Amanda mematung tak bergerak di depan pintu masuk bersamaan dengan Adam yang berada di sebelahnya. Kedua tangan Amanda menutupi mulutnya yang terbuka saat tersentak kaget melihat anaknya tengah dijadikan sandera oleh petugas kebersihan rumah sakit.
Adam, polisi itu menghadapi suasananya dengan tenang seolah sudah terbiasa melihat adegan seperti ini. Salah satu tangannya berada di hadapan dada Amanda, seakan ia mengetahui bahwa wanita itu akan lari menerjang kearah Andri yang tak sadarkan diri.
"Ehm ehm." Adam menggelengkan kepala sesuai irama perkataannya sambil menghadap Amanda.
Dokter yang berdiri tepat di depan si pria asing memeluk erat sang suster yang menggigil ketakutan. Kaki wanita itu terasa lemas seakan tak kuat lagi menopang beban tubuhnya. Wajahnya ia benamkan dalam dalam di baju sang dokter, tak ingin melihat situasi di sekitarnya. Dengan tetap berusaha tenang, satu tangan dokter tersebut diarahkan ke hadapan sang pria.
"Jangan lakukan!" Kata itu seolah terpancarkan saat tangannya mengayun – ayun seperti berusaha menjinakkan seekor anjing di depannya.
"Hola! Bahkan pak polisi pun sampai repot repot datang kemari!" Ucap pria itu sambil menunjuk Adam dengan tangan kanannya, sementara tangan satunya terus memegangi sebilah pisau lipat yang ia arahkan pada leher Andri yang sedang di dekapnya dari belakang.
"Tak perlu repot repot kemari, Andri udah mati beberapa menit yang tadi, kok!"
Mendengar itu, kedua mata Amanda terbelalak dengan cepat. Tak percaya akan kalimat yang baru saja ia dengar. Satu kakinya melangkah ke depan, yang tentu saja Adam telah siap menahannya apabila Amanda akan melangkah lebih jauh.
"Bener, kan, dok?!" Sahut pria itu pada sang dokter sambil menengadahkan kepalanya.
Tanpa mengeluarkan sepatah kata, dokter itu membalikkan badannya, lalu menghadap Amanda yang tadi ada di belakangnya. Seakan semua tulang dari kaki Amanda dicopot sekaligus, tubuhnya langsung terjatuh lemas ke atas lantai ketika dokter di hadapannya menjawab dengan sebuah anggukan kecil.
Adam tak sempat memeganginya. Ia hanya dapat menyaksikan ibu muda di depan matanya kini mengeluarkan linangan air mata. Tangan kanan yang tadi menggenggam erat senjata di saku, sekarang mengepal kuat ketika ia merasa kesal akan semuanya.
"Tuh, kan..." Timbalnya pada Adam dengan nada kekanak – kanakan.
"Aku mau pinjem Andri sebentar, boleh kan, bu?" Tanya orang itu sambil mengangkat kedua tangannya, membuat Andri kini terlepas dari dekapannya lalu terhuyung lemas ke bawah.
"Settaan!"
Umpat Adam sambil menggertakkan rahangnya. Terbawa sedikit emosi, ia melangkahkan kakinya dengan cepat. Segera menarik pistol dari saku, lalu segera membidik target di depannya ketika ia tahu Andri sudah tak lagi berada di jangkauan orang itu.
"DIAM DITEMPAT!" Teriak Adam disertai nada berat yang cukup menggetarkan seisi ruangan.
Dengan kedua tangan masih terangkat keatas, sebilah pisau lipat kecil terlepas dari genggaman pria itu.
"Yakin, mau nembak?" Tanya orang itu sedikit menantang. Di balik mulutnya yang tertutup masker, Adam dapat melihat jelas salah satu alisnya terangkat, serta mulut yang sedikit tersenyum membuat sebuah lipatan di masker berwarna hijau muda tersebut.
~Gleek...
Adam menelan ludah dalam mulutnya ketika ia memperhatikan sekitar, sang dokter pun langsung menatap Adam dalam. Tempatnya sekarang berada merupakan tempat dirawatnya orang orang terluka. Satu suara bising dari tembakan sebuah handgun dapat membuat panik orang orang yang mendengarnya. Akan menjadi sebuah masalah bila penderita penyakit jantung tiba tiba tumbang karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under the Moonlight
Misteri / ThrillerPada zaman Romawi kuno, orang orang percaya bahwa meminum darah Gladiator yang telah tumbang akan memberikan mereka kekuatan. Rakyat yang buta akan kesehatan dan kekuatan berbondong-bondong menyantap tubuh Gladiator yang sudah mati. Di awal pertunju...