Chapter 10. KODE 52AT:

2.2K 293 25
                                    

"min-minta maaf?" Arsy menaikan sebelah alisnya dan memandang Alvy dengan ngeri.

"Yah, ketika saya membaca buku tentang wanita. Dapat di katakan wanita suka kata minta maaf pertama dari laki-lakinya" Alvy berbicara dengan nada lurus seolah-olah sedang berpersentasi sedangkan matanya masih terfokus menatap Arsy.

"Oke-oke oke! Saya rasa ini ada kesalahpahaman dari segi penjelasan, itu hanya untuk yang berpacaran? Anda mengerti tuan muda, kata 'lelakinya'? Disini hanya untuk seorang pacar Oke?" Meski Arsy sedikit risih dengan kalimatnya yang baku tapi dia tetap menekankan agar Alvy mengerti apa yang di ucapkannya. Kemudian Alvy menolehkan wajahnya dengan tatapan berpikir.

"Lalu apakah saya bukan seorang lelaki?" Alvy meluruskan posturnya dan memasukan tangannya kedalam saku. Arsy masih menatap Alvy terheran-heran. Seseorang memanggil nama Alvy dengan ceria

"Yo! Nick!!! Suaramu merdu di speaker sekolah!"

Arsy langsung berkedip dan buru-buru melirik Daniel yang tersenyum dengan tampan. Cahaya matahari menyoroti penampilannya, baju basketnya membuat dia lebih jantan dan mempesona.

Melihat Arsy terpesona oleh Daniel, Alvy langsung masuk kedalam ruangan tanpa menjawab sapaan Nathan. Ekspresinya masih seperti biasa lurus dan datar.

Daniel menghampiri Arsy, kemudian dia tersenyum sambil melambai-lambaikan tangannya

"Arsy?"

"Eh Daniel. Hahaha" Arsy salah tingkah, lalu dia langsung masuk kedalam ruangan untuk menghalau rasa malunya yang kedapatan terpesona akan ketampanan Daniel.

Beberapa pengurus inti baik MPK atau OSIS sudah berkumpul dan duduk di masing-masing tempatnya. Namun kali ini jumlah panitia bertambah dengan para pangeran sekolah, beberapa pengurus sering melirik-lirik pangeran yang berada di sekitar mereka.

"Jadi? Ar kita mau bahas apaan?" Erika berbicara dengan ekspresi bertanya dan penuh hati-hati karena ada pujaan hatinya.
Arsy dengan cepat menoleh kearah Alvy, karena Alvy yang memiliki ide untuk berkumpul. Alvy tanpa melirik Arsy ulang, dia langsung berdiri dan menjelaskan apa yang menjadi pembahasan.

"Ya, seperti yang kita ketahui bahwa beberapa saat lalu terjadi kasus bunuh diri? Yang menjadi pertanyaan Mengapa gadis itu bunuh diri?" Alvy menjelaskan dengan tenang. Ketika dalam mode berbicara, Alvy terlihat normal tanpa cahaya dingin dan aura putera mahkota, meski wajahnya masih datar dan tatapannya masih tajam.

"Aku mau tanya boleh?" Suara Sesil yang di buat selembut mungkin membuat Arsy menatap kaget, pasalnya Sesil merupakan salah satu spesies gadis absurd di kelasnya. Tapi sebenarnya itu wajar karena banyak orang tampan berkumpul disini. Alvy tidak memandang Sesil dan Alvy hanya fokus dengan buku berjudul 'Teori Konspirasi: Dunia dan Alam bawah sadar'. Karena tidak mendapat perhatian dari Alvy, Sesil akhirnya melanjutkan.

"Kenapa kita engga biarin aja masalahnya tuntas sama polisi?"

Alvy yang sedang membalik halaman, langsung berhenti kemudian dia menatap Arsy lama. Arsy yang di tatap oleh Alvy sedemikian rupa, menjadi salah tingkah.

Daniel yang melihat Arsy kebingungan, langsung berdiri di sebelah Alvy.

"Jadi? Tuan muda Nick tidak akan bertindak tanpa ada campur tangan dewan? Betul Nick?"

Begitu mendengar kata 'dewan' Alvy langsung menatap Daniel tajam, lalu dia berjalan dan berdiri di depan Daniel.

"Karena saya menemukan ini!" Alvy mengeluarkan secarik kertas, lalu Alez dengan keras berteriak

"Saya! Saya punya kesimpulan!!"

Semua orang yang hadir langsung menatap Alez.

"Kemarin sebelum Meira meloncat dari gedung! Saya menemukan beberapa orang yang menggunakan Hoodie hitam berlari sangat cepat"

DIBALIK DINDING SEKOLAH (Ganti Judul)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang