Chapter 2

57 0 0
                                    

Sejak aku kecil aku adalah anak yang sangat bahagia seperti yang aku ceritakan di chapter sebelumnya, aku merasakan kebahagiaan itu sampai disaat aku merasakan jenuh karena aku selalu bahan untuk menjadi pelampiasan dari keluargaku, dari orang tua sampai 2  abangku. Kebahagiaan itu dengan gampangnya hancur di saat mereka sedang emosi dan melampiaskannya kepadaku, sampai pernah di satu momen mereka sengaja membuatku agar aku membuat kesalahan agar aku bisa menjadi bahan pelampiasan emosi dari mereka.

Aku yang disaat itu masih kelas 2 smp sangat ketakutan dan aku tidak pernah bercerita kepada teman-teman terdekatku bahwasannya aku selalu mengalami hal yang tidak mengenakkan dirumah, aku selalu dibedakan oleh kedua orang tuaku sampai disatu titik jenuhku pada saat itu aku memberanikan diri untuk mencuri uang orang tuaku untuk aku pergi dari rumah. Aku melakukan itu karena sudah tidak mendapatkan lagi kebahagiaan dirumahku sendiri, jujur aku menangis disaat aku pergi dari rumah saat itu, aku keluar rumah tepat tengah malam agar mereka semuanya tidak tau aku pergi dari rumah yang tidak ada kebahagiaan itu.

Akupun menulis sebuah note seperti ini "Maafin Harald udah ambil uang papa dari dompet dan maafin Harald karena selama ini selalu membuat kalian dirumah ini selalu marah-marah. Harald pergi ya Ma, Pa" itu note yang kutulis dan kutinggalkan di atas tempat tidurku.

Beberapa hari setelah aku pergi dari rumahku, aku bingung ya wajar anak kelas 2 smp tau bagaimana caranya survive disaat keadaan seperti itu.

Akhirnya aku memberanikan diri untuk pulang, sesampainya aku dirumahku, aku mengucapkan salam sebelum masuk rumah "Assalamualaikum" dan tidak ada jawaban tetapi pintu rumah tidak dikunci, pada saat aku masuk ke kamarku. Aku melihat note yang kutinggalkan 4 hari yang lalu dan tidak kusangka note itu tidak berpindah posisi seperti tidak ada yang baca dan mereka juga tidak perduli kepadaku, seperti biasa mereka semuanya sibuk dengan urusan mereka semua.

Disaat aku aku masih kelas 2 smp aku selalu menahan kesedihanku sendirian dikamar. Dan ketika aku masuk SMA aku bertemu seorang teman lamaku yang bernama Stephanie sampai aku bercerita tentang masalahku dengannya.

Tidak Ada Kebahagiaan di RumahWhere stories live. Discover now