sendiri.

Braakk!!

Tubuh Kai terguling kesamping, dengan tubuh Taehyun yang menerjangnya dari samping. Kai meronta, ia menendangi tubuh Taehyun yang berada diatas tubuhnya, Taehyun mengunci tangan Kai dengan memegangi kedua pergelangan tangannya.

"Alpha!"

"Alpha!"

Taehyun memanggil-manggil Soobin yang menatap mereka berdua dengan raut wajah yang tidak terbaca, Soobin terlihat diantara sadar dan tidak sadar.

Soobin baru menyadari jika ini bukan mimpi seiring dengan ia merasakan perih dibagian perutnya yang tertusuk dan juga rasa sakit dan sesak didadanya, kenapa matenya sendiri bermaksud untuk membunuhnya, sebenarnya ia merasa tidak keberatan jika ia mati ditangan Kai, toh dia juga akan tetap mati jika matenya itu tidak kembali padanya, hanya saja Soobin tidak tau jika akan sesakit ini, merasakan pengkhianatan dari matenya sendiri.

Kenapa?

Sebenci itukah Kai kepadanya?

Mengapa Kai baru melakukannya sekarang? padahal ia bisa saja melakukannya sejak dulu.

Dan yang lebih menyedihkannya lagi adalah, Soobin tidak bisa membenci Kai, meskipun ia mengkhianati Soobin berkali-kalipun ia tidak akan membencinya.

Apa kalian masih inget dengan jalan cerita ff ini?

Mungkin kalian merasa jika penderitaan Soobin/ pemikiran soobin lebay, tapi menurut cerita werewolves yang aku baca werewolves yang ditinggal oleh matenya ya seperti yang Soobin rasakan sekarang.

His Fiore  ~ Sookai~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang