Setelah ayah dan ibunya pergi dari apartemennya, rasa bosan mulai menghampiri Cassie. Hari ini ia mengambil cuti karena ingin menghabiskan waktu bersama orang tuanya. Sayangnya, mereka memiliki banyak hal yang harus diurus di Kota New York.
Tiba-tiba wanita itu melompat dengan wajah senang setelah mendapat ide untuk menghabiskan hari. Ia menelpon Alice, sahabatnya di Kota New York.
"Yoooo wassup girl!" Kata Cassie setelah panggilan terhubung.
"Kenapa, Cass? Tumben sekali kau menghubungiku di saat jam kantor" sahut Alice di seberang sana.
"Aku mengambil cuti hari ini. Orang tuaku datang ke Kota New York dan mereka mengunjungiku pagi tadi. Setelah itu, mereka pamit denganku karena banyak hal yang harus diurus disini. By the way, apa kau sedang sibuk? Bisakah kau temani aku di apartemenku atau temani aku jalan-jalan, mungkin?"
"Saat ini kafe sedang sepi. Bisakah kau mendatangi aku? Aku tidak punya hak untuk pergi sebelum jam kerjaku berakhir"
"Oke, aku segera kesana" balas Cassie dan menutup panggilan.
***
"Apakah kau pernah melihat CEO perusahaan tempat kau bekerja sebelumnya?" Tanya Alice setelah menyimak baik-baik curhatan panjang sahabatnya. Cassie menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Bagaimana dengan televisi? Apakah kau pernah melihatnya? Setahuku orang-orang terkenal sering masuk televisi, terutama di saluran dunia bisnis" Alice kembali bertanya karena merasa tak begitu percaya dengan ungkapan sahabatnya.
"Kau tahu aku sering lembur, tentu aku tidak memiliki waktu untuk menonton televisi. Kalaupun aku punya banyak waktu untuk bersantai, kurasa aku tidak akan melihat acara itu. Terlalu membosankan bagiku. Lagipula, kau tahu? Dari kabar-kabar yang kudengar, CEO tempatku bekerja itu jarang menunjukkan batang hidungnya di depan umum. Bahkan aku pernah mencoba mencari tahu bagaimana rupanya di internet dan yang kudapat hanyalah foto seorang pria dengan pakaian serba hitam dan mukanya ditutup masker yang juga berwarna hitam. Sia-sia saja"
"Kau serius?! Tak kusangka separah itu. Bagaimana saat kau berada di kantor? Setahuku pasti ada momen ketika semua orang yang ada di perusahaan dikumpulkan dan kau pasti melihat sang CEO disana"
"Kurasa tidak. Selama ini aku hanyalah karyawan biasa dengan rutinitas bekerja lembur 5 hari dalam seminggu. Aku sendiri bahkan tidak mengerti mengapa pekerjaanku rasanya tidak akan pernah habis. Aku tidak punya banyak waktu untuk mengamati dan mencari tahu tentang atasan-atasanku. Sampai-sampai aku tidak memiliki yang namanya teman sekantor selama ini"
"Astaga, Cassie! Kau bercanda? Pantas saja orang tuamu rela datang jauh-jauh dari Dublin, ternyata mereka datang untuk meluruskan hidupmu yang mulai belok!" Kata Alice dengan jeritan tertahan sambil mengguncang bahu sahabatnya gemas. Cassie yang mendengar hal itu hanya bisa mengerucutkan bibirnya kesal karena merasa tidak memiliki alibi lain untuk melawan.
"Kau terima saja jabatan itu" celetuk Alice tak beberapa lama.
"Alice, kau bahkan lebih tahu daripada aku. Pelayan? Bagaimana kalau CEO itu adalah pria tua yang penuh nafsu? Membayangkannya saja sukses membuatku bergidik ngeri" balas Cassie yang masih menyangkal keputusan itu.
"Kau terlalu sering mengkhayal. Ayahmu adalah ayah yang protektif terhadap anaknya, dia tidak mungkin menyerahkan anak gadisnya kepada pria hidung belang. Percayalah padaku" kata Alice mencoba menenangkan hati sahabatnya.
