09. Hola De Vuelta

87 19 15
                                    


>> play the music <<

Tatapan matamu yang dulu begitu hangat, bahkan aromamu, benar-benar semuanya telah berubah.
☁ | Ben - 180 Degree | ☁


Aku berjalan dengan tangan yang menggenggam sebuah surat yang sebenarnya memang tidak ada sepatah katapun isi dari surat ini. Rencananya, hari ini aku ingin bertanya kepada Jean mengenai surat yang kemarin aku terima dari lemariku.

Aku tetap terus berjalan dengan pikiran yang kosong, hingga tak menyadari bahwa aku sudah berada di depan gerbang sekolah. Mataku masih menatap gerbang kokoh ini dan bertanya kepada diriku sendiri, apa yang sebenarnya terjadi dalam hidupku? Batinku.

Hingga tak menyadari pula, seseorang di belakangku berusaha mengagetiku dari belakang.

"BAAA!!!" Teriak seseorang dari belakang sembari mendorongku ke depan. Refleks tubuhku hampir terjatuh ke tanah, namun dengan keseimbangan yang kuat, aku tak jadi berbaur dengan tanah.

"Yaelah, bengong aja daritadi ... lagi mikirin doi ya? Siapa doi lo? Sini sini cerita ke gue," ucap seseorang di belakangku yang masih membuatku geram. Seketika aku langsung membalikkan badanku dan memberi wajah yang benar-benar memerah.

"PAGI-PAGI UDAH NGAGETIN AJA! DEMEN BANGET SIH LO NGAGETIN GUE?" Teriakku yang membuat murid lain yang baru masuk gerbang sekolah seketika menatap ke arahku.

Tentu saja, siapa lagi jika bukan Anna-kembaran Rienne yang menyebalkan. Aku tak habis pikir, mengapa dua bocah itu senang sekali membuat jantungku ingin copot? Sudahlah, lupakan hal itu.

"Yee, lu juga, pagi-pagi udah naik pitam. Hidup dibawa santai aja bosku," respon Anna meneput bahuku dengan kasar. Lagi-lagi, ia telah membuat bajuku lecek setelah ku setrika tadi malam.

"Lo bawa apa?" Tanyaku singkat dengan mata yang masih tertuju pada kotak besar yang ada di samping kaki Anna.

"Oh, ini? Ini titipan dari pak satpam buat Jean," jawabnya sembari mengambil kotak tersebut.

"Pak satpam? Ngapain pak satpam kasih Jean something?" Tanyaku heran.

"Bukan pak satpamnya, bego. Biasa lah, kan kalo orang tua mau nitip-nitip barang ke anaknya, pasti kan lewat pos pak satpam," jawabnya sembari melangkahkan kaki ke depan. Aku pun turut mengikuti di sampingnya.

"Lo aja gin yang kasih," ucap Anna seraya menyodorkan kotak itu tepat di hadapanku.

"Loh, kok gua?" Tanyaku balik.

"Kan elu sekelas ama dia, Nerol sayang .... " jawab Anna yang seketika membuatku jijik beberapa detik.

"Oh iya, hehe .... " responku sembari menerima kotak tersebut. Aku berpikir, kira-kira apa isi dari kotak ini? Siapakah yang menitipkan kotak ini? Sudahlah, lagipula mengapa aku juga ikut-ikutan menguak privasi orang lain.

"Yaudah, gue ke kelas duluan ya Rol, jemputin gue kalo lo duluan istirahatnya," ucap Anna yang diselingi lambaian tangannya yang kecil itu. Aku pun meeresponnya dengan lambaian tangan kananku. Ia pun segera memasuki kelasnya.

Sesampainya aku di depan kelas, aku tak menemukan tubuh sosok yang kucari. Ya, Jean. Yang kulihat hanyalah lambaian tangan dramatis Rienne yang mencoba menyuruhku untuk segera menghampirinya.

"Buset, lo bawa apaan dah, kue ultah buat gue ya? Wah sorry, Rol. Bukannya gue nolak nih ye, tapi ultah gue udah kelewat dua bulan lalu. Mending tahun depan aja lo surprise-in gue," oceh Rienne yang mulai membuatku pusing. Baru saja datang, sudah diserbu tingkah laku aneh kedua temanku. Siapakah gerangan selanjutnya yang akan membuatku menggeleng-gelengkan kepala? Whatever.

Pluviophile Girl [COMPLETED] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang