ㅡ;🌻Market

248 22 17
                                    

*yee si mbak padahal mbaknya yang megang kamera, kok dia yang gaya juga:(

Inovasi, bre -Aulia

"Qik!" Sapa Seokjin melihat Qika yang mengucek-ucek matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Qik!" Sapa Seokjin melihat Qika yang mengucek-ucek matanya.

Qika membalas tersenyum tipis. Kemudian meminum susu yang dihangatkan Seokjin tadi pagi.

"Jadi ke pasar kan? Yuk, mumpung belum pada bangun," Seokjin segera bangkit dari duduknya.

"Lu nunggu gue? Lama ga?" Tanya Qika. Seokjin menggeleng, "Nggak kok. Sans."

"Lu gak tidur lagi?" Tanya Qika, "Tumben Namjoon sama Nayla tidur lagi, padahal Namjoon harus ke kecamatan kan?"

"Gue emang gak dibolehin tidur selesai subuh sama bunda," jawab Seokjin.

Hening. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Seokjin sibuk me-list belanjaan yang harus dibeli nanti. Sedangkan Qika memoles wajahnya tipis. Belum mandi harus tetap cantik, prinsipnya sejak dulu.

"Elu serius ke pasar pake baju lengan pendek gitu? Dingin tau," Seokjin memecah kecanggungan tiba-tiba. Agak kurang nyaman dengan atmosfer yang tercipta tiba-tiba.

Qika mengangguk, "Jaket gue dipake Fathia tidur,"

Seokjin mengangguk paham, laki-laki kedokteran itu memberi jaketnya kepada si perempuan sastra, "Nih. Pake jaket gue aja. Yakali lu pake baju gituan ke pasar. Jangan lupa pake pinnya." Peringat Seokjin sambil memberikan jaketnya.

Pin yang dimaksud adalah pin KKN, pin ini harus dibawa kemanapun dan kapanpun kecuali saat tidur dan mandi selama KKN. Hanya pin, tidak sampai jaket. Selain pin, mereka juga dapat baju KKN. Dipakai ketika ke kecamatan atau sedang menjalankan program kerja.

Qika menerima jaket Seokjin dan memakainya. Meski agak kebesaran di bagian bahu, tapi Qika tetap menyukainya. Wangi Seokjin tercium jelas pada jaket hitam itu.

Seokjin mengeluarkan sepeda pak Sungjae. Pagi-pagi gini enaknya naik sepeda, apalagi kalau cuacanya dingin kayak begini. Mendingan naik sepeda, terus keliling-keliling desa.

Kemudian, Qika naik ke belakang Seokjin. Sekali-kali meniup tangannya karena kedinginan.

Perjalanan mereka kali ini sangat hening, tak biasanya Qika menutup mulut seperti ini.

Yang kalian tahu adalah Qika itu easygoing, mudah mencari topik, lawak, dan menyenangkan, kan? Qika bukan yang seperti itu sekarang. Tangannya memegang bagian belakang sepeda dan menatap kosong sawah yang ada di samping kiri mereka. Seokjin sendiri agak terkejut Qika sangat berbeda sekarang.

Tak ingin berada di atmosfer kecanggungan ini dua kali, Seokjin membuka suara,

"Qik,"

"Apa?" Untungnya, Qika meresponnya.

KKN: Gagal Move On ㅡ pjmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang