*Ting..ting..ting..ting..ting..drap..drap~~
Runtutan notifikasi kembali berbunyi dengan keras, disusul dengan suara langkah kaki yang berat terdengar mendekat.
"Kita udah nyampe disekolah, lu dimana, Ndri?."
"SIAL."
.
Dari tempatku duduk, dengan jelas kudengar langkah kaki seorang pria mendekat ke arahku dari belakang setelah ponsel di sebelahku berdering keras. Aku tak dapat melihat dengan jelas siapa yang sedang datang kemari. Namun, kutatap jelas wajah wanita dihadapanku mulai ketakutan, sesaat setelah ia membisikkan peringatan kepadaku.
Wajahnya kian pucat, mata serta mulutnya tak dapat menutup. Bukan syok karena ia sempat tak sadarkan diri, namun karena ia dapat dengan jelas melihat sosok orang yang sedang menghampiri kami.
Sama halnya denganku, diam terpaku dalam keadaan duduk diatas tanah.
*Drap drap drap~~
Jarak diantara kami kian semakin dekat, semakin dekat, semakin dekat dan terus mendekat. Spontan aku menutup mataku, berusaha tak melirik berfikir bahwa jika aku tak melihatnya, maka dia pun tak dapat melihatku.
"Bodoh." Pikirku sesaat ketika ia menepuk keras pundak kananku, mencengkeramnya sekuat tenaga lalu menghempaskan diriku jauh kebelakang
"Arrggh!!"
Teriakku kesakitan sambil terbaring memegang pundak kananku yang terkilir. Lemas, tak dapat kugerakkan sama sekali. Perhatianku tertuju pada wanita yang baru saja aku selamatkan. Ia tak dapat bergerak sedikitpun dengan kondisi tubuh seperti itu. Kulihat wajahnya semakin pasi dari sebelumnya.
"Haah..haah..haah." Air liur terus menetes dari mulutnya sambil menggeleng – geleng kepala.
Nampak jelas ia mengambil nafas secara tak teratur ketika pria yang mengenakan jaket sweater putih kusam mendekatinya.
"Jangaan!!." Teriakku sambil berusaha bangkit juga mengarahkan tangan kiriku kedepan. Namun telat. Pria ini segera merangkul wanita itu, mengangkatnya tinggi keatas hanya dengan tangan kanannya yang mencekik wanita tersebut. Tak ada perlawanan yang bisa ia berikan. Tulang tulang yang patah membuat tubuhnya terhuyung kebawah.
"Hiyaaah!!!" Dengan tangan kanan lemah gemulai, aku berlari kearah mereka sambil memposisikan tubuhku seperti ingin mendobrak pintu. Air liur berubah menjadi busa. Cairan kekuningan keluar dari daerah privasi wanita tersebut menembus celana jeans pendek sepahanya. Matanya pucat tak berekspresi sambil menatap kearahku yang sedang berlari.
Saat mayatnya tak lagi bernyawa, pria ini melemparnya jauh keluar lapang basket dengan mudah, membuatku meliriknya sesaat sambil terus berlari tanpa memperlambat langkahku. Kekuatan apa itu.
"Sialaan!!." Teriakku penuh amarah ketika berada tepat didepannya.
*Bruug!~~
Aku berhasil mendobraknya, ia tak menghindari seranganku sama sekali. Panik, heran, dan ketakutan beraduk menjadi satu ketika aku sadar bahwa ia sama sekali tak terganggu olehku.
Aku tahu kalau stamina dan tenagaku bukan yang terbaik dikelas. Tapi, bagaimana mungkin seorang pria, hanya satu orang pria, sama sekali tidak tergubris dengan dorongan sekuat tenaga yang diberikan pemuda seberat 55 kilogram.
Aku mengangkat kepalaku perlahan berusaha menatapnya,"Eh?!." Belum sempat aku melihat wajahnya, dia langsung berbalik kearahku. Menamparku keras dengan punggung tangan kanannya, membuatku kembali terhempas ke atas tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under the Moonlight
Gizem / GerilimPada zaman Romawi kuno, orang orang percaya bahwa meminum darah Gladiator yang telah tumbang akan memberikan mereka kekuatan. Rakyat yang buta akan kesehatan dan kekuatan berbondong-bondong menyantap tubuh Gladiator yang sudah mati. Di awal pertunju...