"... Jadi, kami himbau kepada masyarakat sekalian agar senantiasa berhati – hati mengingat ini bukan pertama kalinya insiden ini terjadi. Kami khawatir bahwa pelaku masih berkeliaran diluar sana, kami juga ma- .."
"Mas, mas... haloo. Yang dibelakang masih ngantri loh, mas." Tegur kasir minimarket kepada pemuda di depannya yang terfokus pada siaran televisi diatas meja kasir.
"Ah... maaf, maaf. Berapa totalnya?" Tanya pemuda itu terlepas dari lamunannya sambil menggaruk sedikit belakang kepalanya.
"Total semuanya jadi seratus lima ribu rupiah. Mau pake kantung keresek sekalian?" Timbal sang kasir sambil menunjuk kearah mesin kasirnya sekaligus bertanya.
"Boleh, mas." Jawab si pemuda sambil mengeluarkan dompet coklat dari saku belakang celana jeansnya.
"Terima kasih atas kunjungannya." Sambut sang kasir tanpa senyuman sambil memberikan kantung belanja pada pemuda dihadapannya yang langsung berjalan keluar dari antrian menuju pintu keluar.
.
Hembusan angin malam menembus sweater lesuh pemuda ini dengan tenang. Cahaya bulan diatasnya menjadi salah satu saksi bahwa ia tidak sendirian di kota besar yang tenang. Jalanan sepi yang diterangi lampu jalan redup memberinya keinginan untuk segera pulang. Dengan kantung belanja yang ia genggam ditangan kirinya, ia terus mengetik kata demi kata diponsel dengan tangan kanan tanpa memperlambat langkahnya sedikitpun.
Mira : "Ga usah banyak tanya. Pokonya, besok pagi harus udah ada disekolah!."
[Saya] : "Oke, gausah spam lagi."
"Padahal besok hari Minggu, sialan." Umpatnya pelan sambil menendang pelan kerikil kecil didepannya. Pandangannya tertuju pada kerikil yang terus menggelinding sampai akhirnya kerikil tersebut terhenti
~ Drap drap...
Fokusnya kemudian tertuju kearah pasangan pemuda yang sedang menikmati indahnya malam dibawah sinar rembulan, didalam remangnya lampu jalan. "Eh?!..." Ia mengerutkan dahi dengan senyuman kikuk terlukis di wajahnya, langkahnya sempat terhenti.
"Gak ada jalan lain pula..." Gumamnya sambil memperhatikan sekitar yang memang hanya berupa jalan satu arah. Dari ekor matanya, samar – samar terlihat bahwa si wanita menyadari kedatangan pemuda ini.
"Gawat!. Dia ngeliatin, lagi!" Pemuda ini mulai panik. Dengan sedikit senyuman sinis merendahkan, wanita ini membuang perhatiannya dari si pemuda "Tceeh!" lalu kembali melanjutkan kegiatannya, sambil menatap dalam pria di hadapannya.
"Jalan aja, jangan liat. Jalan aja, jangan liat. Jalan aja, jangan liat!" Gumamnya berulang kali sambil meyakinkan dirinya sendiri. Genggaman ditangan kirinya yang membawa kantung belanja menjadi semakin kuat.
Langkah pertamanya mulai ia lancarkan, disusul dengan langkah kedua, ketiga, dan seterusnya. Semakin dekat pemuda ini, semakin bergairah pula pasangan tersebut.
Si Pria mulai membungkuk, mendekatkan wajahnya kearah wajah lawan mainnya. Kedua tangannya ia sematkan di kedua pipi wanita tersebut. Uap hembusan nafas beratnya terlihat jelas.
Warna merah menghiasi wajah mereka berdua. Diikuti oleh si wanita yang mulai merangkul erat 'kekasih'nya, sampai wajah keduanya tak lagi terlihat oleh pemuda yang sedang berjalan didekatnya. Dari balik punggung si pria, tak sengaja ia memperhatikan gelang kain berwarna jingga dengan motif beruang kecil ditangan wanita tadi.
"Errhmm...." Gumamnya pelan sambil terus berjalan dan mempercepat langkahnya, meninggalkan sepasang kekasih yang sedang bercumbu mesra di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under the Moonlight
Mystery / ThrillerPada zaman Romawi kuno, orang orang percaya bahwa meminum darah Gladiator yang telah tumbang akan memberikan mereka kekuatan. Rakyat yang buta akan kesehatan dan kekuatan berbondong-bondong menyantap tubuh Gladiator yang sudah mati. Di awal pertunju...