Bab 9

1K 48 0
                                    

Happy reading

***

Dina tidak tahu akan berbuat apa selain menikmati kecupan Igar. Ia bukanlah wanita polos yang tidak pernah merasakan sebuah ciuman. Ia pernah melakukan ini dengan mantan-mantannya terdahulu. Ia baru tahu bahwa kecupan Igar begitu menenangkan.

Semenit kemudian ia melepas kecupan itu, ia mengatur nafas yang sulit di atur. Oh tidak, apa yang telah ia lakukan terhadap Dina. Lihatlah rambutnya kini setengah berantakan, dan bibirnya memerah.

"Maaf,"

Dian menelan ludah, ia juga sinting, mau saja dikecup oleh atasannya sendiri. Ia mengatur nafas yang sulit diatur, ia mengibaskan rambut kebelakang, suasana office mendadak gerah padahal suhu AC ruangan lumayan dingin.

"Ya nggak apa-apa," gumam Dina, ia membuka handel pintu, tapi Igar menarik tangannya kembali, otomatis ia menoleh memandang wajah tampan itu.

"Dina ...,"

"Ya," otaknya masih sulit untuk berpikir jernih, ciuman Igar masih bergeliya di otaknya.

"Kita pulang sama-sama,"

"Hah !,"

"Aku antar kamu pulang,"

Dina menarik nafas dan mengangguk, "Iya,"

Igar berjalan mendekati lemari kabinet, mengambil tas ranselnya di sana. Ia menyungging senyum, menatap Dina yang masih berdiri di depan pintu. Lihatlah hanyam diam seperti itu, dia semangkin menggemaskan, ingin sekali mengecupnya lagi. Ah, wanita itu membuatnya mabuk kepayang.

"Enggak apa-apa kan kalau kamu pulang pakek motor," Igar membuka hendel pintu, ia menahan diri, agar tidak menarik tubuh ramping Dina, melanjutkan kecupan itu lagi.

"Iya, enggak apa-apa kok," Dina menyeimbangi langkah Igar menuju basement. Jujur saat ini jantungnya kembali maraton hanya dengan tatapab membuatnya jatuh hati.

"Tapi ...," Dina mengusap tengkuknya yang tidak gatal.

"Tapi apa?,"

"Enggak ada helm,"

Alis Igar naik ke atas, "Nanti kita pinjam sama security yang masuk malam,"

"Udah lama ngekost di Cideng?," tanya Igar,

"Baru dua bulan pak, sebelumnya aku kost di Slipi,"

"Kenapa pindah?,"

"Cari suasana baru sih pak,"

Igar menghentikan langkahnya, Dina bingung dan ikut berhenti. Ia memandang Igar yang menatapnya cukup serius.

"Kenapa?," Dina bingung.

"Kalau berdua seperti ini, sepertinya cukup aku kamu saja, ini sudah di luar jam kantor,"

Dina menyungging senyum lalu meneruskan langkahnya, ia pikir Igar ingin berbicara apa. Ah, ia seperti wanita yang baru saja mengenal cinta. Kenapa Igar bisa menjadi laki-laki semanis ini, biasanya dia selalu memarahinya, karena selalu salah mengerjakan laporan.

Tapi ia yakin si Igar tersenyum bahagia karena efek ciuman tadi. Ia pernah membaca artikel bahwa dengan berciuman maka mampu mengurangi hormon kortisol dalam tubuh yang menyebabkan stres. Dengan berciuman akan meningkatkan hormon endorfin yang mampu menguatkan tubuh lebih fit, perasaan bahagia dan otak lebih tenang serta rileks.

Ia tidak bisa membayangkan berdua setiap hari seperti ini, terlebih bunga-bunga itu mulai tumbuh di hati. Ia berharap penghuni hotel ini tidak tahu apa yang telah terjadi pada dirinya dan Igar.

Menyukai seseorang kadang datangnya secara tiba-tiba, tak terkecuali dengan atasan sendiri di kantor. Bekerja sama selama bertahun-tahun, tanpa niat untuk melalukan kontak fisik apalagi berbagi perasaan itu merupakan di luar expetasinya. Tapi setelah kejadian beberapa menit yang lalu, rasa itu seketika ada. Entahlah dia datang dari mana, rasanya begitu mendadak sekali.

GAIRAH CINTA HOT DUDA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang