'ppalli gaja, tapi aku tidak bisa lama' wajah kim myungsoo kembali bersinar
'gaja gaja, aku tau tempat makan yang enak' secepat kilat kedua tangannya sudah menarik tanganku mengikutinya. Dan dalam sekejap mata aku sudah pindah ke sebuah restaurant mahal
'heol' umpatku berbisik
'bukannya kau mau mengajakku minum?' aku menoleh padanya, masih shock dengan pilihan tempatnya
'ne, disini wine-nya enak' katanya polos
'aku tidak mau, lebih baik makan di warung pinggir jalan saja' aku bersidekap
'wae? Tidak mau?' wajahnya sedikit ragu
'kalau tidak mau yasudah, aku mau pulang' belum sempat aku melangkah tubuhku sudah kembali ditariknya. Membuat aku kehilangan keseimbangan dan hampir menabrak dadanya di depanku kalau bukan karena kedua tanganku mencengkram lengan kekarnya
'deg' jantungku tiba-tiba berdetak kencang sekali, darahku berdesir dan rasanya mwngalir cepat sekali ke kepala
'deg' ini bukan suara detak jantungku, suaranya kencang tapi berbeda iramanya dengan milikku. Tunggu. Apa ini milik kim myungsoo? Aku mendongakkan kepala, mendapati wajah kim myungsoo yang juga sedang menatapku
'waaaah' aku mendorong tubuhnya menjauh lalu tertawa hambar
'ayo pergi, aku cukup lapar' aku membalikkan badan dan berjalan menjauh. Tanganku mengipasi wajahku yang merasa panas
Pada akhirnya kami tidak jadi makan bersama. Karena sepertinya kim myungsoo sedikit alergi pada tempat kecil seperti itu. Dan aku sedikit alergi pada tempat mahal pilihannya. Sejak dulu kami memang selalu berbeda pilihan.
'gomawo' kataku sebelum keluar dari mobilnya
'jiyeon-ah' aku menoleh kembali, kim myungsoo keluar dari mobil dan mwnghampiriku. Saat ini kami berada di depan rumahku.
'gomawo' kata pertamanya setelah sampai didepanku
'dan maaf' aku mengernyit
'untuk semuanya' aku mwngangguk mengiyakan
'itu hanya masa lalu, aku sudah melupakannya' kim myungsoo mengerutkan alisnya
'ah matta, boleh aku pinjam ponselmu?' dia menyerahkan ponsel di sakunya padaku
'untuk...' kalimatnya berhenti saat aku dengan cepat menarik gantungan ponselnya
'ini juga bagian masa lalu, jadi sebaiknya kau buang' aku melemparkan gantungan ponsel dengan bandul bunga sakura dan inisial KMS itu ke kotak sampah terdekat
'wae?' dia membulatkan matanya menatapi gantungan ponsel itu
'itu buatanku dan seharusnya kuberikan pada namjachinguku, jadi karena sekarang kau bukan namjachinguku lagi, dan kau akan menikah sebaiknya itu dibuang saja' aku menatapnya datar
'mulailah hidup barumu dengan baik' aku menarik nafas panjang
'aku mungkin telat mengatakannya tapi, cukhahae. Kuharap pernikahanmu akan bahagia' aku memberikan senyum terbaikku
'sudah malam, pulanglah' kim myungsoo tak menjawab dan masih menatapi aspal di bawahnya.
'bagaimana kalau aku tidak bisa melupakanmu?' aku tersentak dengan pertanyaannya
'apa kau mau kabur bersamaku? Aku bisa membawamu lari' matanya menatapku tajam
'berhenti bercanda dan pulanglah' aku kembali membalikkan badan tapi kim myungsoo kembali menarik tanganku
'cup' satu tangannya menahan tengkukku, bibirnya melumat bibirku dengan ganas
'hmmmppp' aku mencoba meronta, mendorong tubuhnya menjauh tapi tangannya yang ada di pinggangku semakin menarikku merapat
'plak' satu tamparan mendarat di pipinya saat aku berhasil membebaskan diri
'tidakkah kau berpikir ini keterlaluan?' suaraku tercekat, rasanya telapak tanganku yang memukulnya tadi berdenyut sakit. Tanpa banyak bicara aku segera melangkahkan kakiku cepat memasuki rumah
******
Hari pernikahan. Aku sedang membenahi gaun sooji saat ini. Merapikan bagian roknya. Menaruh buket bunga yang kubawa di depannya.
'yeppeo' dia tersenyum saat melihat buket bunga itu
'anda juga sangat cantik' kataku memuji membuatnya sedikit tersipu
'tuan kim myungsoo pasti sangat bahagia bisa mendapatkan anda' keningnya sedikit mengernyit
'myungsoo?' aku mengangguk
'kuharap kalian bisa menjadi pasangan yang bahagia' hatiku sedikit nyeri saat mengatakan hal ini
'tapi...' sebuah ketukan mengalihkan perhatian kami
'ada mau bilang apa?' aku bertanya pada sooji karena tadi kalimatnya terpotong
'appa' pekiknya senang saat melihat seorang namja menyembulkan kwpalanya di ambang pintu
'ah, say permisi' aku undur diri karena sang ayah mempelai mungkin ingin bicara dengan anaknya
'ne, gomawoyo jiyeon-ssi' sooji memegang tanganku sebentar sambil tersenyum ramah. Hilangkan pikiran burukmu untuk mwnghancurkna pernikahan yeoja baik ini park jiyeon
'kau sudah selesai?' jihye yang juga baru keluar dari kamar mempelai namja menyapaku
'ne, ayo kita ke ruang pesta' dia mengangguk
'bureobda' gumamnya kagum melihat dekorasi yang sangat indah. Bunga mawar putih di setiap sudut. Dengan langit-langit yang dihiaa berbagai pernak pernik
'tapi aku tidak melihat foto kedua mempelai ya' jihye menoleh padaku
'benarkah? Kau tidak melihatny? Di depan sana ada, dekat pintu masuk' katanya menjelaskan
'jinjja?' jihye mengangguk
'kenapa aku tidak melihatnya ya?' bingungku pada diri sendiri
'mungkin karena kau membawa gaun besar itu' aku manggut-manggut
'sudahlah, sebentar lagi sang pengantin akan masuk dan kau bisa melihat mereka dwngan puas' aku tersenyum tipis mendengar ucapan jihye
'hei itu mereka' aku menoleh ke arah telunjuk jihye, kim myungsoo dan kim soohyun berjalan berdua menuju ke altar
'aku bahkan lebih iri karena pengantin namjanya sangat tampan' jihye sedikit merengek
'oh kenapa dia turun?' aku mengernyit bingung
'nugu?' tanya jihye bingung
'sang mempelai namja' jawabku masih memandang ke arah kim myungsoo
'ani mempelai namja sudah siap di altar' aku menoleh cepat ke arah jihye di sampingku
'ne, kau lihat kan? Soohyun-ssi disana' aku menolehkan kembali ke arah altar pernikahan
'jadi maksudmu...' aku menarik nafas sebelum menoleh pada jihye lagi
Bersambungin aja
Pendek gaes wkwkwk
Moom maap yak, bukan apa-apa ini pengehematan biar chapter terakhir besok rasa panjang dikit wkwkwk
Hujat aku gapapa hujat aja tapi bintang tetep jan lupa

KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Dress
FanfictionKetika masa lalu itu hadir di depanmu, dengan segala kebahagian yang dimilikinya