"Dia ... ah, sudahlah. Tak penting juga jika aku ungkap semuanya."
Waktu mengambil alih. Ada batas khayal antara Lisa dengan Jungkook yang membuat keduanya sama-sama memutuskan untuk bungkam hingga tungkai menyentuh marmer penginapan.
"Kau bisa gunakan kamar Yura," cakap Jungkook seraya menghadapkan jari telunjuknya ke arah kamar Yura.
"Baiklah," sahut Lisa. Ketika tungkai hendak merampas langkah putar, rungunya lebih dulu mendengar panggilan suara rendah Jungkook. Lisa mengernyit tatkala menatap wajah sayu Jungkook, kendati begitu ia tetap bertanya heran, "Ada apa lagi, Kook?"
"Setelah—tunggu," pungkas Jungkook, "kenapa kau memanggilku demikian?"
Alis Lisa menukik. "Memanggilmu seperti apa?"
Gemas dengan pertanyaan tak berbobot Lisa, Jungkook menepuk dahinya lelah. "Kook, tadi kau memanggilku begitu," jelas Jungkook.
Ada jeda sejenak. Dengan posisi menelengkan kepala yang bertendensi ke sebelah kanan serta kedua pelupuk mata yang berkedip bingung, sudah mampu membuat Jungkook berkonklusi bahwa Lisa masih belum paham apa yang baru saja ia katakan.
"Ah, sudahlah, lupakan saja." Jungkook menyandarkan tubuhnya pada dinding sebelum kembali bersua, "Setelah kau membersihkan diri, segera ketuk pintu kamarku. Kau bisa gunakan pakaian Yura, ambil saja di koper kecil dekat lemari, biasanya Yura akan meninggalkan kopernya jika sedang terburu-buru."
Lisa mengangguk samar. Sejemang mengulas senyum kecil yang ia tujukan kepada Jungkook sebelum benar-benar menghilang di balik pintu.
Jungkook ikut tersenyum saat tubuh Lisa sudah sepenuhnya hilang. Menunduk dengan kedua netra yang ia fokuskan pada marmer penginapan, dengan sengaja mengetuk-ngetukkan ujung sepatu pada lantai hingga menimbulkan bunyi ketukan abstrak. Jungkook masih mengulas senyum tipis. Dia berkata lirih, "Andai saja kau seperti Lisa yang penurut, sudah pasti kita tidak akan terjebak dalam hubungan seperti ini."
Setelah tubuh Jungkook turut lenyap di balik pintu kamar yang berbeda, nyenyat menyergap senja Seoul begitu saja. Derik hewan di kala mentari tenggelam sebagai pengiring semakin memekakkan telinga, pun dengan gemeresak dedaunan yang tak ingin kalah saing kian bertambah oktaf bunyinya. Presensi kedua makhluk dalam ruangan yang berbeda itu nampak tak memiliki niat untuk menyuasanai senja kala. Masing-masing sibuk dengan perkara personal yang sedang dihadapi; satu dengan pemikiran mengenai strategi yang harus digunakan untuk segera pergi dari jerat pihak pertama, sedangkan yang satu sibuk dengan urusan hati tiada henti.
Suara ketukan pada pintu kayu membuat Jungkook dengan kilat meloncat dari ranjang lalu segera memutar kenop tergesa. Entah apa yang ada dipikiran Jungkook ketika menatap cermat penampilan Lisa. Mengobservasi lekuk tubuh Lisa di balik pakaian ketat milik Yura yang dikenakan. Jika diamati lebih jeli, Lisa dan Yura memiliki paras yang hampir sama. Hanya saja wajah Lisa lebih polos dibanding wajah Yura yang dewasa. Dirasa terlalu canggung untuk memulai konversasi, Jungkook berdeham singkat guna memecah nyenyat.
"Masuk," titah Jungkook penuh kuasa.
Lisa hanya menurut tanpa melayangkan satu bantahan dari bibirnya. Dengan langkah kecil ia mengekori Jungkook, ia memberi sejumput spasi dari tubuh tegap Jungkook.
"Duduk."
Lisa mendudukkan diri di ranjang kecil Jungkook. Dwinetranya tak tinggal diam ketika indra penciumannya mengendus bau obat-obatan dari kamar Jungkook. Aroma maskulin khas pria bersurai cokelat gelap itu seakan menusuk penciuman Lisa, tak ada jeda untuk menghirup udara bebas ketika Jungkook semakin mendekat. Dalam bungkam Lisa hanya mampu merapalkan doa, ada harap tersisip dalam setiap ucap. Getar aneh dapat ia rasakan dari dalam lubuk hati terdalam, palung tak terjamah itu seolah bereaksi bersamaan dengan kehadiran Jungkook di sampingnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 4 Days With Sereia
Любовные романыTakdir mempertemukan Lisa dan Jungkook yang sedang berada di tengah kegamangan perihal hubungannya. Tuhan memberikan durasi singkat kepada mereka untuk memutuskan sebuah solusi dari persoalan pelik yang dialami Jungkook. Namun, di tengah persoalan...