PESTA KELUARGA BIG

1.4K 110 62
                                    

Tuan Indra mengumpulkan semua anak cucunya di rumah untuk membicarakan sesuatu yang penting. Dia sangat bangga pada kinerja cucu-cucunya yang sudah mampu menyelesaikan semua tugas dengan baik bahkan membuat BIG Company semakin memperluas jangkauan kerjasamanya dengan perusahaan-perusahaam besar yang sebelumnya sangat susah dijangkau oleh para pendirinya.

Makan malam mewah sudah disiapkan di kediaman Sastranegara untuk menjamu semua anggota keluarga yang hadir. Tuan Indra sangat senang melihat keluarga besarnya berkumpul dan berbaur menjadi satu. Tawa tak lepas dari bibir tuan Indra karena melihat tingkah konyol cucu-cucunya yang sedang bermain tebak gaya. Semua tertawa bahagia, tidak ada jarak diantara ke tujuh cucunya dan itu membuat tuan Indra sedikit tenang.

"Tuan, makan malam sudah siap.."ucap Adi.

"Baiklah, sebentar lagi kami kesana.."sahut tuan Indra.

Adi membungkuk hormat dan kembali ke ruang makan untuk memeriksa kesiapan makan malam. Adi juga bertugas untuk memeriksa semua makanan yang disediakan karena tuan Indra tidak mau ada sesuatu yang aneh dengan makanannya. Layaknya paspamres yang selalu mencicipi semua makanan yang akan dimakan oleh presiden, itulah yang dilakukan oleh Adi. Semua makanan yang akan disajikan harus lulus uji kelayakannya terlebih dahulu baru bisa disajikan di meja makan.

Adi dan beberapa pelayan sudah berdiri berjajar menyambut kedatangan tuan Indra dan seluruh anak cucunya. Ruang makan yang sudah ditata dengan meja yang mampu memuat duapuluh orang itu terlihat sangat mewah dan penuh dengan makanan.

"Yaya, Jiya, jangan berebutan duduknya.."teriak tuan Indra karena anak kembar itu ingin duduk disebelah Fildan yang sudah lebih dulu duduk.

"Kak Jiya ngalah dong sama Yaya.."ucap Rara menarik lengan Jirayut yang sudah menduduki kursi disamping kiri Fildan karena samping kanan Fildan sudah ada ibunya.

"Sini Yaya kakak pangku aja.."ucap Fildan seraya menepuk pahanya.

Rara dengan senang hati menerima tawaran Fildan, dia langsung duduk diatas paha Fildan dan meledek kembarannya. Fildan melingkarkan tangannya dipinggang Rara dan menopangkan dagunya dipundak gadis mungil itu.

"Badanmu kecil tapi lumayan juga ya.."bisik Fildan ditelinga Rara.

"Ish kak Fildan ih.."dengus Rara.

"Ra, kasihan kak Fildannya dong kalo kamu minta pangku gitu.. Sini duduk deket mama.."ucap Santi memanggil putrinya.

Rara menggeleng.

"Nggak mau, Yaya mau deket kak Fildan.. Kak Jiya aja yang disamping mama.."tolak Rara.

"Yasudah Rara duduk di kursi tante aja, biar tante yang duduk samping mamanya Rara.."ucap Adiesty seraya bangkit dan berpindah duduk disebelah Santi.

"Makasih tante.. Kak, aku pindah situ.."ucap Rara seraya melepaskan pelukan Fildan pada pinggangnya.

Fildan sebenarnya enggan melepaskan Rara tapi dia juga tidak mungkin memangku gadis itu dan memonopolinya sendiri karena bisa menimbulkan kecurigaan dan salah paham terkait hubungannya dan Rara.

"Makan yang banyak biar sehat.."ucap Fildan seraya mengusap kepala Rara.

"Siap bosque.."jawab Rara mengacungkan ibu jarinya.

"Yaya aja nih, Jiya enggak?"sindir Jirayut.

Fildan menoleh dan menatap Jirayut yang sedang memainkan sendok dan garpu ditangannya. Fildan mengerti jika adik satunya itu sedang cemburu karena dia lebih memperhatikan Rara. Fildan mengacak rambut Jirayut gemas.

"Gitu aja cemburu, anak cowok nggak boleh cemburuan.."ucap Fildan.

"Ah masak anak cowok nggak boleh cemburuan, perasaan yang ngomong kayak gitu sering cemburuan deh sama abangnya.."celetuk Reza.

PEWARIS (FIN✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang