Bertemu Lagi

3 2 0
                                        

Aku mencari namaku di sebuah papan pengumuman, sudah ku telusuri sampai dua kali tapi namaku tidak ada. Sepertinya aku tidak diterima, bagaimana ini. Atau mungkin aku kurang teliti saat mencari? Dan benar saja, ini dia namaku. Aku di terima di kelas X IPA 3, lega rasanya ternyata hasil belajar ku tidak sia-sia. Setelah melakukan daftar ulang, kami menunggu Bu Mirna di halte depan sekolah.

"Bu Ana, sudah lama nunggunya?"

"Enggak bu, baru saja saya duduk"

"Ya sudah kita bicarakan di rumah saya saja bu, mari" Hanya membutuhkan wakti tujuh menit, kami sudah tiba di rumah yang sangat mewah namun terkesan minimalis dan modern di sebuah perumahan elit. Setelah dipersilahkan masuk kami langsung disuguhi berbagai macam kue dan makanan, selesai makan siang kami di bawa keruang tengah oleh Bu Mirna.

"Jadi bagaimana bu keputusan dari bapak dan ibu?"

"Sebenarnya saya dan suami saya kurang setuju, karena takut menyusahkan dan merepotkan ibu. Tapi setelah dipikirkan lagi sepertinya memang keputusan yang lebih baik, kami jadi tidak perlu khawatir lagi dengan pergaulan putri kami"

"Syukurlah kalau begitu-"

"Tapi kami tidak akan lepas tangan, kami akan membayar setiap bulannya"

"Tidak perlu bu, biar kami saja yang menanggung kebutuhan Thata. Kami-"

"Tidak bisa bu Mirna, kami tidak akan setuju bila ibu melarang kami untuk membayar. Anggap saja ini sebagai tanda terima kasih-"

"Tidak bu, jangan seperti itu. Kami jadi merasa tidak nyaman-"

"Tolong bu, tolong terima saja" Sedikit ada perdebatan kecil antara ibu dan Bu Mirna.
Sepertinya akan sulit terselesaikan bila tidak ada salah satu yang mengalah.

"Baiklah saya terima"

"Apakah ini cukup bu?" ibu menyodorkan beberapa lembar uang kertas berwarna merah muda ke arah Bu Mirna.

"Terlalu banyak bu, sebaiknya ibu simpan sebagian untuk kebutuhan sekolah Thata nanti"

Setelah perdebatan itu selesai aku di ajak oleh Bu Mirna ke kamar yang akan aku tempati, kamarnya luas dan nyaman. Kamar dengan nuansa warna pastel dan terkesan klasik namun minimalis. Aku akan mulai menempati kamar ini minggu depan, saat MOS dimulai.

Dean memasuki rumah, saat kami akan pulang.

"Dean kamu dari mana aja?"

"Ketemu teman mah, sama beli bubur nih" Dean menunjukkan sebungkus bubur ayam.

"Udah mau pulang bu?" Sapa Dean pada ibu

"Iya biar gak kesorean ke sananya, nak Dean masuk jurusan apa?"

"Jurusan IPA bu, emmhh hai lagi Tha!"

"Hai" Hanya itu lagi yang bisa keluar dari mulutku dan menganggukkan kepalaku. Canggung sekali. Bagaimana aku akan menjalani hari-hari ku disini bila harus bertemu dengan Dean? Apakah akan secanggun ini? 

Entahlah.

"Mari Dean, Bu Mirna kami pulang dulu"

"Iya bu, hati-hati di jalan"

***

Seminggu kemudian~

Nanti sore ayah dan ibu akan mengantarkan ku ke rumah Bu Mirna, mengapa rasanya sesak sekali ya. Aku tidak rela bila harus jauh dari orang tua. Kumasukkan semua kebutuhan sekolah dan kebutuhan sehari-hari ku ke dalam sebuah tas besar. Aku melihat lagi kamar ku, aku akan merindukan semua yang ada di sini.

Thata's DairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang