Indra sampe di depan rumah Jennie, rumah yang ada di salah satu kawasan cukup elit di kota Jakarta itu tampak sangat tenang. Tapi, tidak bagi Indra. Cowok itu tau persis, mengapa rumah mewah itu selalu terlihat tenang.
Itu karna, kedua orang tua Jennie yang yang tidak pernah ada dirumah. Bahkan, di akhir minggu pun belum tentu seorang Jennie Agustina bisa melihat mamah-papahnya dan bertemu di meja makan seperti anak-anak lain.
Satu hal, yang membuat Indra jadi kagum pada gadis itu adalah tentang cara pandang Jennie. Dia bilang 'gak apa-apa orang tua gue gak dirumah, mereka juga kaya gitu demi ngehidupin gue, gue harus tahu diri. Lagipula, gue kan punya lo dan kelas 11 IPA."
Indra ngeluarin hapenya dan mencet ikon bentuk telefon di pojok atas kanan layar, menelfon Jennie.
"Jen, aku di depan."
'Kamu masuk aja dulu.'
Jennie mematikan sambungan telefon dan Indra juga turun dari motor maticnya, membuka pagar dan masuk kedalam rumah Jennie. Menunggu cewek itu di ruang tamu.
Banyak hal yang Indra dapat dari Jennie. Tentang cara pandang dia yang selalu positive, sifat tangguhnya dan kepribadiannya yang unik. Indra benar-benar beruntung bisa dapet pacar kaya Jennie, walaupun juga Jennie itu agak bucin.
"Hey, sorry nunggu lama ya?" Jennie turun dari lantai dua.
Cewek itu benar-benar cantik! Sumpah deh, rambut panjangnya di gerai gitu aja, bajunya benar-benar stylish. Atasan Crop top dan celana Training plus kacamata bulat dan make up tipis yang bikin Indra Kicep.
Ini teh bidadari turun dari mana, ya Gusti nu agung!?
"Oi! Diem aja, ayo jalan..." Jennie meluk Indra manja.
"Tadinya aku pikir langit malam itu cantik. Tapi, ternyata kamu jauh lebih cantik."
Jennie pun tersipu malu dan menenggelamkan wajah bulatnya di lengan Indra.
〰〰〰
Irene dari tadi pagi uring-uringan. Pusing dia mikirin ospek besok, mau ngasih game apa atau mau kaya gimana nanti. Ya, walaupun notebene nya Irene ini 'someone special' nya ketua OSIS SMA Tunas Harapan juga, tetep aja dia yang mikir, kan dia seksi acaranya.
"Ah bodoamat, pokoknya gue harus ngasih yang terbaik!" katanya penuh semangat sambil ngeluarin MacBooknya dan langsung berselancar di internet. Mencari-cari games yang seru untuk calon adek kelas atau teman seangkatan barunya.
"Kemarin gue liat idol yang mecah-mecah apel, seru kali ya kalo dijadiin game?" gumam Irene.
Tanpa pikir panjang dia langsung nulis di Bindernya, di kertas dengan Title "Games OSPEK!"
"Hmm apalagi ya? Random dance kayaknya seru, okedeh..."
Dan tanpa terasa cewek itu udah duduk di depan laptopnya sampe jam 3 pagi. Irene ngelepas kacamata buletnya dan ngedip-ngedipin matanya yang udah pegel plus ngantuk parah itu. Mukanya udah gak karuan, kantong mata menebal dan yang pasti. Rambutnya naik semua karna keseringan di sisir jari keatas.
"Hoaamm, udah ah..." Irene matiin laptopnya, tutup bindernya dan langsung jalan ke kasur, "Goodnight, Irene."
〰〰〰
"Tumben nelfon, ada apa nih keris dukun?"
Jam 10 malem, tiba-tiba Chris nelfon si Wendy. Gak tau kenapa, tiba-tiba aja cowok itu udah ngambil hapenya, buka LINE dan mencet kontaknya Wendy.
"Gak kenapa-napa sih..." katanya pelan.
Sekarang posisinya Chris lagi duduk di kasur sambil meluk bantal bentuk Panpan dari We Bare Bears yang dikasih sama Wendy pas dia ultah tahun lalu.
"Dih, tumben banget lo. Kesambet apaan?"
"Kesambet apa yaaaa?"
"Btw, lo belum tidur Wen?"
"Belom, lagi nonton netflix. Lo sendiri sih? Tumbenan masih bangun?"
"Gak tau, lagi kangen sama seseorang gue."
"Waduuhh, siapa tuh? Jessica yang anak artis itu ya? Kan lo demen sama dia katanya." Nada Wendy kedengeran santai-santai aja. Padahal, tuh cewek lagi nahan sesuatu, gak tau rasanya aneh pas bilang gitu.
Chris terkekeh di seberang sana, Wendy jadi ikutan.
"Gue gak suka yang tinggi kaya gitu, Wen."
Wendy mainin ujung kaosnya, "Karna lo pendek ya?"
"Anjer, gak lah!"
"Hahahah, makanya tinggiin badan lo!"
"Kayak lo tinggi aja, dasar."
"Yaudah cari pacar yang lebih pendek dari lo lah," kata Wendy.
"Jadi cewek gue sini."
"Lo ngapa sih Chris? Kelamaan jomblo ya lo?"
Wendy ketawa canggung, bikin Chris jadi Senyum di seberang sana.
"Iya nih, makanya takenin dong."
"Taken? Game yang gelud-gelud itu ya?"
"Itu tekken, bangsat."
"Ihh kasar, gw tutup ya bye."
"Jangan, jangan di tutup!"
Wendy nahan ketawanya, nada suara Chris kaya takut gitu. Tumbenan banget si Chris begini, ya, walaupun emang anaknya random.
"Kenapa?" tanya Wendy dengan suara sok dinginnya.
Chris diem sebentar terus jawab, "gue... Gue suka denger suara lo."
HAMBYYAAARRRRRR-!
〰〰〰
Astagfirullah, ini gue kenapa!?
WeNdY saMaA ChRiiIsssS-!?
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA ANAK IPA!
FanfictieAnak IPA berkelakuan minus dengan otak jenius. Hati-hati kalau ada yang bilang anak IPA-1 itu kalem-kalem. Jangan percaya kalau ada yang bilang kelas IPA-1 tuh kelas dambaan.