02

1.5K 206 31
                                    

Kelopak tak lagi terpejam ketika mentari merampas sunyi. Dinginnya udara terganti sorot mentari penghangat raga. Derik hewan malam tak lagi mengelus koklea dengan kasar, karena saat ini yang hanya Jeon Jungkook bisa dengar adalah celoteh ria dari bibir Lalisa Khajee tentang berbagai hal; kendaraan roda dua yang berlalu lalang, Lisa sebut itu sebagai kuda laut darat, kendaraan roda empat melintas kencang, Lisa sebut itu sebagai paus berekor ganda. Jungkook enggan henti melempar kekeh renyah ke udara, pun juga dengan Lisa yang tak ingin menghentikan labiumnya merangkai kata menggelitik raga. Jungkook bahagia, Lisa juga begitu.

Dengan tautan tangan yang semakin mengerat, Jungkook menarik lengan Lisa tanpa beban, membawa si duyung menjauhi penginapan. Tujuan utama sebenarnya adalah mini market, tapi sayang, Lisa lebih tertarik dengan kuda laut darat dan paus berekor ganda, jadilah Jungkook berdiri tegap dan setia mendedikasikan rungu untuk Lisa. Kurva manis terus-menerus ia pertontonkan secara percuma pada dunia, tapi tak apa, Jungkook bahagia.

Labium Lisa seketika mengatup tatkala atensi teralih ke arah gumpalan besar kapas berwarna toska yang berdiri kokoh di genggaman manusia kerdil nan lucu dengan mulut penuh. Netranya berbinar, pun dengan kuriositas yang semakin mengembang singkat. Ditolehkanlah kepala hingga menengok Jungkook, lelaki yang juga sedang menatap lembut kedua netranya itu lantas tersenyum kelewat manis ketika ia hendak berucap.

"Ada apa, hm?" Jungkook melempar pertanyaan lebih dulu dari Lisa, membuat Lisa menelan lagi semua kata-kata yang hendak diucap. Jungkook mengikis jarak, menatap Lisa terlalu dekat tentu suatu hal yang tak bisa Jungkook jelaskan apa penyebabnya. Yang Jeon Jungkook tahu adalah fakta bahwa matanya tak bisa beralih dari netra abu milik Lisa. "Hey, ada apa? Kau ingin pulang?"

Lisa menggeleng. "Bu-bukan." Demi dewa agung seluruh lautan, jaraknya dengan wajah Jungkook terlalu dekat, mungkin karena saking dekatnya wajah Jungkook, ia sampai bisa menghela dan merampas oksigen dari pria itu. Ada rasa hangat menjalar perlahan ketika Jungkook menghela napas tepat di atas permukaan bibir, ia seketika memerah.

"Lalu, apa?"

Oh, jangan. Lisa berusaha memberi spasi dengan cara sedikit menjauhkan diri dari wajah Jungkook. Kendati ia telah berusaha, Jungkook masih bersikukuh memangkas jarak. Dengan pertahanan yang hampir runtuh, ia tetap berupaya menyanggah tubuh Jungkook dengan kedua tangan di depan dada.

"Kook, kurasa jarak kita terlalu—"

"Kau ingin apa?" Jungkook memungkas lagi.

"Maksudmu apa? Aku tak mengerti sama sekali, coba jelas—"

"Sejak tadi kau seolah menarikku ke dalam duniamu. Aku berputar hingga rasanya perutku mual, saat kututup kedua pelupuk mata, senyummu seakan enggan membaur dengan angan. Kenapa? Ini baru hari kedua, Lisa. Kau terlalu hebat hingga mampu membuatku jatuh terpesona."

Jungkook tak dapat menahannya lebih lama lagi. Dengan sekali sentak, Lisa dapat merasakan sengatan aneh datang menghantam jiwa. Ingin mendorong tubuh Jungkook menjauh agar tautan bibir terlepas, tapi ia masih ingin lebih. Lisa gamang. Ada rasa khawatir singgah ketika mengingat fakta bahwa Jungkook sudah memiliki kekasih.

Merasa cadangan oksigen mulai menipis, Jungkook segera mengakhiri ciuman. Sebelum itu, ia lumat bibir Lisa sekali lagi, menciumnya dengan waktu sedikit lebih lama, kemudian ia akhiri semua. Bibir Lisa seperti permen kapas; manis nan lembut. Lisa punya sesuatu yang mampu membuatnya jatuh. Hal yang belum bisa Yura lakukan, barangkali.

Jungkook mengangkat satu telapak tangan. Menyentuh satu sisi pipi Lisa dengan lembut, membelai, kemudian mencubitnya gemas. "Tadi kau hendak mengatakan sesuatu," katanya, "apa?"

Masih dengan kondisi badan yang bergetar, pipi merona, serta tatapan mengalihkan, Lisa berkata ragu, "A-aku ingin ... euhm, tidak."

Jungkook mengernyit bingung. "Apa maksudmu, sih? Aku tak mengerti."

[✓] 4 Days With SereiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang