Beberapa hari berlalu dan Diva terus menerima pesan dari orang yang tidak ia kenal itu. Sebenarnya ia cukup penasaran, tapi keraguan terus muncul di pikirannya. Namun pada akhirnya, Diva dengan mantap menuju ke tempat pada alamat yang ia dapatkan dan menemukan sebuah sanggar seni besar. Dengan ragu Diva membuka pintu bangunan itu lalu masuk ke dalamnya. Diva terkejut mendengar alunan lembut biola dan suara berat seorang lelaki. Yang membuatnya lebih terkejut, lelaki itu adalah Dirga teman sekelasnya. Diva menikmati alunan lagu Bengawan Solo yang di nyanyikan Dirga hingga tuntas. Sedari tadi pun Dirga sudah sadar akan kehadiran Diva.
"Biasa aja mukanya."
"Kamu penyanyi? Keroncong?"
"Menurutmu?"
"Tapi kenapa disekolah justru kamu nggak pernah sama sekali menunjukkan diri dan bahkan nggak pernah bersosialisasi sama yang lain?"
"Belum saatnya."
Diva menatap Dirga lamat-lamat sampai tatapan mereka bertemu. Diva menelan salivanya dan langsung cepat-cepat mengalihkan pandangannya ke arah lain. Lidahnya kelu. Sedangkan Dirga langsung berpura-pura melihat biolanya.
"Seperti yang kamu lihat, aku terlalu mencintai musik keroncong ini. Bahkan sejak aku kecil, aku sudah punya ketertarikan untuk musik ini. Aku terus belajar dan mencoba sampai bisa menjadi seperti yang sekarang.
Setelahnya, Diva mulai mendengarkan cerita-cerita milik Dirga. Mulai dari bagaimana dia menyukai keroncong, sampai dengan berbagai kejuaraan yang Dirga peroleh selama ini. Tanpa sadar, Diva menjadi mengenal Dirga sampai sejauh ini.
"17 Agustus nanti kamu mau ikutan?" Tanya Dirga.
"Enggak. Not my style. Kamu?"
"Aku nggak yakin. Mereka mungkin kaget begitu tahu yang sebenarnya."
"Bagus dong, bikin kejutan buat mereka."
"Kita lihat aja nanti."
"Hah?"
Kalimat yang begitu ambigu untuk Diva bisa mengerti artinya. Jadi, Dirga benar-benar akan mengikuti lomba itu dan mengubah persepsi teman-temannya tentangnya atau tidak?
----------Seperti yang sudah dijadwalkan sebelumnya, akan ada perlombaan yang digelar di sekolah Diva. Salah satunya adalah lomba menyanyi lagu keroncong. Dan Dirga sudah memberi tahu keputusannya kepada Diva. Diva begitu menghargai keputusan Dirga itu. Belakangan mereka menjadi sangat dekat, dan Diva sangat bersyukur. Karena ia bisa belajar banyak berkat Dirga.
"Div!"
"Kebiasaan ya mil, bikin kaget. Kalau aku jantungan terus mati mendadak gimana?"
"Lebay ah. Eh div, kamu yakin kali ini nggak bakalan ikutan lomba nyanyi?" Diva mengangguk pasti menjawab pertanyaan Kamila.
"Yaudah yuk ke lapangan, bentar lagi lombanya mulai tuh."
Sorak-sorai seisi sekolah menghiasi perayaan 17 Agustus tahun ini. Ketua OSIS yang menjadi MC pun menyapa semua penduduk sekolah dari atas panggung.
"Hai semuanya! Wah, pada semangat nih teman-teman semua. Perayaan kemerdekaan tahun ini, bakalan beda dari tahun-tahun sebelumnya. Bahkan bakal ada kejutan buat kita semua. Langsung aja kita panggil peserta yang pertama dari perwakilan kelas XII MIPA 1 Dirgantara Bahri."
Bisik-bisik mulai terdengar saat Dirga mulai menaiki panggung dengan membawa biola miliknya. Kemudian memposisikan dirinya dengan nyaman. Dirga menghela napasnya sesaat, kemudian mulai memainkan biolanya dengan lembut. Saat alunan biola dan suara nyanyian Dirga terdengar, semua mata tertuju padanya. Semuanya menatap kagum sekaligus tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Seorang Dirgantara Bahri, si kutu buku dan pajangan kelas sedang bernyanyi diiringi melodi indah musik keroncong diatas panggung di hadapan semua orang.
Riuh tepuk tangan dan sorakan mengiringi akhir lagu yang Dirga bawakan. Dirga tersenyum lebar sambil mengucapkan terima kasih kepada semua orang. Diva tersenyum melihatnya. Tanpa sadar, sebuah perasaan berdesir di relung hatinya. Bahkan ia seperti mendapat serangan ribuan kupu-kupu yang menggelitik perutnya.
-Selesai-
Hayolo Tamat?😂 Nggak jelas ya? IYA EMANG:v Tenang, aku bakal upload epilognya kok:)
Terima kasih lagi kepada kalian yang sudah membaca sampai Bagian ke-4 ini. Vote + Comment for support me.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desiran Melodi
Cerita PendekBersamaan dengan melodi lembut yang mengalun di telingaku, perasaan berdesir itu mendadak memenuhi rongga dadaku. -Diva-