Sinar matahari masuk melalui celah-celah kamar. Ia mematikam alarm yang terus berbunyi setiap pagi untuk membangunkan nya, Zee bangun dan beranjak ke kamar mandi.
Setelah selesai, ia langsung mengenakan seragam sekolahn dengan lambang SMA Bhayangkara di lengan lengan kirinya. Tidak lupa Zee menaburkan bedak di wajahnya, tidak terlalu tebal hanya bedak tabur yang ia pakai dan tak lupa mengoleskan sedikit liptint agar tidak terlihat pucat. Zee juga sering membawa liptint itu di saku seragamnya, karena baginya liptin adalah jiwa dan raga nya.
Cklek
Tiba-tiba pintu terbuka dan menampilkan sosok yang sangat tampan, bahkan ia tek pernah terlihat tidak tampan dalam keadaan apapun . Kebiasaan Sean adalah masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu. Padahal Zee selalu menegur Sean ketika membuka pintu sembarangan. Memang dasarnya manusia bebal dan tak tahudiri.
" Cepetan, ini udah siang. Gue gamau ya telat cuma gara-gara nungguin lo! Lama tauga " ujar Sean dengan nada ketus sambil menyilangkan kedua tangannya.
" Tumben, biasanya juga telat lo santai aja." Jawab Zee mengerutkan alisnya.
" Idih, gue salah mulu ya, pokonya cepetan. Ayah sama bunda udah nunggu di bawah."
Setelah mengucapkan itu Sean pergi menuju ruang makan. Zee langsung turun menuju keluarganya karna tak ingin membuat mereka menunggu lama dan Zee sudah merasa sangat kelaparan, semalam ia tak makan apapun selain meminum susu.
" Selamat pagi semuanya." Sapa Zee dengan senyum merekah.
" Pagi sayang, semangat banget sih kamu pagi ini. Pasti lagi seneng ya." Ucap Bundanya sambil mengambilkan nasi untuknya.
" Iya dong bun, emangnya yang di sebelah pagi-pagi udah ngomel-ngomel " sambil melirik Sean yang fokus memakan sarapannya.
" Apaan si lo bocah berisik! " Desis Sean, Sean memang selalu menyebalkan kepada Zee. Tapi, Sean akan menjadi makhluk penyayang dan paling perhatian jika Zee sakit, sedih ataupun mempunyai masalah. Dan lagi, jika ada yang menyakiti Adiknya maka bersiaplah berhadapan dengan Sean.
" Gue bukan bocah ya. Gue udah 17 tahun!! Ingat TUJUH BELAS TAHUN " Zee dengan nada sedikit lebih keras karena kesal dirinya selalu dianggap anak kecil. Tidak hanya Sean, Bunda dan Ayahnya pun sama, padahal kan Zee udah besar, sebelas duabelas lah sama kim Kardashian .
" Oh, gue kira lo masih 5 tahun. Abisnya lo pendek sih."
Zee memukul bahu Sean dengan keras
" Ih bang Sean, lo kalo ngomong bisa ga sih di filter dulu, gausah terlalu jujur kali ."" Lo tuh ya-" belum sempat Sean menyelesaikan kalimatnya Azka ayahnya langsung melerai keduanya.
" Udah stop! Kalau kalian masih ribut ayah pergi duluan aja. Disini berisik." Ucap Azka dengan nada malas. Ia jengah melihat pertengkaran kedua anaknya tersebut. Bahkan, bukan hanya di meja makan tapi dimanapun pasti ada saja hal yang mereka ributkan dan itu membuat Azka pusing . Kadang ia juga bersikap masabodo tapi jika terus menerus begini Azka bisa mati karena pusing menghadapi kedua anaknya .
" Iya yah maaf " ucap mereka barengan.
" Ayah mah sensian. Iya deh aku sama bang Sean gabakal ribut lagi, Itupun kalo bang Seannya yang ga nyari gara-gara sama aku." Desis Zee menatap Sean dengan tajam seakan memberikan instruksi bahwa bendera perang sudah dikibarkan." Yaudah lanjut makannya jangan ribut terus." Ucap Azka sambil menghembuskan nafas kasar.
***
Saat jam istirahat Zee, Nindy dan Dara bergegas menuju kantin untuk memuaskan perutnya yang keroncongan. Sesampainya di kantin mereka tak menyangka banyak sekali siswa-siswi yang sudah berlalulalang, padahal bel istirahat baru berbunyi sekitar 2 menit lalu kantin sudah berubah menjadi lautan manusia. Setelah mendapatkan tempat duduk tak menunggu lama lagi mereka langsung memesan makanan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Reality
Teen FictionPerjalanan hidup memang tak ada yang tau. Bahkan perjalanan yang mulus pun akan terasa membosankan tanpa adanya lika-liku.