Jahil

67K 2.7K 107
                                    

Ghina POV

Tubuhku membeku nggak bisa bergerak saat aku mengingat bahwa di vila ini hanya ada 3 orang cewek. Akselia, Della dan aku. Sedangkan Akselia dan Della sedang di ruang tamu.

Tubuhku pun semakin membeku saat wanita itu pelan-pelan membalikan tubuhnya menghadapku.

Dan ....

Kalian tau?

WAJAHNYA BANYAK SEKALI LUKA GORESAN PISAU Darah pun keluar dari matanya bak orang sedang menangis.

"To-tolong ...," rintihnya dengan suara yang terdengar sangat memilukan.

Aku ingin berteriak. Namun, tak ada satu kata pun yang terucap. Kakiku pun juga sulit untuk digerakan.

"To-tolong a-aku ...," rintihnya lagi dan semakin dekat denganku.

Tiba-tiba saja matanya melotot semakin menyeramkan. Dan ... dan ... kedua bola matanya mencuat keluar. Matanya bolong. Dia semakin mendekat ke arahku, tubuhku pun semakin melemas.

"AAAAAAAA!!!!" teriakku yang entah dari mana suaraku kembali. Dan kemudian semuanya gelap.

***

Aku mengerjapkan mataku berkali-kali menyesuaikan cahaya yang masuk. Hingga sebuah suara membuatku menoleh ke arah samping.

"Akhirnya, kamu sadar juga, Ghin." kata Alif sangat khawatir.

"Ghina, minum dulu," ucap David sambil menyodorkanku segelas air. Aku meminumnya.

"Hey, tadi lo kenapa? Tiba-tiba teriak dan pas kita temuin lo malah udah tergeletak di lantai," cerocos Della.

Jadi, tadi itu aku sempat pingsan? Dan yang tadi aku lihat bukan mimpi?

"Hei, kamu kenapa melamun? Ada Apa?" tanya Alif yang menjentikan jarinya tepat di depan mukaku.

Aku hanya menjawabnya dengan menggelengkan kepalaku.

"Masih shock dia. Jagain dia, jangan sampai sendirian dan jangan sampai dia melamun," celetuk Akselia.

"Hm, okey gue bakal ngejagain Ghina," ucap Alif.

"Boleh tinggalin gue berdua sama Ghina?" tanya Akselia.

David, Alif, dan Della berjalan keluar kamar. Akselia duduk di pinggir ranjangku. Dia menatapku tajam.

"Apa yang kamu lihat?" tanya Akselia dengan dingin.

Aku terdiam. Aku belum siap menceritakannya. "Aku tanya sama kamu, Ghina. Apa yang tadi kamu lihat?" tanyanya lagi sambil menggenggam tanganku.

Tiba-tiba dia menggenggam kedua telapak tanganku, saat itulah aku merasakan ada suatu getaran yang aneh masuk ke dalam tubuhku, entah getaran apa itu.

"Ceritakan sekarang!" perintah Akselia.

Aku menceritakan semuanya kepadanya, dari aku menuju westafel dan sampai aku melihat sosok itu mengeluarkan kedua bola matanya. Entah mengapa tiba-tiba mulutku mengungkap kejadian itu semua.

"Dia minta tolong?" tanya Akselia. Aku hanya mengangguk.

Dia terdiam, mengatur napasnya, dan memejamkan matanya cukup lama.

"Sel ...," lirihku namun tidak dihiraukan.

Tak lama kemudian, dia membuka matanya. Dan Akselia terdiam sebentar.

"Kamu tau sesuatu?" tanyaku.

Dia menggeleng. "Nggak, gue nggak tau apa-apa," jawabnya dingin.

"Dia tau sesuatu." Entah siapa ada yang berbisik. Aku menatap Akselia yang kini menatapku juga.

"Jangan dengarkan bisikan itu. Kuatkan dirimu, Ghin," ucapnya dingin.

Akselia menggenggam erat tanganku dan memejamkan matanya seraya menunduk. Dan setiap Akselia menggenggam tanganku, aku merasa seperti ada sengatan listrik di dalam tubuhku. Tak lama kemudian dia melepaskan genggamannya dan menatapku intens.

"Alifff ...," teriak Akselia tiba-tiba, Alif muncul dari balik pintu.

"Jagain Ghina. Gue mau keluar dulu," perintahnya yang langsung di-iya-kan oleh Alif. Akselia bergegas keluar kamar.

"Gimana udah merasa baikan belum?" tanya Alif dengan senyuman.

"Udah," jawabku singkat.

"Ghin ...," panggil Alif.

"Iya?" sahutku sambil menatapnya.

Hening.

Tiba-tiba televisi di kamarku menyala dengan sendirinya, dengan volume yang cukup keras, tepat pada film horornya susana.

"Alif! Matiin!" teriakku dengan memejamkan mata dan menutup kedua telingaku.

Dapatku dengar gerakan Alif yang langsung menuju televisi. Dan saluran televisi diganti kemudian dimatikan oleh Alif dengan tombol yang berada di televisi tersebut.

"Remote tvnya kamu letakan di mana, sih?"

Aku mengedikan bahu. "Entah—Ah! Itu di dekat meja Rias," ucapku menunjuk meja Rias yang berada dekat jendela.

Alif mengernyitkan keningnya. "Remotenya di situ? Lha, terus kenapa tiba-tiba tvnya nyala sendiri?" tanya Alif bingung.

Dan ... televisinya tiba-tiba menyala lagi. Dan lebih anehnya lagi ke film horor susana lagi. Padahal tadi sebelum dimatiin TV-nya, salurannya diganti.

Diganti.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka ....

TO BE CONTINUE


Btw thanks buat vomment-nya yaaap!!!

Dan Gue tunggu Vomment nya lagi ya guyssss!!! Karena , Vomment kalian aku jadi semangat gicuuu haha;p

THANKYOU!

Vila Angker [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang