Part 3

69 12 10
                                    

SMA Winaya memiliki blacklist orang-orang yang harus dihindari jika ingin hidup damai sampai lulus nanti. Salah satunya adalah Pak Yanuar, sosok paruh baya yang sudah terbukti kesangarannya. Ia tidak akan segan untuk menghukum anak raja sekali pun jika memang salah.

Pak Yanuar menjadi populer akhir-akhir ini di kalangan murid baru setelah beberapa kali kedapatan menghukum seorang siswa yang diketahui bernama Prayoga Reganata. Cowok terkeren, terkece, tertampan in the world versi para penggemarnya. Sedangkan dalam versi Pak Yanuar sendiri, Regan hanyalah satu dari sekian banyak stok murid nakal yang dimilikinya.

“Nasib gue kok gini amat..” Gerutu Regan sambil mengusap keringat di lehernya. Ia tidak salah saja Pak Yanuar menceramahinya sampai berbusa, apalagi kalau dia salah, beuhh... bisa mati berdiri dia.

“Capek saya mengurusi kamu,” Pak Yanuar membuka ceramahnya.

“Orang tua saya juga bilang begitu.” Sela Regan.

“Jangan menjawab kalau saya sedang bicara!”

“Iya,”

“Lain kali, kalau mau nakal jangan tanggung agar pihak sekolah tidak susah cari alasan buat mengeluarkan kamu.”

“Iya,”

“Berdiri kamu di sini sampai jam pulang. Setelah itu langsung menghadap ke ruangan saya.” Setelah berkata demikian Pak Yanuar segera beranjak dari hadapan Regan.

“Tumben ceramahnya cuma sebentar. Biasanya berhari-hari.” Ucap Regan lalu mengusap tengkuknya yang dialiri sungai keringat. Merasa hampir pingsan ia pun segera melarikan diri dari sana.

–oOo-

Kantin, selalu menjadi tempat paling nyaman untuk bergosip ria tentang manusia dengan segala keburukannya. Ingat! Manusia jarang membicarakan kebaikan orang lain pada sesama. Beda samping, beda depan, berbeda juga di belakang. Selalu ada satu tokoh utama yang diulik lebih detail dari tokoh lainnya. Mulai dari guru, kakak kelas, adik kelas, semua tidak luput menjadi bahan pembicaraan di tempat produksi gosip ini.

Pada awalnya semua sibuk mengonsumsi makanan yang dibumbui hot isu di mejanya masing-masing. Sampai segerombolan siswa memasuki kantin sambil bernyanyi dengan diiringi petikan gitar mulai merusak suasana. Mereka terlibat canda tawa dengan sesamanya seakan berada di dimensi lain yang isinya hanya ada mereka. Hal itu membuat penghuni kantin merasa terganggu, namun tak bisa apa-apa karena tahu siswa seperti apa mereka.

“Oi, kalau mau ngamen bukan di sini tempatnya.” Ujar seorang cewek di sana.

Tatapan seisi kantin pun segera menyerbunya. Tak terkecuali para siswa yang sedang bernyanyi itu, mereka mendadak menghentikan konsernya. Lalu salah satu dari mereka yang berpakaian paling urakan berjalan perlahan mendekati meja cewek lancang tersebut.

“Lo bilang apa barusan? Coba lo ulangi biar gue jelas dengernya.” Perintahnya dengan suara rendah mengintimidasi.

Namun cewek itu tidak terlihat takut, ia pun bangun dari duduknya dan berhadapan langsung dengan si cowok urakan itu,

“Di sini bukan tempat untuk—“

Plakk..

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, sebuah tamparan keras lebih dulu membungkam si cewek.

“Punya mulut itu dijaga, De–vi–na,” si cowok urakan membaca name tag cewek itu, “jangan mentang-mentang lo cewek jadi lo bisa bicara semau lo.”

Plakk..

“Punya tangan juga dijaga! Gak semua orang takut sama berandalan kayak lo, Yo–ris.” Balas Devina telak membuat wajah cowok itu memerah padam perpaduan antara marah dan malu.

–oOo–

Tunggu next partnya ya..
Btw ada yang tau Devina  itu siapanya Regan?

Vomentnya dong biar gw tambah semangat nulisnya.
❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Just Friend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang