"Venosaaaa ...." teriak Ghina saat melihat Akselia sedang membaca novel, sendirian di saung.
"Hmm," sahutnya tanpa mengalihkan pandangannya.
"Aku itu mau ngomong sama kamu, Sel. Dengerin ngapa, sih!"
Akselia pun menutup novelnya dan menatap Ghina dengan tatapan mautnya. "Lo mau ngomong apa?"
Akselia mempunyai tatapan maut, tatapan yang bisa membuat semua orang takut padanya. Sorot matanya yang tajam dan irit berbicara membuatnya semakin terlihat ... misterius.
Ghina mengalihkan pandangan ke arah kolam renang. "Ja-jangan menatapku dengan tatapan itu, Akselia."
Kemudian Akselia mengikuti arah pandang Ghina. "Terus, lo mau ngomong apa Ghina? Nggak usah basa-basi."
"Ada apa dengan kamar yang di lantai 2? Kenapa kita nggak boleh menempati kamar itu?"
"Gue cuma menyampaikan amanat Mang Ujang—penjaga villa—," jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya.
"Apa kamu sedang menyembunyikan sesuatu?"
"Kenapa lo berpikiran kayak gitu? Gue aja baru sekarang ke vila ini. Jadi, mana gue tau."
"Karena aku merasakan kamu sedang menyembunyikan sesuatu. Sesuatu yang aku dan yang lain nggak tau apa itu,"
"Jadi, lo curiga sama gue?"
"Iya. Aku curiga denganmu. Kasih tau lah, Sel. Apa yang kamu tau? Aku janji nggak akan bilang siapa-siapa."
Akselia bangkit dari tempat duduknya. "Terserah kamu ajalah, Ghin." kemudian ia pergi meninggalkan Ghina.
"Ghinaaa ...." Della menghampiri Ghina dan memeluknya erat.
"Kamu kenapa?" tanya Ghina seraya melepas pelukannya.
Della menatap Ghina dengan tatapan sendu. Entah apa yang sedang terjadi dengannya. "Hei, kamu kenapa?" tanya Ghina. Mereka saling menatap satu sama lain.
Della menundukan kepalanya. "David, Ghin," lirihnya.
Ghina mengangkat dagunya, kemudian memeluk dia. "Kenapa emang sama David? Dia apain kamu lagi?"
Dapat Ghina rasakan bajunya basah seperti ada air yang menetesinya. Apa mungkin Della nangis? Kalau iya, David berbuat apa lagi sampe ini manusia, menangis.
"Dia itu ngeselin. Dia itu brengsek. Dia bisa selalu buat gue kesel, marah, emosi. Dan dia bisa buat gue bodoh—"
Sebelum melanjutkannya. Ghina melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahunya. Ghina melihat butiran kristal jatuh dari mata indahnya.
Oke! Dia nangis. Dasar cowok nggak peka! Selalu buat nangis orang!
"Bodoh karena mencintainya," lirihnya.
Ghina menyeka airmatanya. "Jangan nangis lagi. Buat apa kamu nangis karena David? Di luaran sana masih banyak lelaki yang lebih baik lagi dari David. Dan jangan menganggap dirimu itu bodoh."
Della diam sejenak, ekspresinya berubah menjadi senang. Dasar cewek labil dalam sekejap moodnya bisa berubah.
Della menatap lurus ke depan dan tersenyum. Kemudian ia berjalan beberapa langkah dan berhenti. Ghina berjalan mengikutinya. Dan sekarang mereka sejajar.
"Apa yang sedang kamu pikirkan?"
"AAAKK! GUA SENANG BANGET!" seketika Della memeluk Ghina erat bahkan sangat erat hingga dirinya sulit untuk bernapas.
"Kamu ini kenapa, sih! Tadi galau sampe nangis, sekarang malah senang."
Dia melepaskan pelukannya, Della menggoncang-goncangkan tubuh Ghina. "Lo tau nggak, sih? lo tau nggak?"
"Nggak, karena kamu belum cerita."
"LO KEMARIN LIAT 'KAN DAVID TOLONGIN GUE? DAVID TOLONGIN GUE!!! ITU SO SWEET!" teriaknya histeris dan loncat-loncat nggak jelas.
"Dasar labil. Aku masuk duluan ya, hati-hati nanti orangnya denger. O, ya satu lagi hati-hati diPHP-in," ujar Ghina kemudian pergi meninggalkannya yang masih dengan kegila-annya.
Ketika Ghina ingin masuk ke dalam vila, dia berpapasan dengan David yang sedang berdiri di ambang pintu---yang menghubungkan villa dan halaman belakang-- dengan tangan yang di silangkan di depan dada.
Ghina menatapnya dengan dahi yang mengernyit. Lalu, David menyembunyikan kedua telapak tangannya di saku jeansnya, dia tersenyum sambil menggelengkan kepala.
"Apa kamu lihat kejadian tadi?" tanya Ghina hati-hati.
Dia mengangguk seraya tersenyum. "Tentu. Lucu banget temen lo yang satu itu," ujarnya melirik ke arah Della sekilas.
Saghina terkekeh mendengarnya. "Itulah dia. Bocah labil yang dalam sekejap moodnya bisa berubah."
David mengangguk seraya tersenyum. Kemudian, dia fokus kembali dengan kegilaan Della yang jingkrak-jingkrakan sambil tersenyum ralat tertawa.
Mata Ghina tertuju kepada Alif yang berjalan ke arah kamar perempuan yang pintunya terbuka. Ghina berjalan cepat menghampirinya.
"Alif?" gumamnya yang ternyata didengar oleh Alif, ia menoleh ke arah Ghina dengan wajah shock.
"Lho, kok ka-kamu ada di sini?" tanyanya dengan gugup.
"Harusnya aku yang tanya sama kamu, kamu ngapain ke kamar cewek?" tanya Ghina sekilas melirik pintu kamar yang terbuka.
"Kalau kamu di sini. Berarti yang tadi siapa?" kemudian dia menoleh ke arah kamar yang tidak ada orang.
Ghina mengangkat alis, dengan cekatan Alif menarik tangannya menjauh dari kamar. Dan duduk di ruang tamu.
"Tadi kamu dari mana?" tanya Alif dengan panik.
"Aku dari halaman belakang," jawabnya santai.
"Dari tadi?" Menatap Ghina dengan tatapan serius, yang dijawab dengan anggukan kepala.
Alif menyenderkan tubuhnya di Sofa. Dia mengacak-acak rambutnya. Tetapi wajahnya terlihat pucat seperti terjadi sesuatu.
Ghina menggenggam tanganny. "Kamu kenapa? Cerita sama aku."
THROWBACK...
Alif berada di kamar cowok yang di lantai dua. Dia sedang tiduran sambil mendengarkan lagu dan memainkan Iphonenya. Ada sosok wanita datang tanpa permisi karena pintu kamar yang terbuka lebar sedari tadi.
Alif langsung bangkit dan menjajarkan dirinya dengan wanita itu. wanita yang selama ini sebagai pacarnya, Alif membelai puncak rambutnya. "Kamu ada apa ke sini, Sayang? Nggak biasanya kamu nyamperin aku ke kamar?"
Alif merasakan ada yang aneh dengan Ghina. Tubuhnya yang dingin dan memucat seperti mayat, wajahnya yang sangat datar, tatapan matanya. Dan saat ditanya hanya dijawab dengan bahasa tubuh misalkan menggelengkan dan menganggukan kepala, sangat aneh.
"Apa ini benar kamu Ghina?" kali ini Alif mencoba meyakinkan dirinya bahwa di depannya adalah Ghina. Bukan jelmaannya.
Lagi-lagi hanya mengangguk kepala. "Ikut aku, Sayang!" perintahnya dengan dingin. Lalu berjalan di ikuti oleh Alif di belakangnya.
Saat di depan kamarnya, Ghina duduk di tepi tempat tidur. Ketika Alif ingin melanjutkan langkahnya, dia mendengar suara yang tidak asing menyebutkan namanya. Ia menengok ke belakang dan melihat sosok Ghina di belakangnya.
GHINA?
Lantas siapa yang tadi bersamanya? Mengapa mirip sekali dengan Ghina Dari pakaian yang dipakainya hari ini?
Tadi siapa?
Sosok wanita yang masuk ke kamar siapa?
TO BE CONTINUE
Hai akhirnya cerita ini diupdate, maapkeun typo bertebaran di mana-mana.
Keep Vomment, gaiz.
Thankyou~
KAMU SEDANG MEMBACA
Vila Angker [SUDAH DITERBITKAN]
Horor[Cerita ini hanya dipublish di http://www.wattpad.com/user/SasqiaDN selain dari situ, copas dan plagiat] VILA ANGKER KARYA SASQIA DESTI SUDAH BISA DIJUMPAI DI GRAMEDIA/TOKO BUKU. Saghina, Alif, Akselia, David dan Della merayakan kelulusan mereka d...