Tangisan

67.9K 2.4K 129
                                    

Ghina POV

David bergegas keluar dengan mata yang terus memandang ke arah luar jendela. Aku dan Della mengekorinya dari belakang, tiba-tiba ....

Bruuuk!!

"Aw—Lo tuh kalau mau berhenti bilang-bilang kenapa, sih!" protes Della yang menabrak punggung David.

David berbalik badan dan berdecak sebal. "Ck, lo berdua ngapain ngikutin gue?" tanya David.

"Kita ngikutin kamu karna penasaran, ada apa sih sebenarnya?" tanyaku.

David terdiam. Namun, terlihat mukanya yang berubah memucat, ketakutan. Aku dan Della menatap David dengan tatapan bingung.

David melirik sekilas pohon mangga—yang besar—berada di belakangnya. Aku dan Della mengikuti arah pandang David.

"Ada apa dengan pohon itu, Dav?" tanya Dea yang sesekali melirik pohon besar itu.

Fyi, di vila yang kami tempati ada pohon mangga yang besar. Pohon itu berada di sebelah vila kami, dekat dengan jendela Dapur.

"Kita harus masuk ke dalam vila. Hari sudah mulai gelap, nanti gue akan cerita," jedanya kemudian melirik pohon itu lagi. "Tapi nggak di sini," lanjutnya dan berlalu.

***

"Jadi ... apa yang kamu lihat tadi?" tanyaku kepada David, sekarang kami semua sedang berkumpul di Saung tanpa Alif.

Tadi Alif berpamitan dengan kami, katanya dia mau pergi dulu sebentar ada yang harus dibelinya. Entah apa yang harus dibelinya.

"Tadi pas kita lagi ngobrol, nggak sengaja gue lihat ke arah jendela. Di sana gue lihat ada cewek berambut panjang lewat, tepat depan jendela dia menengok," ucapnya dengan tatapan kosong, seperti sedang menerawang.

"Terus kenapa lo berjalan ke sebelah vila kita? Hmm ... lebih tepatnya ke arah pohon itu," tanya Della seraya mengedikan dagunya ke arah tikungan yang berada di ujung.

"Karena cewek itu menghilang tepat di depan pohon itu?" tanya Akselia.

David menggeleng. "Bukan. Bukan menghilang di depan Pohon itu. Melainkan, masuk ke dalam pohon itu," koreksi David.

Masuk ke dalam pohon itu.

Masuk ....

Mataku dan Della membulat sempurna saat mendengar ucapan David. "Lo serius? Dia masuk?" tanya Della histeris.

"Iya. Dia nembus gitu. Gue sempat nggak percaya apa yang gue lihat. Tapi, ternyata ya itulah kenyataannya," jawab David.

"Dia bukan Manusia," gumam Akselia, semua mata tertuju padanya.

"Kayaknya dia penunggu pohon itu," jelas Akselia. Kami yang mendengar penjelasan Akselia manggut-manggut mengerti.

***

Kami berempat berkumpul di ruang makan, Alif belum juga datang. "Alif ke mana? Kok belum pulang, sih. 'Kan ini udah jamnya makan malam, nggak ada kabar pula," gerutuku.

Bukannya aku marah dengan Alif, tapi aku khawatir dengannya. Takut dia berbuat yang nggak-nggak di luaran sana.

"Yaelah, Ghin. Tenang aja, Alif tau jalan kok. Nggak bakal nyasar dia," celetuk Della.

"Hai, guys!" sapa Alif yang baru saja memasuki ruang makan.

Aku menghela napas lega saat dia kembali dengan keadaan baik-baik saja. "Akhirnya ka—itu apa?" tanyaku yang melihat dia membawa boneka batok kelapa dan satu kantong plastik berwarna hitam.

Vila Angker [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang