A NEW BEGINNING?

56 5 0
                                    

"Siapa? Park.. Park Jimin? Tidak ada orang yang bernama Park Jimin disini," ujar Baekhyun gugup. Ketika Baekhyun hendak menutup pintunya, seseorang keluar dari salah satu mobil disana.

"Oh come on, Baekhyun-ah. Kau akan terus menyembunyikan adikku selamanya?" tanya lelaki itu. Ia benar-benar tampak seperti CEO muda yang sukses.

"Jiyong," desis Baekhyun.

"Tidak ada Jimin disini," ujar Baekhyun.

     Lelaki bernama Jiyong itu tersenyum, "And what about that aura there?" tanya Jiyong menunjuk ke arah di dalam rumah Baekhyun.

    "There is no Jimin. Jimin pergi melarikan diri sebelum kau datang," ujar Baekhyun. Ia hendak menutup pintunya tapi Jiyong berlari cepat dan menahan pintu itu. Baekhyun tampak sangat kesulitan untuk menahan tenaga Jiyong.

    "Stop! Apa yang kau mau?"

    Perkataan Jimin menghentikan Jiyong yang hampir menghancurkan pintu rumahnya.

    "Oh! My little brother!" ujar Jiyong senang. Namun Jimin tampak benar-benar tidak senang.

    "Ayolah. Bukakan pintu ini. Diluar panas," ujar Jiyong sembari tersenyum.

    "Apa yang kau mau?" ujar Jimin

    "I want you to come home with me,"
(Aku ingin dirimu pulang)

    Jimin menggeleng, "This is my home,"
(Ini rumahku)

    "Our little brother. He just looks like you. Such a quite person. Tapi berpotensi kuat. We missed you,"
(Adik laki-laki kita, b-benar tampak sepertimu. Orang yang pendiam. Kami merindukanmu)

    "I'm already home," ujar Jimin dengan menekankan setiap kata-katanya itu.
(saya sudah di rumah)

    Jiyong menggertakkan giginya, "Kau tahu you can't live with them forever,"
(kau tidak bisa hidup dengan mereka untuk waktu yang lama)

    Jimin hanya menatap Jiyong datar, "Who knows?"
(siapa yang tahu?)

    Jiyong menendang pintu itu dengan keras dan mengarahkan tangannya ke arah Baekhyun. Baekhyun terhempas ke arah tembok dan tertahan disana. Jimin tersentak, "Hyung!" seru Jimin. Ia hendak melawan Jiyong, tapi ternyata gerakan Jiyong lebih cepat dan menahan tangan Jimin. Manik mata Jiyong berubah menjadi merah, "Let's go home," ujar Jiyong.

Raut wajah Jimin tampak berubah. Jiyong melepaskan tangan Jimin dan Jimin hanya berdiri di sampingnya sembari menatapnya. Jiyong menoleh ke arah para pesuruhnya itu, "Bawa dia," ujar Jiyong

Kedua pesuruhnya itu mengangguk. Jimin menatap ke arah mereka dan kemudian mengikuti mereka keluar dari rumah itu.

    "Ti-tidak! Jimin-ah! Jangan!" seru Baekhyun dengan terbata-bata.

    Jiyong menatap ke arah Baekhyun dan menghela nafasnya, "Kalau saja kalian mendengarkanku, aku tidak akan melakukan hal ini," ujar Jiyong sembari membenarkan rambutnya yang sebenarnya masih tampak rapi itu.

    Baekhyun menggeleng, "Lepaskan... aku.. sialan!" seru Baekhyun.

    Jiyong menggeleng-gelengkan kepalanya, "Kau tidak berubah sama sekali Baekhyun-ah,"

    Jiyong melangkah mendekat ke arah Baekhyun, "Kau tetap lemah," ujarnya.

    Manik mata Jiyong masih berwarna merah pekat. Mata itu benar-benar tampak mengerikan bagi Baekhyun karena hal itu bisa mencabut semua memorinya dalam sekejap. Jiyong menyeringai ke arahnya. Ia kini sudah berada tepat di depannya. Baekhyun berusaha mengalihkan pandangannya, tapi Jiyong memegang dagunya dan menariknya paksa untuk menatapnya. Baekhyun menutup matanya agar tidak menatap matanya.

    "Tatap mataku," ujar Jiyong.

    "Tidak!" seru Baekhyun

    "Tatap mataku!" seru Jiyong geram.

    Tampak aura berwarna hitam keluar dari tangan Jiyong dan bergerak ke arah tubuh Baekhyun. Baekhyun perlahan membuka matanya dan menatap Jiyong bukan dengan keinginannya.

    "Lupakan. Jimin." Ujar Jiyong

Baekhyun tersenyum sinis, "Itu tidak akan berpengaruh kepadaku," ujar Baekhyun

    Jiyong menaikan sudut bibirnya. Aura hitam itu semakin naik dan sedikit demi sedikit masuk ke dalam tubuh Baekhyun.

BRAKKK.

    Tiba-tiba pintu lain dibuka paksa dan terlihat Jungkook, Taehyung dan Seokjin berada disana. Jungkook dengan manik mata hijau zambrudnya menatap Jiyong geram.

    "Oh, so you are that boy?" ujar Jiyong. (oh, jadi kau anak laki-laki itu?)

    "Lepaskan dia," ujar Jungkook geram.

"Wow, wow, wow calm down," (tenang) Jiyong melepaskan tangannya dari Baekhyun dan mengangkat tangannya, "Aku hanya ingin membuat hidup kalian-"

    Perkataan Jiyong terputus ketika ia tiba-tiba terhempas ke sisi lain. Kekuatannya terlepas dari Baekhyun dan Taehyung mengarahkan tangannya ke arah Baekhyun. Baekhyun terangkat dan terbang ke arah Taehyung lalu terjatuh mulus di tangan Taehyung.

    Jungkook menatap Jiyong tajam, "Dimana Jimin?" tanya Jungkook.

    Jiyong menyeringai, "Ups, dia sudah dalam perjalanan pulang," Ujar Jiyong. Tiba-tiba dia dan orang-orang suruhannya menghilang dari sana menjadi asap hitam dan menghilang sepenuhnya.

    "Hyung! Baekhyun hyung!" Taehyung menepuk-nepuk pipi Baekhyun berusaha membangunkannya. Perlahan Baekhyun membuka matanya dan menghela nafasnya, "Aku sudah sadar,"

    Taehyung menghela nafasnya lega, "Hampir saja aku menamparmu," ujar Taehyung.

    Baekhyun perlahan bangun dan duduk di samping Taehyung. Ia mengangkat tangannya dan...

PLAK!

    Baekhyun memukul belakang kepala Taehyung, "Aku masih lebih tua darimu,"

    "Ah hyung!" protes Taehyung. Ia mengerucutkan bibirnya.

    "Argh!" Jungkook tiba-tiba mengerang kesakitan dan jatuh berlutut.

    "Astaga Jungkook!" Seokjin berlutut di samping Jungkook yang memegang dadanya sembari meringis kesakitan. Jungkook tampak sangat kesakitan, "Apa yang dia lakukan kepada Jimin, sialan." Ujar Jungkook

Sementara itu disisi lain dua buah mobil sedan hitam berhenti di depan sebuah rumah yang sangat besar dan mewah. Jiyong turun dari mobil pertama, dan Jimin turun dari mobil belakangnya.

    Jiyong berjalan ke arah pintu besar itu. Jimin masih memandangi sekitarnya dengan seksama sembari mengikuti langkah Jiyong, "Sejak kau pergi, Jihyun menjadi semakin pendiam," ujar Jiyong

    Jimin tertawa kecil, "Dia tidak pernah berubah ya?" ujar Jimin.

Mereka kemudian masuk ke dalam rumah. Seorang lelaki yang duduk di sofa sembari memainkan ponselnya itu menoleh. Ponselnya terjatuh dari tangannya. Ia tampak terkejut dengan wajah yang tak terbaca. Jiyong tersenyum, "Kau tidak akan menyambutnya, Jihyun-ah?" tanya Jiyong.

    Lelaki bernama Jihyun itu menghilang dari sana dan muncul tak jauh dari mereka. Ia tersenyum dengan mata berkaca-kacanya.

    "Aigoo, jangan bilang kau akan menangis?" ujar Jimin dengan senyuman lebarnya.

    Jihyun memeluk Jimin erat, "Bogosiposeo hyung,"
(aku sangat merindukanmu, kak),"

    Jimin tertawa kecil, "Kau sangat tinggi sekarang," ujar Jimin sembari menepuk-nepuk tubuh adiknya itu. Jiyong hanya tersenyum menatap kedua adiknya itu sedang melepas rindu mereka, "Buatlah dia ingat tentang kisah yang menyenangkan ya? Jangan ingat-ingat hal yang lalu yang cukup menyedihkan dan mengerikan itu,"

    "Kisah mengerikan apa?" tanya Jimin

    Jiyong hanya tersenyum, "Hanya hal yang tidak perlu diingat," Jiyong mengalihkan pandangannya ke arah Jihyun, "Jihyun-ah. Kau tidak akan membawa Jimin berkeliling di rumah ini?" tanya Jiyong.

Jihyun mengangguk-anggukkan kepalanya dengan antusias, "Tentu saja! Kau pasti akan cape hari ini!" ujar Jihyun.

-tbc

blackbutterfly [BTS FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang