Di sebuah desa

10 2 0
                                    

Saat ini aku berumur tujuh tahun, ibuku seorang guru SMP dan ayah ku seorang petani. Aku tinggal di sebuah desa kecil di dekat lereng gunung, sangat terpencil. Esok adalah hari pertama aku masuk sekolah dasar, awalnya aku tak ingin pergi ke sekolah. Aku tak tahu seperti apa itu sekolah. Karena aku tinggal di desa yang terpencil, jarak antara rumah satu dengan yang lainnya saling berjauhan. Rumahku berada diujung desa, karena itu aku tak punya seorang teman.

Dulu aku bermain dengan anak dari tetanggaku, tapi sejak dia ikut keluarganya pindah ke kota aku sendirian. Aku biasanya akan bermain sendiri sambil menunggu ibu pulang. Ayah akan berangkat kerja pagi buta dan pulang saat matahari sudah tenggelam, jadi setelah ibu pulang aku akan membantu ibu untuk menyiapkan makan malam dan menunggu ayah kembali dari ladang.

Kata ibu sekolah itu menyenangkan, aku akan dapat banyak teman dan belajar banyak hal. Aku pikir sepertinya tidak buruk dan aku akan punya banyak teman. Malam harinya aku menyiapkan buku dan alat tulis yang dibelikan oleh ibu, aku masukkan semuanya ke dalam tas dan pergi tidur. Aku sudah tak sabar ingin pergi ke sekolah. Aku ingin bertemu dengan teman-teman baru ku.

Keesokan harinya aku bangun pagi-pagi buta bersamaan dengan ayah, aku merasa sangat bersemangat. Aku mandi dengan cepat dan memakai seragam yang sudah di setrika ibu, karena terlalu bersemangat aku sampai tersedak saat sarapan, setelah itu aku memakai sepatu baruku.

Aku berangkat ke sekolah bersama ibu, menggunakan sepeda ontel tua kami. Sesampainya di sekolah aku merasa gugup, banyak sekali orang disini. Ibu hanya mengantarkan aku sampai kelas dan meninggalkan ku sendirian. Aku teringat pesan ayah tadi pagi, aku harus berani walau sendiri dan bisa berteman dengan baik.

Aku menghampiri seorang gadis berkuncir dua dan bertanya apakah aku boleh duduk di bangku sebelahnya yang masih kosong. Dia hanya mengangguk. Dia tak pernah bicara padaku, hanya sesekali tersenyum dan aku merasa kurang nyaman. Saat kutanya namanya dia hanya mengangguk lagi, aneh pikirku. Jadi kudiamkan saja, sampai seorang guru datang dan memulai kelas.


Tak terasa sudah seminggu aku bersekolah, dan ternyata gadis yang duduk bersamaku itu bisu. Namanya Yanti, dia anak yang baik dan ramah. Dia tinggal bersama neneknya, ibunya bekerja diluar negeri sebagai TKI dan ayahnya meninggal dunia saat Yanti masih ada di kandungan .

Aku kagum padanya, karena dia anak yang kuat dan berhati besar, kata neneknya Yanti belum pernah bertemu dengan ibunya. Sejak kecil Yanti sudah ditinggal ibunya bekerja, aku bersyukur karena aku masih bisa bertemu ibu dan ayah ku. Kalian juga harus bersyukur, karena masih ada orang tua yang merawat kalian dengan penuh kasih sayang.

Walau Yanti bisu, kami bisa berkomunikasi dengan baik. Aku bercerita pada ayah dan ibu bahwa aku sudah punya teman, hanya satu teman sih. Kata ayah, tak perlu banyak teman cukup satu saja asal bisa menjadi teman baik. Tapi tak ada salahnya untuk mencari teman sebanyak-banyaknya.

Waktu berjalan begitu cepat, sekarang aku sudah duduk di kelas 3 SMP. Aku bersahabat baik dengan Yanti hingga  saat ini, setahun yang lalu ibunya pulang dari luar negeri. Aku turut senang, setelah sekian lama akhirnya Yanti bertemu dengan ibunya. Yanti berencana untuk ikut pindah bersama ibu dan juga neneknya ke luar kota dan bersekolah disana.

Dan aku masih bingung akan melanjutkan sekolah kemana, wali kelas ku merekomendasikan agar aku bersekolah di kota. Pertama ibu ku menolak jika aku bersekolah di kota, dengan alasan menghawatirkan keadaan dan lingkungan ku saat di kota. Selain itu kehidupan dan biaya di sana mahal, ibu takut tidak akan sanggup membiayai sekolah ku. Dan pada akhirnya dengan bujukan ayah, ibu menyetujui pilihan ku.

Seminggu kemudian aku dan ibuku pergi ke kota, untuk mendaftar ke sebuah SMA. SMA Negeri 45 menjadi pilihanku, itupun karena Bu Iva wali kelas ku yang merekomendasikan. Selesai mendaftar kami hendak pulang, dan  saat menunggu bus di halte, ibuku di sapa oleh seseorang.

Thata's DairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang