Happy reading .... ❤❤
🌸🌸🌸
Rere hanya melirik sekilas pada laki-laki di depannya. Di mana Mahesa kini sedang menatapnya dengan senyuman yang selalu Rere rindukan. Ia salah tingkah sendiri, bingung harus bersikap seperti apa.
"Ma!" teriaknya karena sang mama yang katanya mau ganti baju sebentar, belum juga kembali.
"Apa kabar kamu, Re?"
Bukannya menjawab, Rere malah menatap heran ke arah Mahesa. "Nggak salah nanya?" ketusnya.
Mahesa menunduk, meremas kedua tangannya yang bertautan di depan. Ia tahu Rere sedang mempertahankan apa yang kini ia rasakan. Mahesa akan mencoba mengerti jika Rere masih marah. Dan akan terus bersikap ketus seperti ini.
"Maaf," katanya kembali menatap wajah Rere yang kini menampakkan raut jengah.
"Mama!" teriak Rere lagi karena mamanya seperti sengaja meninggalkan mereka berdua saja.
Baru saja Rere hendak bangkit dari duduknya, Winda, mamanya sudah keluar dengan senyum hangat. "Apa si, Re. Sopan dikit, ah. Teriak-teriak gitu!"
Rere tak menjawab, ia menggeser duduknya agar mamanya bisa duduk di sampingnya.
"Nak Mahesa udah ngomong sama Rere?"
Laki-laki itu menggeleng.
"Lah dari tadi pada diem-dieman aja?" tanya Winda heran sembari menatap Rere dan Mahesa secara bergantian.
Ekspresi Rere masih sama, nampak tak tertarik. Sementara laki-laki di depannya tersenyum kikuk.
"Ya udah Tante aja yang ngomong ini?"
"Silahkan Tante, lagian ini kan permintaan mama saya," jawab laki-laki itu ramah.
Rere mengerutkan kening bingung. Tapi dia hanya berani menatap wajah sang mama.
"Jadi gini, mamanya Mahesa kemarin lihat lukisan kamu yang itu."
Rere mengikuti arah pandang mamanya. Di mana, lukisan yang pernah ia buat saat masih dalam masa penantian tergantung di dinding. Lukisan paling berkesan menurutnya. Karena saat itu, ia masih percaya dengan janji Mahesa. Janji yang ternyata hanya bualan semata.
Rere kembali menatap mamanya. "Terus?"
"Nah, kan minggu depan omanya Mahesa mau ulang tahun, jadi mamanya Mahesa mau minta tolong kamu buatin lukisan untuk hadiah ulang tahun Omanya Mahesa."
Kepala Rere otomatis bergerak ke arah Mahesa yang masih menampakkan senyumnya.
Rere berdecak dalam hati, "Lukisan Rere kan nggak bagus, Ma! Nanti malu-maluin," kata Rere seperti dengan sengaja ingin menolak tawaran itu.
"Kata Rena sama mama kamu, kamu sering dapet pesenan." Kepala Rere kembali bergerak ke arah laki-laki yang baru saja bersuara itu, lalu menatap mamanya kesal, kenapa harus menceritakan tentang dirinya.
"Mereka suka kok liat lukisan kamu yang itu." Mamanya menggedik ke arah lukisan di dinding itu lagi.
Rere mencoba mencari alasan untuk menolak tawaran ini. Namun saat tidak ada satu kalimat pun yang terlintas di otaknya. Akhirnya terpaksa dia menyetujui permintaan itu. Lagi pula, dia memang harus bersikap profesional. Anggap saja ini adalah pesanan dari salah satu klien yang tidak dikenalnya.
*
Entah ini akal-akalan Mahesa agar bisa kembali dekat dengan Rere. Atau memang ini benar-benar permintaan mama laki-laki itu. Yang jelas, Rere bingung bagaimana cara menolak ajakan ini. Memang ada Rena di antara mereka, tapi justru itu yang membuatnya tidak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE for YOU ✓
Romance💜Pindah ke Dreame/Innovel💜 Rere bertemu kembali dengan laki-laki dari masa lalunya. Namun dalam kondisi yang tidak diinginkan. Sementara ada Leon yang selalu ada di saat-saat terpuruknya. Namun keberadaannya tidak pernah Rere anggap berarti. Dan...