Bab 12

931 51 0
                                    

Happy reading

****

Dina nyarus tidak percaya apa yang di ucapkan Igar, laki-laki itu sepertinya sudah gila. Menginginkan anak darinya, membuat anak seperti membuat mie instan. Ia merupakan salah satu wanita yang mementingkan karir, memiliki anak di luar expetasinya. Apalagi nikah muda seperti kebanyakan lalu berdiam diri di rumah mengurus anak.

Baginya menjadi wanita karir adalah impian dari dulu, ia sudah bersusah payah kuliah dan lulus, dengan menghabiskan dana yang tidak sedikit. Tentu saja ia harus menjadi wanita yang berpenghasilan tinggi. Penilaian orang di luar sana, wanita karir lebih di akui dari ibu rumah tangga. Apalagi jika ia mendapat jabatan bergengsi maka ia akan menjadi sebuah pengakuan eksistensi.

Berbeda dengan ibu rumah tangga, seberapa mereka berhasil mendidik anak, seolah tidak ada penghargaan yang di dapat. Padahal keberhasilan anak, tidak lepas dari pola bagaimana ibu yang mengangsuh.

Toh, ia masih muda berumur 24 tahun dan baru saja meniti karir di hotel ini. Menghasilkan anak adalah di luar prediksinya, ia mau tapi tidak sekarang. Mungkin sepuluh tahun ke depan, di umurnya 33 tahun. Walaupun pekerjaannya yang sekarang di luar dari passion dan cita-citanya dulu, karena ia lulusan sarjana akutansi. Walaupun begitu ia menikmati perannya sebagai admin HK. Toh, ini baru 2 tahun ia berkeja, dan merupakan diawal karirnya. Tentu saja ia tidak berhenti di sini begitu saja, ia perlu berkembang dan mencari pekerjaan lagi setelah ini, tentunya lebih baik lagi.

"Anak?,"

"Ya, mau?," Igar menyesap kopi itu secara perlahan, ia melirik Dina.

"Enggak, maksud aku mau, tapi enggak sekarang,"

"Hemmm," Igar meletakan cangkir itu di meja.

"Aku masih mau berkarir," gumam Dina.

"Sampai kapan kamu ingin berkarir ?,"

"Sampai usia pensiun mungkin,"

Alis Igar terangkat, "Selama itu ?,"

"Walau menikah sekalipun, aku tetap ingin berkarir, aku enggak bisa status menjadi istri dan ibu rumah tangga saja, yang mengurus anak dan suami. Aku ingin tetap berkarir, memiliki kantor, dan aku juga harus berpenghasilan tinggi,"

"Bukankah mencari nafkah itu tugas suami?," timpal Igar.

"Ya aku tau tugas suami, tapi kondisi perekonomian saat ini semakin buruk, sehingga tak jarang suami istri bekerja bahkan ada yang membuka usaha demi kesejahteraan keluarga. Apalagi sudah memiliki anak, semakin sulit mengatur keuangan dan semakin banyak kebutuhan keluarga,"

"Ya kecuali, kita dari keluarga terpandang, pengusaha sukses. Itu aja enggak cukup bagi aku,hanya berdiam diri di rumah, rasa bosan menghantui dan kurangnya kualitas diri aku,"

"Kebanyakan yang aku lihat, wanita yang aktif di rumah, cenderung berpenampilan asal-asalan. Tapi wanita karir di luar sana cenderung merawat penampilan sehingga rasa percaya diri meningkat,"

"Wanita karir secara otomatis membangun passion, mau belajar memiliki berdedikasi tinggi. Mereka bisa belajar banyak hal dalam bekerja, dan mereka cenderung tau apa yang akan mereka capai. Membuat hidup lebih baik,"

Bibir Igar terangkat, ia tidak menyangka dengan jawaban Dina begitu memukau seperti itu. Ia menyungging senyum,

"Jadi kamu ingin tetap berkarir,"

"Tentu saja, aku ingin tetap berkarir walaupun sudah menikah,"

"Jika aku menjadi suami, tentu saja tidak melarang istriku meniti karir, itu merupakan hal luar biasa,"

GAIRAH CINTA HOT DUDA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang