Aku melepas sepatu dan berganti pakaian, aku memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Setelah keluar dari kamar mandi, ku rebahkan badan ku di atas kasur, sungguh hari yang melelahkan. Aku mengingat kembali kejadian tadi sore, sudah sejak seminggu yang lalu aku tinggal disini dan baru sore tadi aku berbicara panjang dengan Dean. Biasanya kami hanya berbicara seadanya itu pun seputar kegiatan MOS.
Apakah aku memang berubah ya? Entahlah, menurut ku Dean juga banyak berubah, dulu dia adalah anak yang pendiam dan pemalu. Yang tak berubah hanyalah sifatnya yang baik dan ramah pada orang. Karena terlalu lelah, tak terasa aku pun tertidur.
Tok tok tok
"Mbak Thata, udah tidur apa belum?"
Mbak Lastri mengetuk pintu kamar ku. Aku berjalan untuk membuka pintu."Iya mbak Las, ada apa ya?"
"Eh mbak Thata udah tidur ya? Maaf mbak mengganggu, ini mbak Thata tadi ada tukang post ngantar surat, katanya buat mbak Thata" Aku langsung mengambil surat yang di sodorkan mbak Lastri.
"Terima kasih ya mbak" Aku cepat-cepat menutup pintu, rasa kantukku hilang dalam sekejap, akhirnya surat pertama dari Yanti datang. Aku buka dengan cepat dan membaca isinya.
Syukurlah dia baik-baik saja dan bahagia, aku tak sabar ingin membalas suratnya. Tunggu, aku tidak punya kertas untuk menulis balasan. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan lebih tiga puluh tujuh menit, apa ada ya toko alat tulis yang buka jam segini? Aku sangat ingin membalas suratnya sekarang.
Aku berniat untuk bertanya pada mbak Lastri, jadi aku turun ke lantai bawah. Ada Dean di ruang tengah, sedang bersantai, apa aku tanya Dean saja ya? Baiklah.
"Dean" Dean menoleh kearah ku
"Iya ada apa Tha?"
"Aku mau tanya sesuatu, eemm...jam segini masih ada toko alat tulis yang buka gak ya?"
"Toko alat tulis?" Aku mengangguk, Dean seperti berpikir
"Emang mau beli apa? Butuh banget ya?"
"Enggak sih, cuma tanya aja" Dean terus menatap ku, tidak percaya dengan apa yang aku katakan.
"Beneran? Mau beli apa sih? Kalau emang butuh banget aku anterin, kayaknya yang di depan komplek masih buka. Gimana?""Sebenarnya aku mau beli kertas surat buat bales surat dari sahabat ku, gak harus sekarang kok. Tapi aku pengen aja, karena ini surat pertama dari Yanti sahabat aku"
"Ya udah beli sekarang aja, yuk aku anterin" Dean bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu depan.
"Dean, emang gak apa-apa?" Dean mengangguk "Gak apa-apa ayo, keburu tutup lho tokonya"
"Bentar, aku ambil dompet di kamar"
Aku sedikit berlari ke kamar, mencari tas dan mengambil dompet dan memakai jaket karena udara malam tak baik untuk kesehatan. Di luar Dean sudah menunggu ku dengan sebuah sepeda, sepeda itu milik mbak Lastri. Dean menyuruh ku untuk naik di boncengan dan mulai mengayuh sepeda ke luar gerbang rumah. Kami hanya diam selama perjalanan, hanyut dalam pikiran masing-masing dan menikmati sejuknya angin malam.
Tak butuh waktu lama untuk tiba di sebuah toko alat tulis yang bertuliskan Luna Store. Langsung aku turun dan masuk ke toko, tak lama kemudian Dean menyusul. Aku memilih beberapa kertas yang ku rasa cocok dan segera ke kasir untuk membayar.
"Kamu beli itu aja Tha?"
"Iya, makasih ya udah mau nganterin aku. Maaf udah ngerepotin" Dean hanya tersenyum
"No problem" Kami berjalan keluar toko dan kembali ke rumah. Dalam perjalanan Dean bertanya pada ku.
"Tha kenapa kamu harus kirim surat? Bukannya lebih gampang pake telepon?

KAMU SEDANG MEMBACA
Thata's Dairy
Genç KurguIni kisah hidupku yang penuh dengan lika-liku. Tentang persahabatan dan cinta di masa SMA. Dan aku yang harus bertahan dengan semua ketidak adilan yang aku terima. Ini kisah ku...