Wish V

11 2 3
                                    


Malam semakin larut dan aku masih tetap tidak bisa memejamkan mataku. Entah kenapa otakku menolak untuk membuatku lupa tentang kejadian yang mengerikan. Yah, Mengerikan. Bagaimana mungkin aku bisa melupakan zombie itu. Mereka menyeramkan, aku takut. Saking takutnya aku tidak bisa memejamkan mataku walaupun sedetik.

"Kau tidak tidur?"

Aku terkejut mendapati bahwa Luka menghampiriku. Sontak aku menggeleng membalas pertanyaannya.

"Huh," Luka menghela nafas lelah dan kemudian membaringkan tubuhnya di sampingku. Dia menyilangkan kedua tangannya dibelakang kepalanya. "Aku akan tidur sebentar, kau juga harus istirahat. Hari ini kau yang banyak bergerak sampai membuat tanganmu jadi kasar karena pedang itu."

Aku mengambil tab pemberian Alfred dan menulis, 'Aku takut.'

Luka melirik sekilas, "Aku disini." Kemudian dia memejamkan matanya.

Aku melirik wajah Luka yang tampan dan terbentuk sempurna. Kulit putih porselen tanpa nodanya benar-benar membuatku iri. Di lain tempat, aku juga melihat Alfred dan Syari yang saling mengobrol sambil melirik kearahku. Dari tatapan yang diarahkan Syari kepadaku menunjukkan bahwa dia membenciku. Darimana aku tahu? itu karena aku sudah berpengalaman dengan semua tatapan orang kepadaku. Well, sepertinya tatapan seperti itu sekarang benar-benar tidak mempan padaku.

Aku memposisikan tidurku disamping Luka tanpa menjadikan Luka sebagai bantal gulingku. Terakhir kali aku tidur dekat dengannya aku menjadikannya sebagai guling dan dia kelihatan marah sekali.

---

Aku berlari, sangat jauh sehingga aku tidak tahu aku dimana. Semuanya gelap, yang kulihat hanya darah yang berceceran. Aku takut, Ibu....! Ayahh!!!!!!!!!! AAAGGGGHHHHHHHHHHHHHHHHHH

"Maura??!!! Bangunlah!!!!!"

Aku membuka mataku lebar-lebar dan melihat Luka mendekapku dengan erat, aku melihat Rendy, Zeon dan juga Alfred yang terlihat cemas, dan disamping mereka aku melihat Syari.

"Kau bermimpi buruk Maura," Ucap Rendy

"Cih," Aku bisa mendengar Syari yang berdecih kearahku dan kemudian pergi meninggalkanku.

Aku mengatur nafasku perlahan dan kemudian Zeon memberikanku air minum. Dan aku meminumnya dengan sekali tegukan. Aku merasakan tubuhku benar-benar berkeringat, aku masih mengingat wajah ibu dan juga ayahku.

"Jangan khawatir, aku akan disini bersamamu." Luka membelai kepalaku dan tersenyum ke arahku.

Aku mengambil tab dan menuliskan 'Terimakasih.'

"Tapi kekuatanmu benar-benar kuat ya." Gelak Rendy, "Luka sampai tidak bisa menahanmu," tambahnya sambil sedikit tergelak.

"Hah, sekarang hampir pagi kita akan segera bergerak." Ucap Zeon setelah memastikan bahwa Maura baik-baik saja.

---

Syari mengeluarkan denah untuk menuju F5, dimana untuk mencapai F5 harus melalui terowongan panjang setelah melewati D3 dan setelah melewati terowongan harus melewati tangga menuju F5 dimana ruangan tersebut berada di ruangan yang paling ujung dekat Lift. Namun sayang liftnya tidak bisa dipakai dan hanya bisa menggunakan tangga. Dimana banyak kemungkinan para zombie akan berkumpul disana. Syari juga memperlihatkan video dimana terdapat zombie yang sedikit aneh. Tubuh zombie tersebut lebih besar dibandingkan dengan zombie yang lainnya.

Zeon memperhatikan dan mendengarkan dengan seksama penuturan yang diberikan Syari, "Ini benar-benar misi yang digunakan untuk membunuh kami?"

Tesya mengangguk mengiyakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My WishesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang