Hamparan laut dan semilir angin malam membelai helaian rambut gadis berparas ayu yang tengah duduk di tepi pantai yang sunyi. Sudah menjadi kebiasaan baginya untuk duduk menyendiri menikmati indahnya suasana malam bertemankan bintang-bintang. Meskipun seringkali omelan beruntun ia dapatkan dari sang bunda karena takut anak semata wayangnya masuk angin karena terlalu sering duduk di tepi pantai saat malam tiba. Jika saja ayahnya masih berada di dunia yang sama, mungkin ayahnya lah yang akan lebih protektif terhadapnya.
“Diva!!”
Namanya adalah Diva Sastrangga Mirad, dan seruan tadi adalah pertanda bahwa ia harus segera masuk ke dalam rumah sebelum sang bunda mengomelinya lagi. Dengan tergopoh-gopoh Diva berlari menuju kerumahnya yang tak jauh dari tempatnya biasa menyendiri. Bundanya menggeleng-gelengkan kepala heran dengan tingkah putrinya.
“Nih, minum dulu. Kamu kebiasaan deh kalau bunda kasih tau jangan suka keluar malam-malam. Kalau kamu masuk angin kan bunda yang repot harus kerokin badan kamu.”
Bunda menyerahkan segelas air putih sambil mengeluarkan rentetan omelan yang sudah biasa Diva dengar. Diva pun menerima segelas air putih tersebut kemudian menghabiskannya hanya dengan sekali teguk. Dengan napas yang susah payah Diva membalas ucapan bunda.
“Yha—ma—af, bun. U—dah ke—biasaan.”
“Kamu kalau dikasih tau selalu aja punya alasan. Sana tidur, jangan lupa sikat gigi terus cuci tangan sama kaki. Jangan jorok jadi anak gadis.”
‘CUP!’
Satu kecupan mendarat di pipi bunda, kemudian Diva lari menuju kamar mandi untuk menuruti ucapan bunda. Ratih sang bunda hanya tersenyum sambil melihat tingkah kekanakan putrinya yang kian beranjak dewasa. Waktu memang sudah beranjak sangat cepat.
----------Terima kasih sudah membaca bagian ke-1 cerita pendek ini. Silahkan vote + Comment (yang membangun) untuk cerita ini.
-Ksmrtz
KAMU SEDANG MEMBACA
Desiran Melodi
Short StoryBersamaan dengan melodi lembut yang mengalun di telingaku, perasaan berdesir itu mendadak memenuhi rongga dadaku. -Diva-